Suku Azumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k pembersihan kosmetika dasar
 
(8 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 24:
Suku Azumi adalah suku kuno dari Pulau Kyūshū di selatan Jepang.<ref name=":1">{{Cite web|title=The Azumi Basin in Japan and Its Ancient People|url=http://voices.yahoo.com/the-azumi-basin-japan-its-ancient-people-8034946.html?cat=37|last=Andriyenko|first=L|date=15 March 2011|website=Web Archive|url-status=live|archive-url=https://web.archive.org/web/20131231151129/http://voices.yahoo.com/the-azumi-basin-japan-its-ancient-people-8034946.html?cat=37|archive-date=2013-12-31}}</ref>
 
Mereka adalah kelompok tertua dan pemimpin armada “Ama”, yang mengarungi perairan di barat Jepang ([[Selat Tsushima]]), [[Korea]], dan [[Tiongkok]].<ref name=":02"/> Mereka juga melakukan perdagangan dengan Tiongkok dan Korea dan terlibat dalam perdaganganpengiriman [[besi]] dari [[Semenanjung Korea]] ke [[Kepulauan Jepang]].<ref>{{Cite book|last=Yamada|first=S|title=The Spaciality of Awaji Island: An Essay regarding the Place of Gossa-Kaito Archaelogical Site and Environs|publisher=Gossa Walking Museum|location=Nishiwaki}}</ref> Menurut beberapa sejarawan, suku Azumi adalah "kekuatan maritim tertua yang pernah diketahui dari negara kekaisaran [Jepang] yang baru berdiri."<ref name=":02"/>
 
Orang-orang Azumi adalah suku laut yang sangat terampil dan pengetahuan mereka yang luas tentangmengenai arus laut, perubahan pasang surut, cuaca, dan konstelasi diyakini telah diturunkan dari generasi ke generasi.<ref name=":02"/> Kemampuan mereka untuk mengarungi lautan, terutama pada malam hari, membuat mereka dipercayadisegani oleh Kekaisaran Jepang selama abad ke-3 hingga awal abad ke-5 dan secara efektif menjadi kekuatan utama angkatan laut di [[zaman Yamato]].<ref>{{cite book |last1=Grapard |first1=Allan G. |title=The Protocol of the Gods: A Study of the Kasuga Cult in Japanese History |date=1993 |publisher=University of California Press |isbn=9780520910362 |page=32 |url=https://www.google.com/books/edition/The_Protocol_of_the_Gods/PI133z1ObW4C?hl=en&pg=PA32&printsec=frontcover}}</ref><ref name=":2">{{Cite book|last=Palmer|first=E|title=Harima Fudoki: A Record of Ancient Japan Reinterpreted, Translated, Annotated with Commentary|publisher=Brill|year=2015|isbn=978-9004269378|location=Leiden|pages=144}}</ref> Melalui tanggung jawab yang telah diberikan, orang-orang Azumi menjadi kekuatan besar yang mengendalikan berbagai rute pelayaran di lautan Jepang.<ref name=":02"/> Dalam hal ini, adalah Jenderal Besar angkatan laut yang bertanggung jawab untuk menjaga lautan Jepang.
 
Azumi no Hirafu, salah seorang suku Azumi, ditunjuk sebagai Jenderal Besar ketika sang kaisar melihat Azumi bersama sekelompok pria berenang menuju kapalnya di perairan dalamJepang. Orang-orang ini mengenakan tanduk rusa di kepala, dan datang seperti kawanan [[rusa]] yang muncul dari dasar laut. Dalam kepercayaan [[Shinto|Shintō]], rusa diyakini sebagai pembawa pesan spiritual, atau secara khusus 'utusan dewa'. Di [[Nara, Nara|Nara]], bekas ibu kota Jepang, kepercayaan terhadap rusa terus berlanjut, di mana lebih dari seribu rusa bebas berkeliaran di [[Kuil Agung Kasuga]], yang mana hal ini terkait dengan pemujaan ''[[Kami-sama (mitologi)|kami]]'' serta penghormatan pada keturunan Azumi.<ref>{{Cite web|title=Dealing with Japan's Sacred Deer|url=https://www.patheos.com/blogs/pagantama/2017/08/05/japans-sacred-deer/|last=Manson|first=M|date=5 Agustus 2017|website=Patheos}}</ref>
 
