[[Berkas:Closeup udeng 2A.jpg|jmpl| TuanBentuk NyomanUdeng Rudana sedang menggunakan udeng.|al=Bali]] ▼
'''Iket''', atau'''''udheng''''' ([[bahasa Jawa|Jawa]]), '''''totopong''''' ([[bahasa Sunda|Sunda]]), atau '''''udeng''''' ([[bahasa Bali|Bali]]) adalah penutup kepala dari kain merupakan bagian kelengkapan sehari-hari pria di pulau Jawa dan Bali,<ref>{{Cite journal|last=Mustika|first=Indriyana Dwi|date=2013|title=Budaya Jawa sebagai wahana pendidikan moral anak|url=http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/citizenship/article/view/3429|journal=Citizenship: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan|volume=2|issue=1|page=4}}</ref> sejak masa silam sampai sekitar awal tahun [[1900-an]] dan mulai populer kembali pada tahun 2013. Penggunaan iket bagi pria akil balik pada masa lalu menjadi keharusan karena dipercaya melindungi mereka dari [[Jiwa|roh-roh jahat]], selain untuk fungsi-fungsi praktis seperti wadah /pembungkus, selimut, bantalan untuk mengangkut beban di [[kepala]] dsb, sedangkan saat ini lebih diperuntukkan sebagai aksesoris dan upaya melestarikan budaya.<ref>[http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/21/iket-penutup-kepala-khas-pulau-jawa/ Cara Memakai Iket Gaya Sunda] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20111027212106/http://sosbud.kompasiana.com/2009/12/21/iket-penutup-kepala-khas-pulau-jawa |date=2011-10-27 }}(diakses 31 Oktober 2011).</ref> Sedangkan penggunaan udeng di Ponorogo yang memiliki bentuk model Udeng terbanyak, sebagai bentuk strata sosial dan kegiatan ritual khusus. Iket Udeng masih dipakai oleh masyarakat Suku Sunda Baduy di Kampung adat Baduy pada kegiatan sehari-hari
== Penyebutan ==
[[Berkas:Ruparupaiketsunda.jpg|ka|Rupa-rupa iket Sunda]]
Di masyarakat Sunda, tutup kepala yang dibuat dari kain dikenal dengan sebutan iket,totopong, atau udeng, semuanya adalah pelindung kepala yang berfungsi sebagai kelengkapan berbusana. Di samping itu ada pula dudukuy yaitu tutup kepala yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan seperti bambu, kayu dan daun yang hanya berfungsi sebagai pelindung kepala dari panas dan hujan.
Pada zaman dahulu iket juga mencerminkan kelas dalam masyarakat, hingga tampak jelas perbedaan kedudukan seseorang (pria) dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu iket Sunda juga sebagai bagian dari kelengkapan berbusana yang digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan budaya yang dikaitkan dengan nilai budaya, adat istiadat serta pandangan hidup masyarakat.
Makna Iket Sunda
Pada mulanya kata iket merupakan kata umum yang artinya ikat atau ikatan. Akan tetapi karena sesuatu yang diikatnya itu kepala (pria) dan berlangsung saat dangdan atau dangdos atau berdandan akhirnya kata iket itu menjadi kata khusus atau istilah yang mengandung pengertian ikat kepala.
Iket dipandang dan dianggap tepat sebagai benda yang dapat melindungi kepala saat melakukan aktivitas dan sekaligus menjadi atribut sosial. Bentuknya yang beragam diciptakan sebagai simbol yang berkaitan dengan keagamaan, upacara adat, dan status sosial tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan
Iket berpadanan kata dengan totopong dan udeng (bahasa Sunda halus). Di-totopong berarti mengenakan tutup kepala menurut aturan tertentu. Bentuk totopong itu ada yang disebut Bendo, Porténg, Lohén, Barangbang Semplak atau Mantokan, Kuda Ngencar dan Paros Nangka”. Iket sebagai bagian dari kelengkapan anggoan pameget (busana pria) memiliki nilai estetik tinggi. Iket sebagai tutup kepala memiliki nilai yang lebih berharga dibandingkan dengan tutup kepala yang lain, karena dalam proses pembentukannyamemerlukan kejelian, keterampilan, ketekunan, kesabaran dan rasa estetika yang tinggi dari pemakainya. Hal ini akan membuktikan bahwa iket dapat mencerminkan status simbol pemakainya.
