Pemberontakan Jesselton: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Dampak: typo |
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230309)) #IABot (v2.0.9.3) (GreenC bot |
||
(13 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox military conflict
| conflict = Pemberontakan Jesselton
| image = [[
| caption = Beberapa nama anggota gerakan pemberontakan sebagian dari kelompok utama yang kemudian dieksekusi setelah pemberontakan.
| date = {{start date|df=yes|1943|10|09}} – {{end date and age|df=yes|1944|01|21|1943|10|09}}<br />({{Age in years, months, weeks and days|month1=10|day1=09|year1=1943|month2=01|day2=21|year2=1944}})
Baris 16:
{{flagdeco|United States|1912}} [[Pasukan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Timur Jauh|Pasukan Amerika Serikat di Filipina]]
| units2 = {{flagdeco|Kekaisaran Jepang|army}} [[Angkatan Darat Kekaisaran Jepang]]<br />{{*}} [[Kempeitai]]
| commander1 = {{flagdeco|Republik Tiongkok}} [[Albert Kwok]]<small>{{Surrendered}}{{POW}}[[
| commander2 = {{flagdeco|Kekaisaran Jepang|army}} Shimizu
| strength1 = 100 [[Diaspora Cina|Tionghoa]]<br />≈200 [[Suku Bajau|Bajau]]-[[Suku Tausūg|Suluk]]/[[Suku Dusun|Dusun]]-[[Suku Murut|Murut]]/[[Sikh|India Sikh]]
| strength2 = ≈Ratusan polisi Jepang (1943)<br />≈Ribuan tentara Jepang (selepas 1943)
| casualties1 =
| casualties2 = 50–90 tentara Jepang tewas
| casualties3 = 2,000–4,000 warga sipil dibunuh tentara Jepang
Baris 27:
'''Pemberontakan Jesselton''' (juga dikenal sebagai '''Insiden Dua Sepuluh''') adalah sebuah pemberontakan oleh gerakan pemberontak multietnis yang terdiri dari [[Diaspora Cina|Tionghoa]] dan pribumi lokal di Jesselton, Borneo Utara yang dipimpin oleh Albert Kwok di bawah pasukan gerilya yang dikenal sebagai Angkatan Pertahanan Gerilya Kinabalu melawan [[pendudukan Borneo Britania oleh Jepang|Jepang yang menduduki Borneo Britania]].
Gerakan tersebut berhasil membunuh sekitar 50–90 tentara Jepang dan sementara menyalip
Pemimpin pemberontakan akhirnya memutuskan untuk menyerah setelah diancam akan lebih banyak warga sipil akan dieksekusi jika mereka tidak menyerahkan diri. Setelah penangkapan dan eksekusi selanjutnya, Jepang kembali mengelola Borneo Utara sampai tahun 1945 ketika misi pembebasan Sekutu utama mulai tiba.