Sebelum berlayar, orang Azumi kerap melakukan ritual pemujaan kepada dewa laut agar sang dewa membantu mereka dalam membangun kekuasaan di berbagai wilayah. Namun, ketika mereka menghadapi kekalahan di Teluk Hakunsonko pada tahun 633, Azumi no Hirafu, bersama dengan anggota suku Azumi lainnya menyebar ke berbagai wilayah di Jepang, meninggalkan tanah air mereka di Kyūshū.<ref name=":02"/> Dalam perjalanan ini, mereka terlibat dalam kegiatan dan kebiasaan lain. Mereka mulai bekerja menyiapkan hidangan untuk keluarga istana, atau dikenal sebagai "Saba". Di bawah sistem hukum Jepang ''[[Ritsuryō]]'', mereka terafiliasi dengan Kementerian Rumah Tangga Kekaisarandan yangmemiliki bertanggung jawabtugas untuk menyiapkan dan mencicipi makanan untuk kaisar,<ref name=":6">{{Cite book|last=Grapard|first=A. G.|title=The Protocol of the Gods: a study of the Kasuga Cult in Japanese History|publisher=University of California Press|year=1992|isbn=0520910362|location=Berkeley|pages=270}}</ref> hal ini karena Azumi dahulu ikut serta menyediakan hasil laut ke Jepang. Suku Azumi menjadi terkenal karena mengkhususkan diri dalam penyajian hidangan kekaisaran karena ini merupakan bagian dari tanggung jawab yang diberikan kepada mereka oleh pemerintah.<ref name=":602" /><ref name=":026" />
 
Meskipun beberapa orang Azumi tinggal dan melanjutkan kehidupan tradisional sebagai suku laut,<ref name=":02"/> mereka yang memutuskan untuk meninggalkan kehidupan maritim banyak yang pindah ke pulau kecil Shinshu, di mana mereka mulai hidup sebagai petani. Selama masa ini, meskipun mereka tidak lagi melaut, dipercaya bahwa mereka masih mempertahankan hubungan mereka dengan leluhur dengan berdoa secara teratur kepada dewa Isora, bersyukurmengucap syukur atas air yang mengalir dari Pegunungan Kamikōchi yang menjadi sumber irigasi untuk tanaman mereka.<ref name=":5" />
 
Orang-orang Azumi yang tidak bertani di Shinshu memilih tinggal di Cekungan Azumi. Di sini, mereka membentuk desa nelayan kecil dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, sembari terus mempraktikkan kepercayaan kepada dewa Isora. Seiring berjalannya waktu, mereka dikenal sebagai "orang-orang yang tinggal di laut".<ref name=":1" />
 
Pada akhir abad ke-7, orang-orang Azumi juga memiliki peran kunci dalam menjaga kekuasaan Istana Yamato dan menjadi sekutu utama dalam setiap peperangan. Namun, hubungan ini mulai memburuk selama 'Pemerintahan TenumuTenmu' pada tahun 682. Kesetiaan orang-orang Azumi mulai dipertanyakan ketika [[Kaisar Tenmu]] menyerbu selatan Kyūshū.<ref name=":02"/> Keraguan ini membuat orang-orang Azumi terusir beberapa saat sebelum abad ke-8.<ref>{{cite book |last1=Joseph |first1=Frank |title=Unlocking the Prehistory of America |date=2013 |publisher=Rosen Publishing Group |isbn=978-1477728062 |page=177 |url=https://books.google.com/books?id=wpPnAgAAQBAJ&pg=PA177}}</ref>
 
Saat ini, tempat-tempat yang pernah disinggahi oleh suku Azumi dinamai dari keberadaan mereka (Kakojima, Kagoshima, Kashima, Shikashima) dan masih ada jejak keberadaan mereka yangmasih tersisa di daerah yang biasa mereka lalui (Kepulauan Selat Tsushima, Kyushu, Shikoku, Kepulauan Awaji).<ref name=":02"/>
 
