Teologi kontekstual: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
 
(72 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Teologi kontekstual''' adalah cabang ilmu [[teologi]] [[Kristen]] yang menelaah bagaimana ajaran Kristen dapat menjadi relevan di konteks-konteks yang berbeda.<ref name="Tomatala"/> Teologi ini merupakan bagian dari [[teologi pembebasan]].<ref name="Drewes">{{id}}Drewes, B. F. dan Julianus Mojau. 2007. ''Apa itu Teologi: Pengantar ke dalam Ilmu Teologi''.Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Beberapa contoh teolog yang mengangkat isu teologi kontekstual adalah [[Kosuke Koyama]], [[C. S. Song]], dan [[Gustavo Gutierrez]].<ref name="Elwood">{{en}}Douglas J. Elwood. 2006. ''Teologi Kristen Asia: tema-tema yang tampil ke permukaan''.Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref>
'''Teologi kontekstual''' adalah refleksi ideal dari setiap orang [[Kristen]] dalam konteks hidupnya atas berbagai [[ajaran]] yang diterima melalui [[firman]] [[Allah]].{{fact}} [[Refleksi]] ini memberikan pemahaman, penerimaan, dan pendirian, serta dampak yang dipengaruhi oleh [[firman]] yang [[seimbang]] dengan konteks dan telah digambarkan dengan [[sikap]] diri untuk mengekspresikan [[pengertian]] yang baru.{{fact}} Istilah [[kontekstual]] telah digunakan secara [[populer]] dalam dunia [[pendidikan]] [[teologi]] pada dekade akhir [[abad XX]].{{fact}} Teologi [[kontekstual]] menekankan cara berteologi yang disesuaikan dengan [[konteks]] atau [[lingkungan]] hidupnya secara utuh.{{fact}} Proses [[teologi]] kontekstual dapat terjadi dengan usaha [[integratif]] yang memadukan upaya pemahaman [[kognitis]] tentang pandangan [[Alkitab]] terhadap [[konteks]] [[budaya]] dan [[manusia]].{{fact}} Tiga hal yang sangat berperan dalam memahami [[teologi]] kontekstual, yaitu: [[Allah]], [[manusia]], dan [[Firman Allah]]. <ref name="buku1">{{id}} Y. Tomatala. 1993. Berteologi dalam Kontekstual. Malang: Gandum Mas. Hlm. 2-7. 72-73</ref>
 
== KontekstualSejarah dalamSingkat Alkitab==
Istilah kontekstualisasi telah digunakan secara populer dalam dunia teologi pada akhir abad ke-20.<ref name="Tomatala">{{id}}Y. Tomatala. 1993. ''Teologi Kontekstual: Suatu Pengantar''.hal 2. Malang: Gandum Mas.</ref> Kata ini ditambahkan pada perbendaharaan kata dalam bidang misi dan teologi sejak diperkenalkan oleh ''Theological Education Fund'' (TEF) pada tahun 1972.<ref name="TEF">{{en}}Theological Education Fund Staff. 1972. ''Ministry in Context: The Third Mandate Programme of The Theological Education Fund''.England: Theological Education Fund.</ref> Ada kelompok yang mempergunakan dan mempertahankan penggunaan istilah kontekstualisasi.<ref name="Tomatala"/> Namun, ada pula yang menggunakan istilah lain, seperti [[teologi lokal]], [[teologi inkulturasi]], dan [[teologi pribumi]].<ref name="Tomatala"/>
Teologi kontekstual [[Alkitab]] dibagi atas dua bagian besar, yaitu: [[Perjanjian Lama]] dan [[Perjanjian Baru]].<ref name="buku2">{{id}} David.J. 2009. Kontekstualisasi (makna, metode dan model). Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 20-14</ref>
 
Konteks pembicaraan tentang kontekstualisasi dalam diskusi TEF adalah pendidikan teologi di negara-negara [[Dunia Ketiga]].<ref name="TEF"/> Namun, para teolog menyadari bahwa ide dari kontekstualisasi itu sendiri sebetulnya sudah ada jauh sebelum TEF bersidang, yaitu terdapat dalam [[Alkitab]].<ref name="TEF"/> Contohnya adalah inkarnasi [[Yesus]] dan pendekatan [[Paulus]] pada waktu ia mengkomunikasikan [[Injil]] kepada orang bukan [[Yahudi]].<!--tidak jelas bagi pembaca non teologi--><ref name="TEF"/> Oleh karena itu, para teolog beranggapan bahwa kontekstualisasi hanya merupakan istilah baru dari istilah-istilah yang telah ada dan dipakai sebelumnya.<ref name="TEF"/> Istilah-istilah itu adalah pribumi, inkulturasi, akomodasi dan adaptasi.<ref name="TEF"/>
 
