Datuk ri Tiro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
memperbaiki isi artikel dan menambahkan referensi
k →‎Dakwah: pembersihan kosmetika dasar
 
(5 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
|gelar_adat = Datuk
|name = Datuk ri Tiro
|tempat_wafat = [[TiroBontotiro, Bulukumba|kecamatan Bontotiro]], [[Bulukumba]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]
|tempat_makam =[[TiroBontotiro, Bulukumba|kecamatan Bontotiro]], [[Bulukumba]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]
|negara_makam = [[Kerajaan Tiro]] ([[Bulukumba]]), [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]
|known_for = [[Ulama]] dan [[mubalig]] di [[Sulawesi Selatan]] dan [[Bima|Kerajaan Bima]] ([[Nusa Tenggara]])
}}
'''Datuk ri Tiro''' adalah [[Dai|mubalig]] asal [[Minangkabau, Sungayang, Tanah Datar|Minangkabau]] yang menyebarkan agama [[Islam]] di [[Sulawesi Selatan]] pada awal abad ke-17 [[Masehi]]. Dakwah yang dilakukannya berpusat di wilayah [[Kabupaten Bulukumba]].{{Sfn|Bahtiar|2012|p=227}} Ia memulai dakwah bersama dengan [[Datuk ri Bandang]] dan [[Datuk Patimang]].{{Sfn|Abdullah|2016|p=87}} Datuk ri Tiro menyebarkan Islam dengan pendekatan penyesuaian budaya masyarakat lokal dan hubungan baik dengan para penguasa kerajaan.{{Sfn|Abdullah|2016|p=88}} Peran awalnya adalah pengislaman [[Kedatuan Luwu]], [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]], dan [[Kerajaan Tallo]].{{Sfn|Patmawati|2016|p=194}} Setelah itu, ia mengislamkan [[Kerajaan Tiro]].{{Sfn|Bahtiar|2012|p=230}} Pengislamannya berlanjut hingga ke [[Kerajaan Bantaeng]] dan [[PersekutuanKonfederasi Tellu Limpoe]].{{Sfn|Bahtiar|2012|p=231}}
 
== Dakwah ==
Datuk ri Tiro berasal dari Minangkabau, tetapi belajar ilmu agama di [[Kesultanan Aceh]]. Setelah itu, ia diutus oleh [[Safiatuddin dari Aceh|Sri Sultanah Aceh]] untuk menyebarkan ajaran agama Islam ke wilayah Sulawesi Selatan. Datuk ri Tiro kemudian mengunjungi Kedatuan Luwu melalui [[Teluk Bone]]. Perjalanannya dilakukan bersama dengan Datuk ri Bandang dan Datuk Patimang. Pada tanggal 15 Ramadhan 1013 [[Kalender Hijriyah|H]] (1603 M), ketiga ulama ini mengislamkan raja Kerajaan Luwu, yaitu [[La Pattiwaro’ Daeng Parabbung]]. Ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan ke Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo serta mengislamkan kedua rajanya. Setelah itu, masing-masing ulama ini menyebarkan ajaran Islam di wilayah Sulawesi Selatan secara terpisah. Masing-masing memiilih satu tempat yang masih teguh dalam mempertahankan tradisi lokal.{{Sfn|Patmawati|2016|p=194}}
 
Datuk ri Tiro memilih Kerajaan Tiro sebagai tempat berdakwah. Sebelum mengenal Islam, masyarakatnya mempelajari ilmu kebatinan dan [[ilmu sihir]]. Datuk ri Tiro kemudian mulai mengajarkan tentang [[Syariat Islam|syariat]], [[tarekat]], hakikat dan [[makrifat]] Islam. Dalam pengajarannya, Datuk ri Tiro menggunakan pendekatan [[Sufisme|tasawuf]] yang bermazhab [[Sunni]]. Pembahasan utama dalam pengajarannya adalah tentang mendekatkan diri kepada [[Allah (Islam)|Allah]]. Selain itu, ia juga mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta [[alam gaib]] dan alam nyata.{{Sfn|Patmawati|2016|p=195}}
 
Penyebaran Islam oleh Datuk ri Tiro terjadi dengan cepat karena pemikiran tentang kematian antara kebudayaan lokal dengan ajaran Islam memiliki kemiripan.{{Sfn|Makmur|2017|p=24}} Raja kelima dari Kerajaan Tiro yang bernama [[La Unru Daeng Biasa]] (1595-1625) akhirnya meminta Datuk ri Tiro untuk bertemu dengannya. Selama pertemuan, ajaran Islam yang disampaikan Datuk ri Tiro mudah diterima oleh para penguasa di Kerajaan Tiro dan juga masyarakatnya.{{Sfn|Bahtiar|2012|p=227–228}} Akhirnya, La Unru Daeng Biasa menerima Islam sebagai agama resmi di kerajaannya.{{Sfn|Makmur|2017|p=16}} Raja dan para [[bangsawan]] Kerajaan Tiro resmi beragama Islam pada tahun 1013 H (1604 M). Datuk ri Tiro kemudian diminta untuk mengislamkan seluruh masyarakat di wilayah Kerajaan Tiro.{{Sfn|Bahtiar|2012|p=230}}