== Asal usul ==
Menurut beberapa sejarawan Jepang, Azumi adalah [[suku bangsa Austronesia]] yang berkerabat dengan [[suku Hayato]].<ref name=":02"/><ref>{{Cite web|title=蝦夷とアテルイ|url=http://masakawai.suppa.jp/encartaAA/bunka/emisi/emisi.html|website=masakawai.suppa.jp}}</ref><ref name=":02"/> Mereka melakukanberhubungan kontakpertama awalkali dengan Kekaisaran Jepang sejak zaman Yamato, dengan menyediakan jalur perdagangan maritim ke ibu kota dan memengaruhi kebijakan istana dalam bidang militer dan diplomatik di dunia maritim.<ref name=":02" /> Beberapa orang Azumi bermigrasi lebih jauh ke pedalaman, menetap di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lembah Azumino atau Cekungan Azumi di [[Prefektur Nagano]].<ref>{{Cite web|title=Explore Azumino! - Hotaka Shrine|url=https://www.azumino-e-tabi.net/en/sightseeing/hotaka-shrine|website=Explore Azumino!|language=en-US}}</ref> Mereka juga menyebar menuju ibu kota kekaisaran, menetap di [[Provinsi Settsu]] di tempat yang sekarang disebutbernama [[Prefektur Osaka|Osaka]].<ref>{{Cite book|last1=Hōga|first1=Toshio|title=Wani shi : chūgoku kōnan kara kita watatsumizoku no nagare|last2=宝賀寿男|publisher=Aogakishuppan|year=2012|isbn=978-4-434-16411-8|language=ja|oclc=779877582}}</ref> Sisa-sisa budaya Azumi juga ditemukan di Pulau Awaji di [[Prefektur Hyōgo]].<ref>{{Cite web|last=Yamada|first=Sohei|title=The Spaciality of Awaji Island: A Essay regarding the Place of Gossa-Kaito Archaeological Site and Environs|url=http://www.gossa-walking-museum.net/en/about_gossa/spaciality.html|website=Gossa Walking Museum}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Suku Azumi memegang teguh kepercayaan terhadap dewa yang akan memandu pelayaran di lautan jika mereka berdoa kepadanya sebelum melaut. Dewa ini, yang dikenal sebagai 'Azumi no Isora' menjadi pusat kepercayaan suku Azumi dan dipercaya berkuasa atas perairan Jepang.<ref name=":02"/>
Baris 47:
'Azumi no Isora' juga diyakini muncul selama [[zaman Muromachi]], pada waktu yang sama dengan munculnya tiga dewa Watatsumi yang serupa: Sokotsu, Uwatsu dan Ojin. Ketiga dewa ini, yang merupakan representasi lautan Jepang, dikatakan telah menyatu menjadi entitas tunggal yang dikenal sebagai Isora.<ref name=":02"/> Roh Isora yang direpresentasikan melalui [[kuda laut]]<ref name=":4">{{Cite book|last=Davis|first=F. H|title=Myths and Legends of Japan|publisher=Dover Publications|year=1912|isbn=1602063699|location=New York|pages=331}}</ref> dianggap sebagai simbol kemurnian, yang memberikan bimbingan kepada orang-orang Azumi sepanjang hidup mereka.<ref name=":02"/>
 
Selain itu, Azumi no Isora dipercaya sebagai leluhur manusia purba karena dialah yang pertama kali melakukan ritual tarian yang dikenal sebagai "''Sei-no-no"'' (juga dikenal sebagai ''Seino'' dan ''Kuwashi-O'').<ref name=":02"/> Tarian itu diyakini dilakukan dalam dua bagian yang dipisahkan oleh jeda dialog yang dibawakan oleh dua karakter: dewa Isora dan dewi Toyo. Dalam dialog tersebut, Isora digambarkan sebagai seorang pria tua beruban.<ref>{{Cite book|last=Ito|first=S|title=Supernatural Elements in No Drama|publisher=University of London|year=1969|isbn=978-0-355-48561-5|location=London|pages=56–58}}</ref> “Sei''Sei-no-no”no'' dimainkan oleh empat pria: dua dengan gendang kecil untuk mengiringi gerakan dan dua penari tanpa gendang. Keempatnya mengenakan kain putih yang menutupipenutup wajah, dan menari sepanjang malam mengikuti alunan serulingmusik.<ref name=":02"/>
 