Selain itu iket juga memiliki makna secara ilmu pengetahuan dan kepercayaan,iket sangat erat kaitannya dengan unsur tauhid dan budaya. Iket memiliki makna mengikat seperti ikatan yang terbentuk dari tali. Iket juga berarti totopong yang berasal dari kata tepung (bertemu) yang mengalami pengulangan dan perubahan kata dasar te menjadi toto. Tepung artinya bertemu, bertemu dalam hal ini maksudnya simbol dari bertemunya ujung kain karena dibentuk simpul sebagai lambang silaturahmi. Iket mengandung makna mengikat kepala. Objek yang diikat adalah kepala (pria). Kepala memiliki makna sebagai pemimpin tubuh dengan isinya yaitu otak. Otak merupakan tempat pikiran dan organ manusia sebagai ciri manusia makhluk mulia ciptaan Tuhan. Dengan otak ini manusia memiliki cipta, karsa, rasa sehingga mampu berpikir. Dengan memakai iket, kepala sebagai organ penting dapat dilindungi.
Iket dibentuk dari kain berbentuk bujur sangkar yang memiliki empat sudut. Keempat sudut itu memiliki makna sebagai sudut kereteg haté (kereteg = perasaan atau suara yang timbul dengan sendirinya, haté = hati. kereteg haté diartikan sebagai niat), ucapan (lisan), tingkah (sikap), dan raga (badan) yang kemudian kain itu dilipat dua membentuk segitiga sama kaki dengan tiga sudut. Ketiga sudut tersebut mencerminkan tiga asas tritunggal kesetaraan dalam hidup kemasyarakatan yakni tritangtu yang terdiri dari resi pemimpin agama, rama (pemimpin rakyat) dan perebu (pemimpin wilayah).
Diharapkan asas ini dijalankan dengan keharmonisan antara tekad, ucapan, tingkah laku yang terangkum dalam raga manusia. Iket juga memiliki makna ngawengku (mengikat) segala urusan yang berhubungan dengan keduniawian seperti yang disampaikan bahwa iket digunakan oleh para Saéhu. Saéhu adalah seorang pemimpin rakyat yang saé jadi hulu, saé hubungannana, tiasa ngiket kana sagala persoalan kamasyarakatan jeung kahirupan (bagus untuk dijadikan ketua atau pemimpin, bagus hubungan sosialnya, mampu mempersatukan dan menyelesaikan
▲[[Berkas:Closeup udeng 2A.jpg|jmpl|Tuan Nyoman Rudana sedang menggunakan udeng.|al=]]
Iket Sunda pada masa dahulu merupakan salah satu kelengkapan busana pria yang sangat penting. Penggunaan iket bagi masyarakat Sunda berfungsi sebagai:
a. Penutup rambut.
b. Pelindung kepala.
c. Alat untuk melindungi diri.
d. Alat untuk membawa barang.
e. Alat untuk menyimpan barang.
f. Sebagai sajadah pada saat melaksanakan sholat lima waktu
g. Simbol status sosial pria atau sebagai simbol yang menunjukkan identitas dalam lingkungan pergaulan sehari-hari. Simbol ini ditunjukkan melalui model dan jenis kain yang digunakan untuk iket.
h. Penghormatan terhadap kedudukan seorang pria seperti digunakan apabila menghadap priyayi, pejabat pemerintah setempat dan ulama.
Dewasa ini fungsi iket Sunda secara umum sebagai:
a. Salah satu penanda etnis Sunda.
b. Penanda etnis Sunda pada busana adat.
c. Penanda etnis Sunda pada busana tari pertunjukan.
Terdapat perbedaan model iket untuk di [[Jawa Barat]] dan [[Jawa Tengah]]. Ada beberapa model iket yang diberi nama-nama seperti [[barangbang semplak]], [[parekos]], atau [[porteng]].
Orang [[Bali]] mengenakan udeng/iket pada saat upacara adat. Udeng digunakan oleh orang [[Bali]] agar pada saat orang [[Bali]] pergi ke [[pura]], rambut mereka tidak berantakan/rapi.
== Referensi ==
{{reflist}}
* Karakteristik Iket Sunda di Bandung dan Jakarta. Di Universitas Indonesia, pemakaian iket tidak dipakai.
{{budaya-stub}}
[[Kategori:Penutup kepala]]
[[Kategori:Budaya Jawa]] ▼
[[Kategori:Budaya Sunda]]
[[Kategori:Budaya Bali]]
▲[[Kategori:Budaya Jawa]]
|