Klumutan, Saradan, Madiun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k perbaikan isi templat
k SEJARAH DESA KLUMUTAN: pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag
 
(14 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
|nama dati2 = Madiun
|kecamatan = Saradan
|luas wilayah = 452,75 km <sup>2</sup>
|nama pemimpin =
|luas =
|penduduk =
|kepadatan =
}}
'''Klumutan''' adalah [[desa|Sebuah Desa]] yang terletak di [[kecamatan]] [[Saradan, Madiun|Saradan]], [[Kabupaten Madiun|Madiun]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Klumutan berbatasan langsung dengan beberapa desa, antara lain sambirejo, sumbersari, sukorejo dan sidorejo. Dan salah satu desa yang paling dekat dengan kota kecamatan, memiliki batas wilayah: sebelah utara berbatasan dengan Desa Tulung, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sidorejo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pajaran dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Sumbersari dan desa Sukorejo. Luas wilayah Desa Klumutan 452,75&nbsp;km<sup>2</sup>.Desa klumutan sebagian besar terdiri dari pemukiman penduduk, paling luas kawasan persawahan, perternakan, perkebunan, pasar dan hutan.
'''Klumutan''' adalah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Saradan, Madiun|Saradan]], [[Kabupaten Madiun|Madiun]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]].
 
== SEJARAH DESA KLUMUTAN ==
''Babat Desa Klumutan''
 
Pembukaan daerah ini dimulai pada masa penjajahan Belanda di Indonesia selama 350 tahun. Pada tahun 1825 sampai dengan 1830 salah satu pejuang bangsa Indonesia yaitu Pangeran Diponegoro telah berjuang selama lima tahun untuk melawan Belanda. Akhir perang ini adalah kekalahan pasukan Pangeran Diponegoro dan ditangkapnya Pangeran Diponegoro yang kemudian diasingkan ke Makassar hingga meninggal. Akibat keadaan yang kacau ini sebagian besar pasukan bekas kepemimpinan Panglima Perang Sentot Alibasah Prawiro Dirjo menyisir menuju daerah Timur yaitu daerah Jawa Timur tepatnya di wilayah Madiun.
Pada masa tersebut daerah Madiun sebagian besar wilayahnya merupakan hutan belantara, untuk mendapat tempat tinggal pasukan Pangeran Diponegoro yang melarikan diri melakukan pembukaan lahan hutan. Salah satu pasukanbernama Mbah Branti yang berasal dari Groboga Jawa Tengah, melakukan pembukaan lahan hutan wilayah Madiun Timur. Dalam perjuangan mencari tempat tinggal Mbah Branti memulai membuka lahan di daerah yang dekat dengan sumber mata air. Setelah dirasa pembukaan lahan itu cukup, para pejuang dari pasukan Panglima Sentot yang lain ikut membuka lahan satu wilayah dengan Mbah Branti. Dari pengikut yang berdatangan kemudian menjadi sebuah kelompok dan dari kelompok itulah mereka memberi nama daerah yang mereka tinggali dengan nama Pranti yang mengambil nama dari Mbah Branti yang sekarang menjadi dukuh Pranti.
 
Kemudian pembukaan lahan dilanjutkan menyisir ke Selatan dan di situ ditemukan hamparan lahan yang cukup luas dan dipenuhi tanaman Bangle kemudian lahan baru tersebut dinamai Blok Bangkle Sekarang menjadi dukuh bangkle.Pembukaan lahan di lanjutkan lagi mengarah ke wilayah berikutnya menyisir ke selatan dan di situ di temukan sumber air yang amat besar dan dijadikan sebagai tempat air minum para pembuka lahan, yang akhirnya blok itu di beri nama blok sumberan yang sekarang menjadi dukuh sumberan.
 