Tarian ini diturunkan dari generasi ke generasi oleh suku Azumi sebagai ritual untuk menceritakan hubungan mereka dengan Azumi no Isora dan membacakan puji-pujian untuknya. Tarian ini juga diiringi dengan ritual cangkang penyu oleh ''Urabe Diviners'' sebagai langkah untuk menentukan hari baik untuk melaut.<ref name=":02"/> Penghormatan orang-orang Azumi terhadap ''Urabe Diviners'' ditunjukkan melalui tiga batu berbentuk penyu yang terdapat di kuil mereka.<ref name=":02"/>
 
Saat ini, ada beberapa kuil yang didedikasikan untuk Azumi. Ada satu di Teluk Genkai di Pulau Shikanoshima yang didedikasikan untuk Azumi no Isora yang berisi batu suci sebagai lambang penyu, serta lebih dari seribu tanduk rusa untuk menjaga hubungan mereka dengan para dewa.<ref name=":02"/> Terdapat pula kuilKuil Hodaka di sisi utara Jepang. Kuil ini dianggap sebagai 'museum mini', semata-mata didedikasikan untuk melestarikan budaya dan sejarah Azumi yang kaya.<ref name=":02"/>
 
== Cerita rakyat ==
Baris 58:
Sebuah cerita rakyat menceritakan asal usul orang Azumi dan leluhur-dewa mereka yang dikenal sebagai "Kelahiran Takemikatsuchi". Kisah ini mirip dengan cerita [[Izanami]] dan [[Izanagi]], dewa dalam agama Shinto. Mereka diyakini sebagai dewa yang menciptakan alam semesta dan Kepulauan Jepang dengan cara mengaduk lautan dengan tombak mereka.<ref name=":3">{{Cite book|last=Grapard|first=A. G.|title=The Protocol of the Gods: a study of the Kasuga Cult in Japanese History|publisher=University of California Press|year=1992|isbn=0520910362|location=Berkeley|pages=32}}</ref>
 
Namun, upaya awal mereka untuk menciptakan kehidupan tidak berhasil, karena Izanami melahirkan [[lintah]]. Hal itu diyakini sebagai akibat dari ketidaktaatannya terhadap konstruksi sosial Jepang tentang wanita – dia memulai hubungan seksual, sesuatu yang seharusnya dimulai oleh laki-laki.<ref name=":3" /> Meskipun mereka akhirnya mencapai kesuksesan dengan ciptaan mereka – melahirkan Delapan Pulau Jepang dan menciptakan ''kami'' – apa yang mereka lakukan berimbas pada kemalangan lainnya, termasuk kematian Izanami. Hal ini membuat Izanagi marah dan melakukan berbagai tindakan kotor yang menjerumuskan dirinya sendiri.<ref name=":3" />
 
Akhirnya, Izanagi memilih untuk bertobat dan mencoba untuk membersihkan dirinya dari dosa. Pada saat inilah dewa Watatsumi dan Sumiyoshi tercipta.<ref>{{Cite book|last=Uehara|first=T|title=The Dynamics of The Archetypes in Japanese Shinto Mythology|publisher=University of Southern California|year=1960|isbn=9781084372177|location=Los Angeles|pages=210, 472}}</ref> Keduanya adalah sosok yang penting karena diyakini sebagai leluhur suku Azumi. Selain itu, kedua dewa ini, bersama dengan Isora, disembah oleh orang Azumi karena terkait dengan keterampilan, strategi, dan pelayaran.<ref name=":3" />
 
Cerita rakyat lain termasuk tentang dewa mereka 'Isora'. Orang-orang Azumi merinci kisah penciptaan Isora dan bagaimana permatanya yang tersembunyi di istana naga di dasar laut dapat mengendalikan pasang surut dan pola cuaca. Mereka percaya bahwa raja naga yang menjaga istana tidak mau menunjukkan dirinya karena penampilan yang jelek; sekujur tubuhnya ditutupi [[abalon]], [[teritip]], dan [[kerang]]. Namun, tarian ''kagura'' memiliki kemampuan untuk mengelabui sang naga, membawa orang-orang Azumi ke 'harta karun' yang tak ternilai: pengetahuan tentang samudra raya.<ref name=":02"/> ''Kagura'' secara langsung diterjemahkan menjadi 'pertunjukan dewa' yang terkait erat dengan agama Shinto. Tarian ''kagura'' dianggap mirip dengan tarian "''Sei-no-no"'' yang diturunkandisampaikan turun-temurun.<ref name=":02"/> Tradisi ini menjadi inspirasi seni teater topeng Jepang, di mana pementasannya menceritakan ceritakisah-ceritakisah agama Shintō.<ref>{{Cite web|title=Asian Traditional Theatre & Dance|url=https://disco.teak.fi/asia/kagura-sacred-shinto-dances/|last=Miettinen|first=J. O.|date=2018}}</ref>
 