== Latar belakang ==
[[Berkas:AlbertKwok.JPG|
Dengan peraturan keras yang terus-menerus selama pendudukan Jepang, ada beberapa pemberontakan terhadap Jepang terutama di pantai barat Borneo Utara, di mana pemberontakan dipimpin oleh [[Albert Kwok]] dengan anggota-anggotanya terdiri dari [[Diaspora Cina|Tionghoa]] dan beberapa [[masyarakat adat]].{{sfn|Tarling|2001|pp=196}}{{sfn|Ham|2013|pp=166}} Kwok, seorang [[Suku Teochew]] dari [[Kuching]] di negara tetangga [[Kerajaan Sarawak]] sebelumnya telah bekerja dengan Palang Merah China, dan melayani di bawah [[Kuomintang]] [[Chiang Kai-shek]],{{sfn|Tregonning|1960|pp=88}}{{sfn|Danny|1998|pp=154}} sebelum kembali ke Borneo melalui [[Malaya Inggris|Malaya]] pada tahun 1940.{{sfn|Goodwin|1953|pp=31}}{{sfn|Evans|1990|pp=50}} Selama waktunya di China, Kwok juga merupakan murid dari Sekolah Masehi Advent Hari Ketujuh di [[Guangzhou|Canton]]. Dia tiba di Jesselton pada tanggal 15 Mei 1941 dan memulai sebuah praktik yang mengobati [[wasir]].{{sfn|Danny|1998|pp=154}}{{sfn|Julitta|2005|pp=312}}
Pada bulan Februari 1942, Kwok ingin menjalin kontak dengan orang Australia atau orang Amerika di bagian timur Borneo Utara namun tidak dapat berjalan melintasi hutan lebih jauh karena saat dia mencapai [[Pensiangan]] dia melihat kehadiran pasukan Jepang yang sangat besar.{{sfn|Tregonning|1960|pp=88}} Dia perlu menjalin hubungan dengan gerakan Sekutu, terutama [[Pasukan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Timur Jauh|Pasukan Amerika Serikat di Filipina]] (USFIP) karena hanya gerakan itu satu-satunya pemberontak bersenjata di wilayah itu pada saat ini disuplai dengan senjata api.{{sfn|Kratoska|2013|pp=124}} Setelah berhasil menjalin kontak dengan pasukan Amerika di Filipina dengan bantuan rekan bisnis Tionghoa bernama Lim Keng Fatt,{{sfn|Kratoska|2013|pp=124}}{{sfn|Reece|1998|pp=162}} seorang ulama Muslim (''[[Imam]]'') bernama Marajukim dari [[Sulu]] yang merupakan sebagian dari relawan pribumi Filipina yang melawan Jepang mendekati Kwok di Jesselton dimana dia mulai berangkat ke [[Tawi-Tawi]] untuk mengikuti pelatihan.{{sfn|Julitta|2005|pp=318}} Dari sana, mereka melakukan perjalanan lebih jauh ke Sulu dan bertemu Letnan Kolonel Alejandro Suarez dan mengetahui aktivitas gerakan
Pada bulan Mei 1943, Kwok kembali ke Jesselton dengan tekad tinggi untuk membebaskan Borneo Utara. Begitu sampai di sana, dia pertama kali menghubungi Asosiasi Pertahanan Diaspora Cina (OCDA), yang bantuannya diperoleh dari peralatan medis dan sumbangan uang tunai untuk mendukung pemberontakan di Sulu.{{sfn|Evans|1990|pp=51}} Sekali lagi, pada bulan Juni 1943, dia melakukan perjalanan dengan Marajukim ke Filipina. Melalui mediasi Suarez, dia bertemu dengan perwakilan tentara AS dan diangkat menjadi Letnan pada tanggal 1 Juli 1943.{{sfn|Julitta|2005|pp=328}} Kali kedua dia kembali ke Borneo Utara, Kwok sudah mendapatkan tiga pistol, satu kotak genggam [[granat]] dan dijanjikan akan diberi lebih banyak senjata.{{sfn|Kratoska|2013|pp=125}} Namun, karena dia tidak dapat mendorong gerilyawan di [[Kepulauan Sulu]] untuk mengirim lebih banyak senjata api, dia terpaksa melancarkan pemberontakan dengan persediaan terbatas.{{sfn|Tregonning|1960|pp=89}} Sebuah kelompok pemberontak di bawah kepemimpinannya kemudian didirikan pada tanggal 21 September 1943, dengan kelompok tersebut menyebut diri mereka sebagai Asosiasi Keselamatan Nasional Diaspora Cina (CNSA),{{sfn|Danny|2004|pp=116}} sebuah cabang dari OCDA.{{sfn|Tregonning|1960|pp=89}} Dengan kolaborasi antara orang-orang Tionghoa dan masyarakat adat, kelompok tersebut kemudian dikenal sebagai Angkatan Pertahanan Gerilya Kinabalu.{{sfn|Evans|1990|pp=52}}{{sfn|Kratoska|2013|pp=128}}
== Pemberontakan ==
[[Berkas:Petagas Sabah PetagasWarMemorial-05.jpg|jmpl|kiri|Sebuah piring peringatan bagi 324 anggota pemberontakan yang tewas serta korban pembantaian Jepang di Petagas.]]