Pelebaran lahan di lanjutkan lagi mengarah ke timur menyusuri hulu sungai dan pada saat pembukaan lahan di temukan keanehan di mana terdapat sungai yang aman, dalam dan sungai itu tidak pernah mengalami pendakalan. Di jumpai sungai bawah tanah yang mengarah ke selatan dan terhubung dengan sungai yang berada di Sidorejo. Di karenakan hulu sungai bawah tanah yang mengarah ke Sidorejo berbentuk seperti mulut gua atau krowok dalam bahasa jawa kemudian daerah itu di beri nama blok Krowok atau sekarang menjadi dukuh Bruwok.
 
Penyisiran di lanjutkan lagi ke arah Timur dan pada saat pembukaan lahan di jumpai dua buah kubangan atau jomblangan dan di sekitar kubangan tersebut banyak di jumpai tanaman kesambi kemudian di beri nama Jomblang Kesambi yang sekarang di beri nama Jomlangsambi. Di dalam blok wilayah hutan ada daerah hutan dengan kondisi yang agak gersang atau lahan kering di mana sama sekelompok orang daerah tersebut di jadikan lahan atau ladang dan di tanami tanaman pangan berupa polo pendem karena menyesuaikan lahan yang jauh dari air.
 
Di dalam sekelompok orang itu ada salah satu orang yang di anggap punya keahlian lebih atau kesaktian di mana banyak orang yang belajar ilmu kepadanya atau merguru dalam bahasa Jawa, kemudian tempat itu di beri nama perguruan atau merguru yang sekarang bernama dukuh Megurun.
 
Setelah perkembangan zaman beberapa blok lahan tersebut di jadikan menjadi satu wilayah dan kemudian penyatuan tersebut di beri nama lumutan yang mengambil dari karakteristik lahan selama pembukaan lahan di temukan banyak lahan yang di tumbuhi lumut khususnya daerah hamparan sungai yang sampai sekarang wilayah tersebut di beri nama Klumutan.
 
''Dukuh Pranti''
 
Daerah ini merupan wilayah pertama dalam babat pembukaan wilayah di daerah Madiun Timur. Pembukaan lahan dimulai oleh salah satu prajurit dari Perang Perlawanan Pangeran Diponegoro yang bernama mbah Branti melarikan diri setelah pimpinan perangnya yaitu Pangeran Diponegoro dan Panglima Perang Sentot Ali basa Prawirodiredjo ditangkap oleh Belanda. Pembukaan lahan ini ditujukan untuk membuat tempat tinggal dalam masa pelariaan Mbah Branti dari pengejaran pasukan Belanda. Seperti halnya dengan yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, Mbah Branti mulai membuat tempat tinggal yang dekat dengan sumber air. Untuk membuat tempat tinggal, Mbah Branti memulainya dengan membuka lahan di wilayah dekat sungai.
 
Kabar pembukaan lahan yang dilakukan oleh Mbah Branti didengar oleh pasukan Pangeran Diponegoro yang lain pada masa pelarian. Akhirnya mereka mulai mencari keberadaan Mbah Branti dan mulai membuka lahan di wilayah tersebut hingga terbuat sebuah kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Seiring berjalannya waktu sekelompok orang ini mulai mengalami perkembangan. Mereka mulai membuat nama dari daerah yang mereka tinggali bersama. Menurut kesepakatan akhirnya wilayah tersebut diberi nama Pranti, nama ini diambil dari nama Mbah Branti karena beliau yang membuka lahan di daerah ini pertama kali.
 
Pada perkembangan sistem pemerintahan di Indonesia yang sampai pada daerah, wilayah ini kemudian diberi nama Dukuh Pranti. Dukuh dimana jumlah penduduk yang mayoritas bertani dan berternak sangat memungkinkan untuk mengadakan perubahan tata pola kehidupan menuju ke arah yang lebih baik. Kurun waktu hampir dua abad dengan jumlah penduduk yang sekarang kurang lebih 1500 orang sebuah perkembangan yang amat pesat dengan di buktikan perkembangan perekonomian masyarakat yang ada, dengan orientasi pada bidang usaha dan pertanian. Banyak bidang usaha antara lain mebel, produksi tahu tempe dan roti.
 
