Hukum Kanun Pahang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pierrewee (bicara | kontrib)
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{italic title}}
'''Hukum Kanun Pahang''' [[abjad Jawi|Jawi]]: حكوم قانون ڤهڠ ), juga dikenal sebagai '''Kanun Pahang'''<ref>[http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=kanun+pahang&d=8 Pusat Rujukan Persuratan Melayu - Kanun Pahang]</ref> atau '''Undang-Undang Pahang'''<ref name="Liaw 2013 434">{{harvnb|Liaw|2013|p=434}}</ref> adalah [[Qanun (hukum Islam)|Qanun]] atau norma hukum [[Kesultanan Pahang]] lama. Hukum ini berisi ketentuan penting yang menegaskan kembali keutamaan [[adat]] Melayu, sementara pada saat yang sama mengakomodasi dan mengasimilasi [[syariat Islam]]. Norma hukum ini sebagian besar berdasarkan model ''[[Undang-Undang Melaka]]'' dan ''[[Undang-Undang Laut Melaka]]'', dan disusun pada masa pemerintahan [[Sultan Pahang]] ke-12, [[Abdul Ghafur Muhiuddin Syah dari Pahang|Abdul Ghafur Muhiuddin Syah]]. Hukum ini dianggap sebagai salah satu intisari hukum tertua yang disusun di [[dunia Melayu]].<ref name="Liaw 2013 434"/>{{harvnb|<ref name="Zaini Nasohah| 2004|p= 7}}</ref><ref">{{harvnb|LiawZaini Nasohah|20132004|p=4347}}</ref>
 
Secara historis, Hukum Kanun Pahang diterapkan di [[Kesultanan Johor|Johor]],<ref>{{harvnb| name="Liaw| 2013|p= 434}}<"/ref> setelah penyatuan antara Pahang dan Johor pada 1623, dan juga memiliki pengaruh penting dalam pemakluman Undang-Undang di [[Perak]]<ref>{{harvnb| name="Liaw| 2013|p= 434}}<"/ref> dan [[Brunei]].<ref name="Mohammad bin Pengiran Haji Abd. Rahman 2001 176">{{harvnb|Mohammad bin Pengiran Haji Abd. Rahman|2001|p=176}}</ref> Pada tahun 2012, Hukum Kanun Pahang dimasukkan dalam Daftar Warisan Negara Malaysia, di bawah kategori objek warisan berwujud.<ref>[{{Cite web |url=http://www.heritage.gov.my/en/gereja-st-george |title=Jabatan Warisan Negara - Warisan Kebangsaan 2012] |access-date=2019-07-16 |archive-date=2017-03-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170328202133/http://www.heritage.gov.my/en/gereja-st-george |dead-url=yes }}</ref>
 
== Sejarah ==
Penerapan berbagai aspek sistem administrasi pemerintahan [[Kesultanan Melaka|Melaka]] berasal dari pertengahan abad ke-15, ketika [[Kerajaan Pahang LamaTua]] ditaklukkan dan dimasukkan ke dalam wilayah Kesultanan Melaka. Para penguasa awal Kesultanan Pahang kemudian, yang didirikan sebagai vasal Melaka, mempermaklumkan tradisi istana berdasarkan sistem Melaka sebagaimana ditetapkan dalam [[Undang-Undang Melaka]] dan [[Undang-Undang Laut Melaka]], dan menegakkan aturan-aturan [[adat]] dan agama yang ada untuk mempertahankan tatanan sosial. Semua aturan, larangan, dan adat istiadat yang telah dikodifikasikan sebagai hukum, pada gilirannya dihimpun melalui tradisi lisan dan dihafal oleh para menteri senior.<ref>{{harvnb|Abd. Jalil Borham|2002|p=86}}</ref>
 