Karena keputusan Jepang untuk menyerang terhadap sebarang bentuk oposisi pemerintahan Jepang semakin dekat, kelompok pemberontak tersebut dipaksa untuk meluncurkan serangan lebih cepat dari jadwal. Dengan sebagian besar anggotanya hanya bersenjatakan [[parang]], [[tombak]] dan [[keris]],{{sfn|Abbas|Bali|1985|pp=159}} gerakan tersebut meluncurkan serangan mereka dari 9 Oktober 1943 dan untuk sementara merebut kembali Jesselton, [[Tuaran]] dan [[Kota Belud]], meninggalkan sekitar 50–90 korban di pihak Jepang.{{sfn|Kratoska|2013|pp=111}}{{sfn|Luping|Chin|Dingley|1978|pp=40}}{{sfn|Ooi|1999|pp=56}} Melalui gabungan serangan darat dan laut ke atas Jepang, sebagian besar penduduk pulau di sekitar wilayah pesisir menyumbang kapal ke gerakan tersebut. Pemimpin [[Suku Bajau|orang-orang Bajau]]-[[Suku Tausūg|Suluk]] seperti Panglima Ali ([[Pulau Sulug]]), Jemalul ([[Kepulauan Mantanani]]), Orang Tua Arshad (Pulau Udar) dan Saruddin ([[Pulau Dinawan]]) sebagian besar berkontribusi melalui serangan laut.{{sfn|Ooi|2010|pp=164}}
Jemalul dan Saruddin mengajukan diri sebagai relawan pribumi dari Filipina untuk memimpin Orang-orang Binadan di Kepulauan Mantanani dan Pulau Dinawan.{{sfn|Dick|1983|pp=47}} Dari darat, gerakan tersebut didukung oleh pemimpin asli [[Suku Dusun orang|Dusun]]-[[Suku Murut|Murut]] melalui pemimpin seperti Musah mewakili masyarakat Dusun dan Duallis untuk kaum Murut serta anggota [[Polisi Kekaisaran India]] dipimpin oleh Polisi Subedar Dewa Singh.{{sfn|Ooi|2010|pp=164}} Sementara anggota administrasi dan polisi otoritas Borneo Utara kebanyakan bertugas di bawah Pasukan Sukarelawan Borneo Utara (NBVF) yang dipimpin oleh Jules Stephens dan Charles Peter,{{sfn|Ooi|2010|pp=164}} serta [[Sersan]] Bud Singh dan [[Kopral]] Sohan Singh.{{sfn|Hwang|2010}}
Setelah pemberontakan yang berhasil, gerakan
== Dampak ==
[[Berkas:Petagas Sabah PetagasWarMemorial-04.jpg|
Setelah kedatangan angkatan penguatan Jepang, pihak berwenang Jepang kemudian melakukan serangan balik yang kejam dengan mengebom permukiman pesisir dari Kota Belud sampai [[Membakut]] dan warga sipil ditembak dengan senjata mesin.{{sfn|Ooi|1999|pp=56}}{{sfn|Ooi|2010|pp=186}} Hampir semua desa di daerah tersebut dibakar dengan sekitar 2,000–4,000 warga sipil yang tidak bersalah dieksekusi, kebanyakan adalah warga Bajau-Suluk.{{sfn|Ooi|2013|pp=77}}{{sfn|Kratoska|2013|pp=113}} Setelah diancam akan lebih banyak warga sipil akan terbunuh jika pemimpin pemberontakan tersebut tidak menyerahkan diri, Kwok akhirnya menyerah dengan beberapa anggota puncaknya dimana dia dan sekitar 175 orang yang sebagian besar tidak ada hubungannya dengan pemberontakan tersebut menjadi sasaran untuk perintah eksekusi orang Jepang pada tanggal 21 Januari 1944 di Petagas, [[Putatan]].{{sfn|Danny|2004|pp=116}}