''Dukuh Bangkle''
 
Setelah pembukaan lahan yang dilakukan Mbah Branti di wilyah Pranti, seiring pertumbuhan penduduk diperlukan adanya pembukaan lahan baru. Para generasi keluarga dari wilayah Pranti mulai membuka lahan baru di sebelah selatan wilayah Pranti. Pada saat akan melakukan pembukaan wilayah, di daerah ini banyak ditemukan tanaman bangle. Tanaman bangle adalah salah satu jenis tanaman empon empon yang sangat berguna untuk kebutuhan pengobatan.Karena banyaknya tanaman bangle di wilayah tersebut akhirnya wilayah ini dinamakan daerah Bangkle. Pada perkembangan pemerintahan Indonesia wilayah ini sekarang di kenal dengan Dukuh Bangkle.
 
Hampir 2 abad kondisi masyarakat dukuh Bangkle bercocok tanam dan berwira usaha. Sesuai dengan kontur tanah dengan asal mula banyak tanaman bangkle dan tanaman ini banyak mengandung khasiat khususnya untuk tanaman obat-obatan masyarakat memanfaatkan budi daya ini untuk ramuan jamu dan alat masak atau bumbu masak.Wilayah Bangkle berada di tengah Desa yang menghubungkan dukuh lain merupakan central perekonomian, hal ini di buktikan dengan penempatan pasar desa di Dukuh ini.Sebagaimana di ketahui bahwa pasar merupakan pusat perputaran perekonomian, sehingga segala kegiatan ekonomi hampir sebagian besar ada di Dukuh Bangkle.
 
''Dukuh Bruwok''
 
Pembukaan lahan di wilayah Bruwok ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk pada masa itu. Bruwok ini merupakan wilayah bagian Selatan sungai .Bruwok ini sendiri dinamai oleh Mbah Tumpak yang merupakan salah satu warga di wilayah tersebut pada saat itu. Beliau adalah seseorang yang suka nginang, saat melakukan kegiatan tersebut membutuhkan tembakau. Pada saat itu tembakaunya hilang atau tertinggal entah dimana. Kemudian suatu hari beliau menemukan daun tersebut diatas sebuah batu besar yang bernama batu Gilang. Pada saat ditemukan daun tembakau yang dicari oleh Mbah Tumpak sudah dalam keadaan retak-retak hampir hancur dan dalam bahasa Jawa bentuknya tampak seperti “rewok-rewok” akhirnya daerah tempat sekitar tempat batu tersebut dinamakan Bruwok, yang sekarang dikenal dengan Dukuh Bruwok.
 
Sesuai dengan nama awalnya dukuh bruwok daerah ini sangat cocok untuk bertani di karenakan daerah ini sangat dekat dengan aliran air sungai.Masyarakat bertumpu pada kehidupan bercocok tanam dan usaha di mana usaha yang di geluti adalah usaha yang berbasis pada lauk pauk khususnya usaha di bidang pengelolaan tempe dan tahu.
 
Bahkan usaha ini sudah di kenal sampai daerah Kabupaten dan merupakan show window bidang usaha Desa.
 
''DUKUH SUMBERAN''
 
Pembukaan lahan pengembangan dari wilayah Pranti juga menyisir ke daerah (Barat daya), di mana pada saat pembukaan lahan di daerah tersebut ditemukan sebuah sumber mata air yang sangat besar dan jernih. Sumber mata air tersebut sering digunakan untuk minum oleh para pembuka lahan. Setelah pembukaan lahan selesai daerah sekitar tersebut dinamakan Sumberan dari istilah sumber air yang selalu mengalir. Sebagian besar masyarakatnya bercocok pada bidangpertanian dan usaha. Namun bidang pertanian lebih menonjol di karenakan daerah sumberan berdekatan dengan air.
 