Antara tahun 1592 dan 1614, atas perintah Sultan Pahang ke-12, [[Abdul Ghafur Muhiuddin Syah dari Pahang|Abdul Ghafur Muhiuddin Syah]], undang-undang ini diperbaiki dengan rincian-rincian dan yang paling penting, tercatat. Naskah hukumnya berisi ketentuan-ketentuan terperinci tentang masalah seremonial, penyelesaian konflik sosial, masalah maritim, hukum Islam, dan masalah umum. Undang-Undang Melaka asli dengan 44 klausul,<ref>{{harvnb|Abd. Jalil Borham|2002|p=88}}</ref> dikembangkan menjadi undang-undang Pahang dengan 93 klausul.<ref>{{harvnb| name="Zaini Nasohah| 2004|p= 7}}<"/ref>
 
Tak lama setelah kematian Abdul Ghafur Muhiuddin Syah, Pahang jatuh ke dalam kekacauan setelah menderita serangan dahsyat dari Aceh. Dilantiknya seorang kerabat, [[Abdul Jalil Syah III|Raja Bujang]], duduk di [[Sultan Pahang|singgasana Pahang]], dan beberapa tahun kemudian pada tahun 1623, di [[Sultan Johor|singgasana Johor]], telah menyatukan kedua negara di bawah satu pemerintahan. Undang-Undang Pahang merupakan bagian dari unsur-unsur yang diintegrasikan ke dalam pemerintahan baru. Disebutkan dalam naskah Hukum Kanun Pahang yang masih bertahan, bahwa undang-undang tersebut juga diberlakukan di Johor.<ref>{{harvnb| name="Liaw| 2013|p= 434}}<"/ref>
 
Hukum Kanun Pahang ini juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam diundangankannya Hukum Kanun Brunei (Undang-Undang [[Brunei]])<ref>{{harvnb| name="Mohammad bin Pengiran Haji Abd. Rahman| 2001|p= 176}}<"/ref> dan "Undang-Undang 99" ("Undang-Undang [[Perak]] 99").<ref>{{harvnb| name="Liaw| 2013|p= 434}}<"/ref> Meskipun Perak dan Brunei tidak pernah ditundukkan oleh Pahang, hal ini dimungkinkan karena kedua negara menjalin hubungan diplomatik, perdagangan, dan bahkan perkawinan yang kukuh dengan para penguasa Pahang. Sultan Abdul Ghafur sendiri menikah dengan seorang putri [[Saiful Rijal]] dari Brunei, dan dia menunangkan putra sulungnya dengan seorang putricucu cucuperempuan Sultan Perak.<ref>[https://www.royalark.net/Malaysia/pahang2.htm Royal Ark - Genealogy of Melaka dynasty of Pahang]</ref>
 
==CatatanLihat juga==
*[[Undang-Undang Laut Melaka]]
*[[Undang-Undang Melaka]]
 
== Catatan ==
{{reflist|40em}}
 
== Bibliografi ==
* {{citation | author = Abd. Jalil Borham | title = Pengantar Perundangan Islam (An Introduction to Islamic Legislature)| publisher = [[Universiti Teknologi Malaysia]] press | year = 2002 | location=Johor Bahru | isbn = 983-52-0276-1 }}
* {{citation | last = Liaw | first = Yock Fang | title = A History of Classical Malay Literature| publisher = Institute of Southeast Asian Studies | year = 2013 | location= | isbn = 978-981-4459-88-4 }}
* {{citation | author = Mohammad bin Pengiran Haji Abd. Rahman | title = Islam di Brunei Darussalam| publisher = Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei | year = 2001 | location= | isbn = 978-999-1701-81-3 }}
* {{citation | author = Siti Mashitoh Mahamood | title = Waqf in Malaysia: Legal and Administrative Perspectives| publisher = University of Malaya press | year = 2006 | location= | isbn = 983-100-287-3 }}
* {{citation | author = Zaini Nasohah | title = Pentadbiran undang-undang Islam di Malaysia : sebelum dan menjelang merdeka| publisher = Utusan Publications | year = 2004 | location= | isbn = 978-967-6115-19-5 }}
 
[[Kategori:Norma hukum]]