Setelah perang, [[Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh]] (IMTFE) yang didirikan pada tahun 1946 menyimpulkan bahwa selama gerakan pemberontakan yang dipimpin oleh orang-orang Tionghoa dan masyarakat adat di Borneo Utara, Kempeitai terlibat dalam teror dengan menangkap, menyiksa dan membunuh ratusan anggota pemberontakan Tionghoa dan juga melakukan pemusnahan penduduk pesisir yang didiami suku Suluk yang tampaknya sistematis.{{sfn|Watt|1985|pp=210}}{{sfn|Thurman|Sherman|2001|pp=123}} Pengorbanan gerakan tersebut dihormati dengan sebuah tugu peringatan di Petagas
== Catatan kaki ==
Baris 141 ⟶ 142:
| first = Bob
| year = 1998
| title = Masa Jepun: Sarawak Under the Japanese,
| publisher = Sarawak Literary Society
| isbn = 978-983-9115-06-2
Baris 159 ⟶ 160:
| first = Nicholas
| year = 2001
| title = A Sudden Rampage: The Japanese Occupation of Southeast Asia,
| url = https://archive.org/details/suddenrampagejap0000tarl
| publisher = C. Hurst & Co. Publishers
| isbn = 978-1-85065-584-8
Baris 188 ⟶ 190:
| first = Shau Hua Lim
| year = 2005
| title = Pussy's in the well: Japanese occupation of Sarawak,
| publisher = Research and Resource Centre, SUPP Headquarters
| isbn = 978-983-41998-2-1
| ref = harv
}}
* {{cite book
| last = Ooi
| first = Keat Gin
| year = 2010
| title = The Japanese Occupation of Borneo, 1941–45
| publisher = Routledge
| isbn = 978-1-136-96309-4
| ref = harv
}}
Baris 200 ⟶ 211:
| title = Remember the North Borneo resistance fighters
| publisher = [[The Star (Malaysia)|The Star]]
| archiveurl =
| archivedate =
| deadurl = yes
| ref = harv
| access-date = 2017-10-24
}}
* {{cite book
Baris 221 ⟶ 233:
| publisher = Routledge
| isbn = 978-1-136-12514-0
| ref = harv
}}
* {{cite book
| last = Ooi
| first = Keat Gin
| year = 2013
| title = Post-war Borneo, 1945–50: Nationalism, Empire and State-Building
| publisher = Routledge
| isbn = 1-134-05803-9
| ref = harv
}}
Baris 254 ⟶ 275:
| volume = 23
| pages = 19–30
| archiveurl =
| archivedate =
| deadurl = yes
| ref = harv
| access-date = 2017-10-24
}}
* {{cite web
Baris 270 ⟶ 292:
| pages = 19–32
| ref = harv
}}
* {{cite web
| last = Ooi
| first = Keat Gin
| year = 2010
| url = https://xa.yimg.com/kq/groups/14068187/1345942500/name/Japanese+Occupation+in+Borneo.pdf
| title = The Japanese Occupation of Borneo, 1941–1945
| publisher = Routledge
| isbn = 0-203-85054-8
| archiveurl = https://web.archive.org/web/20171025040505/https://xa.yimg.com/kq/groups/14068187/1345942500/name/Japanese+Occupation+in+Borneo.pdf
| archivedate = 2017-10-25
| deadurl = yes
| ref = harv
| access-date = 2017-10-25
}}
* {{cite web
Baris 277 ⟶ 313:
| title = Granddaughter seeks apology for massacre
| publisher = [[Daily Express (Malaysia)|Daily Express]]
| archiveurl =
| archivedate =
| ref = harv
| access-date = 2017-10-24
| dead-url = no
}}
* {{cite web
Baris 296 ⟶ 334:
| title = Albert Kwok's daring raid
| publisher = Daily Express
| archiveurl =
| archivedate =
| ref = harv
| access-date = 2017-10-24
| dead-url = no
}}
Baris 310 ⟶ 350:
[[Kategori:Medan Asia Tenggara pada Perang Dunia II]]
[[Kategori:Medan Pasifik Barat Daya pada Perang Dunia II]]
[[Kategori:Hubungan
|