Saat ini, kuil-kuil seperti Kuil Shikaumi-jinja di Okitsu-gu di Pulau Shinkanoshima telah menjadi pusat pemujaan Isora serta menjadi situs sejarah yang melestarikan cerita rakyat untuk generasi mendatang.<ref name=":1" />
Baris 68:
== Tempat-tempat ==
=== Kolam Myojin ===
[[File:Myojin_Pond_Nino-ike_01.JPG|thumb|"Pantulan cermin" di Kolamkolam Myojin.]]
[[File:Shikaumi-jinja haiden.JPG|thumb|Shikaumi Jinja, dianggap sebagai kuil leluhur Azumi, di Fukuoka.]]
Kolam Myojin di Kamikochi menarik para keturunan suku Azumi dan para wisatawan. Kolam ini terkenal akan kejernihannya dan memiliki pantulan yang jelas seperti cermin, dan menjadi sebagai salah satu tempat keramat karena menjadi lokasi penyembahan dewa-dewa Azumi.<ref>{{Cite web|title=Myojin-ike Pond|url=https://www.findnewjapan.com/nature/myojin-pond-%E6%98%8E%E7%A5%9E%E6%B1%A0/|last=Takeshi|date=3 Oktober 2019|website=Find New Japan}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Di Kuil Hotaka di Kota [[Azumino, Nagano|Azumino]], terdapat festival tahunan di mana orang-orang mengucapkan terima kasih mereka kepada air. Di kota ini, terdapat suatu tempat di mana ketiga sungai (Azusa, Karasu dan Nakabusa), serta air dari salju yang meleleh di Pegunungan Kamikōchi bertemu. Gunung Kamikōchi memiliki arti penting bagi orang-orang Azumi karena air yang mengalir di gunung ini digunakan untuk mengairi tanaman mereka.<ref name=":5">{{Cite web|title=Azusa - Nature and Culture Flow as One in the Sacred River|url=http://www.kamikochi.org/history/asusa-nature-and-culture-flow-as-one-in-the-sacred-river-2-|last=Habington|first=Will|date=12 Juni 2012|website=Kamikochi}}</ref> Dengan menggunakan air Kamikōchi, masyarakat Jepang melakukan ritual yang dikenal sebagai “Omizu''Omizu-tori”tori'' (mengambil air) dan “Omizu''Omizu-gaeshi”gaeshi'' (mengembalikan air), di mana air yang sudah diambil dianggap berhak untuk kembali ke asalnya di kolam Myojin.<ref name=":5" /> Selama perayaan ini, suku Azumi merayakan hubungan mereka yang erat dengan air dan rasa terima kasih mereka kepada air yang senantiasa membantu hidup mereka – baik ketika mereka masih menjadi pelaut yang andal maupun saat mereka hidup sebagai petani.<ref name=":02" />
 
Saat ini, Kolamkolam Myojin dikunjungi banyak turis karena air yang ada di sana adalah pengingat atas budaya, tradisi, dan sejarah Azumi.<ref name=":1" />
 
=== Shikaumi Jinja ===
Prefektur Fukuoka adalah lokasi bagi apa yang dianggap sebagai kuil nenek moyang Azumi yang disebut ''Shikaumi Jinja''. Kuil ini dipimpin oleh seorang pendeta keturunan klan Azumi, dan upacara ''gojinkosai'' digelar setiap dua tahun sekali guna melestarikan budaya asli Fukuoka.<ref>{{Cite web|title=Shikaumi Jinja Gojinkosai|url=http://www.dydo-matsuri.com/english/list/2015/shikaumi/|website=DyDo GROUP Matsuri of Japan|access-date=2022-05-29|archive-date=2020-01-31|archive-url=https://web.archive.org/web/20200131135054/http://www.dydo-matsuri.com/english/list/2015/shikaumi/|dead-url=yes}}</ref> Kuil dan ritual banyak menampilkan motif rusa yang identik dengan Azumi.<ref name=":02"/>
 
== Referensi ==