''DUKUH JOMBLANGSAMBI''
 
Wilayah dukuh Jomblangsambi ini dapat dikatakan paling jauh dari pusat desa Klumutan. Daerah ini terdapat di tengah hutan yang terpisah dari dukuh lain. Dalam penyisiran lahan pada saat itu ditemukan dua kubangan besar di tengah hutan yang di sekitar kubangan tersebut terdapat pohon kesambi. Kemudian daerah tersebut dinamakan Jomblang Kesambi, nama ini diambil dari istilah jawa “Jomblang” yang diartikan kubangan dan “Kesambi” dari nama pohon yang tumbuh disekitar kubangan tersebut. Untuk mempersingkat nama akhirnya daerah ini dikenal dengan nama Dukuh Jomblangsambi. Sebuah dukuh yang berada di dalam keadaan sumber kehidupannya bertumpu pada pertanian dan pemanfaatan hasil hutan. Masyarakatnya cenderungmenjadi pengelola lahan hutan atau pesanggem di mana sistem menanamnya sangat bergantung pada kondisi hujan atau tadah hujan.Selain hal tersebut peternakan juga menjadi faktor utama penopang kehidupan. Peternakan sapi dan kambing merupakan usaha utama yang di geluti masyarakat jomblangsambi.
'''Potensi Sumber Daya Alam'''
 
# Pertanian.
 
Jumlah yang memiliki lahan pertanian sebanyak 2148 keluarga. Komoditas tanaman pangan yang ditanam di desa ini, antara lain yakni padi sawah, padi ladang, cabe, singkong dll sedangkan jenis komoditas buah-buahan oleh pisang, papaya, mangga.
 
2.Perkebunan.
 
Jumlah keluarga yang memiliki tanah perkebunan sebanyak 2148 keluarga. Komoditas utama perkebunan warga adalah pisang, jagung dan singkong
'''Pengelolaan sampah limbah'''
Jenis sampah di desa klumutan yakni organic, non organic, limbah industry (tahu). Warga desa klumuta melakukan olahan sampah selama ini dengan cara organi, dibakar, non organik (plastic) dengan dijual dan dibakar sedangkan ampas tahu digunakan untuk pakan ternak.
'''Sumber Daya Air.'''
Sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh penduduk desa klumutan adalah 3 unit mata air yang dimanfaatkan oleh 2399 KK, dan 2080 unit sumur gali yang dimanfaatkan oleh 2080 KK. Fungsi sungai bagi warga desa klumutan sebagai irigasi pengairan sawah, buang air. Sedangkan jumlah sungai yang terdapat di desa Klumutan berjumlah 2 buah dengan kondisi sebagai berikut:
 
# Dangkal.
# Air tercemar
 
'''Penggunaan energi.'''
Sumber listrik yang digunakan warga desa klumutan adalah PLN. Sedangkan energi yang digunakan untuk memasak yakni kayu bakar, LPG. Dan sarana tranportasi yang dimiliki warga desa adalah kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor)
'''Demografi'''
Jumlah penduduk desa klumutan sampai akhir januari 2019 ( laki-laki: 4399 orang dan perempuan: 4245 orang dengan jumlah KK (Kepala Keluarga) sebanyak 8644 KK. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok adalah petani sebanyak 2148 Orang, Guru sebanyak 14 Orang, pengrajin industry rumah tangga sebanyak 8 Orang, pedagang keliling sebanyak 36 orang. Karyawan perusahaan swasta 1285 orang, dan wiraswasta sebanyak 632 orang.
'''Kehidupan Beragama'''
Penduduk desa Klumutan yang menganut agama Islam sebanyak 8606 orang, yang menganut agama Kristen sebanyak 25, orang yang menganut agama Katolik sebanyak 9 orang dan orang yang menganut agama Hindu sebanyak 1 orang. Desa Klumutan memiliki 6 masjid dan 16 mushalah/langgar yang digunakan untuk beribadah dan mengadakan kegiatan keagamaan. Kegiatan beragamana yang dilakukan warga desa klumutan antara lain berupa peringatan maulid Nabi Muhammad Saw yang biasa disebut muludan, tahlilan, muslimatan, yasinan, khataman Al-Quran, diba’an, santunan anak yatim, pengajian ahad legi, selain itu tradisi nyadran yang masih dilakukan didesa ini, tradisi ini berupa panen raya bersih desa dan kegiatan social yang dilakukan setap satu tahun sekali yang terdapat di tiap dusun.
'''Kesehatan Lingkungan.'''
Jenis penyakit paling banyak diderita oleh masyarakat di desa ini adalah DBD, stroke, dan flue. Fasilitas kesehatan di desa ini masih kurang memadai, hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya puskesmas hanya ketersediaan pos pelayanan kesehatan di sebelah balai desa dan posyandu disetiap dusun dan posyandu tersebut terbagi menjadi dua yakni untuk lansia dan balita Untuk warga yang tidak mampu dianjurkan untuk membuat SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu). Dengan Adanya SKTM, biaya kesehatan untuk warga yang tidak mampu bisa gratis karena diambil dari anggaran kesehatan APBD Kabupaten Madiun. Selain pembuatan SKTM, ada pula Jamkesmas (Jaminan Kesehatan masyarakat) dan BPJS.
 
'''Kehidupan Sosial Kebudayaan.'''
 
Masyarakat Desa Klumutan kebanyakan memeluk agama Islam dan sebagian kecil memeluk agama Kristen, namun dalam hal tersebut dan sebagian masyarakat yang masih melakukan tradisi adat istiadat setempat yakni bersih-bersih desa satu tahun sekali yang biasa disebut nyadran (bersih desa yang dilaksanakan satu tahun sekali), slametan, wayangan, gambyong (tradisi turun temurun desa).
'''Sarana dan Prasarana'''
Sarana dan Prasarana didesa ini meliputi berbagai aspek yakni aspek pemerintahan, Pendidikan dan kesehatan. Untuk aspek pemerintah desa ini memliki balai desa yang terletak di Desa Klumutan yang digunakan sebagai Gedung serbaguna dan juga terdapat fasilitas olahraga berupa lapangan voli dan lapangan sepak bola. Terdapat fasilitas kesehatan atau yang biasa disebut dengan polindes. Untuk aspek Pendidikan terdapat sekolahan antara lain paud, TK, dan sekolah dasar. Dari aspek spiritual terdapat fasilitas musholla dan masjid yang dijadikan sebagai tempat pembelajaran qur’an.
Dalam bidang kesehatan desa ini hanya memiliki 1 unit polindes (pondok bersalin desa) yang terletak di dusun Sumberan. Sedangkan pada bidang Pendidikan, desa ini memiliki 5 unit sekolah dasar, 2 unit TK dan didesa ini didirikan Gedung PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang berjumlah 2 sekolahan.
'''Tata Pemerintahan'''
Desa Klumutan merupakan Kota yaitu desa yang terdekat dengan kecamatan Saradan Desa Klumutan dikepalai oleh Kepala Desa yang dibantu oleh Sekretaris Desa, Kepala Urusan (KAUR) Pemerintah, KAUR Pembangunan, KAUR Ekonomi pembangunan, KAUR Kesejahteraan Rakyat, KAUR Umum, dan KAUR Keuangan, Kepala Dusun, Kasiat Linmas, Kepala Desa Klumutan dalam pelaksanaannya bertugas membina 6 RW, 39 RT dan DKM: Selain perangkat desa, terdapat pula lembaga lainnya yaitu BPD (Badan Permusyawaratan Desa) sebagai farlemenya Desa, LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), PKK, Karang Taruna, Desa Klumutan terdiri dari 6 dusun antara lain sumberan, bangkle, bruwok, megurun, pranti dan J. sambi.
 
{{Saradan, Madiun}}
 
{{kelurahan-stub}}
{{Authority control}}