== Model-model Pendekatan Kontekstual ==
Dalam penerapannya, teologi kontekstual memiliki beberapa model pendekatan.<ref name="Tomatala"/>
=== Model Akomodasi ===
Akomodasi adalah sikap menghargai dan terbuka terhadap kebudayaan asli.<ref name="Tomatala"/> Sikap ini dinyatakan dalam bentuk kelakuan, perbuatan, dan perkataan, baik dalam ranah ilmiah maupun praktis.<ref name="Tomatala"/> Objek akomodasi adalah kehidupan budaya yang menyeluruh dari suatu bangsa, baik dari segi fisik, sosial, dan ideal.<ref name="Tomatala"/> Dalam pendekatan ini, terjadi sebuah pengambilalihan nilai-nilai budaya dan dipadukan dengan nilai-nilai Kristiani.<ref name="Tomatala"/> Dengan demikian, terdapat pandangan positif bagi [[Alkitab]].<ref name="Tomatala"/> Selama ini, [[Alkitab]] dipandang menghancurkan nilai-nilai dalam suatu budaya.<ref name="Tomatala"/>
 
=== Model Adaptasi ===
Model ini berbeda dengan model akomodasi.<ref name="Tomatala"/> Model ini tidak mengasimilasikan unsur budaya dalam nilai-nilai Kristiani.<ref name="Tomatala"/> Model ini menggunakan bentuk atau pemahaman yang ada dalam suatu budaya untuk menjelaskan suatu pemahaman dalam kekristenan.<ref name="Tomatala"/> Tujuan dari model ini adalah untuk mengekspresikan dan menerjemahkan Alkitab dalam istilah setempat (''indigenous terms'').<ref name="Tomatala"/> Hal ini dilakukan agar istilah Kristiani tersenut dapat dipahami oleh suatu masyarakat dengan konteks yang berbeda.<ref name="Tomatala"/>
 
=== Model Prossesio ===
''Prossesio'' adalah sikap yang menanggapi budaya secara negatif.<ref name="Tomatala"/> Proses ''prossesio'' terjadi melalui seleksi, penolakan, reinterpretasi, dan rededikasi.<ref name="Tomatala"/> Kelompok yang menganut model ini memahami bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang telah dirusak oleh dosa.<ref name="Tomatala"/> Tidak ada kebaikan di dalam kebudayaan.<ref name="Tomatala"/> Model ini juga memahami bahwa hanya Kekristenan dan Alkitab yang kudus dan tidak berdosa.<ref name="Tomatala"/>
 
=== Model Transformasi ===
Model ini berakar pada pemahaman [[Richard Niebuhr]] mengenai [[Allah]] dan kebudayaan. [[Allah]] dipahami berada di atas kebudayaan.<ref name="Tomatala"/> Melalui kebudayaan, [[Allah]] berinteraksi dengan manusia.<ref name="Tomatala"/> Bila seseorang dibaharui oleh Allah, maka kebudayaan tersebut juga ikut dibaharui.<ref name="Tomatala"/>
 
=== Model Dialektis ===
Model ini menekankan interkasi yang dinamis antara teks dan konteks. Konsep ini didukung oleh pemahaman yang kuat bahwa kebudayaan juga membawa perubahan.<ref name="Tomatala"/> Tidak hanya Kekristenan yang membawa perubahan bagi konteks, tetapi konteks juga memberi perubahan bagi Kekristenan.<ref name="Tomatala"/> Contohnya dalam [[teologi]], kebudayaan memberi warna baru bagi teologi dalam usahanya menghadirkan Kekristenan di tengah konteks yang ada.<ref name="Tomatala"/>
 
== Tokoh ==
=== Matteo Ricci ===
[[Berkas:Ricci1.jpg|bingkai|ka|Matteo Ricci (kiri) dan [[Xu Guangqi]](徐光启) (kanan) dalam [[Unsur Euclid]] edisi Cina(《几何原本》)]]
[[Matteo Ricci]] adalah [[pastur]] dari [[Ordo Yesuit]] di [[Italia]].<ref name="Sunquist">{{en}}Sunquist, Scott W. 2001. ''A Dictionary of Asian Christianity''.Michigan: William B. Eerdman Publishing Co.</ref> Ia diutus menjadi [[misionaris]] di [[Cina]] selama [[Dinasti Ming]].<ref name="Sunquist"/> Ia memperkenalkan budaya [[Barat]] ke [[Cina]].<ref name="Sunquist"/> Ia juga salah satu [[misionaris]] yang menggunakan model pendekatan akomodasi.<ref name="Sunquist"/>
 
=== Gustavo Gutierrez ===
[[Gustavo Gutierrez]] adalah seorang imam [[Katolik]].<ref name="Lane">{{id}}Lane, Tony. 2007. ''Runtut Pijar''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia juga seorang teolog.<ref name="Lane"/> Ia lebih dikenal sebagai teolog pembebasan.<ref name="Lane"/> Ia mencetuskan ide [[teologi pembebasan]].<ref name="Lane"/> Ide itu berakar pada konteks saat itu.<ref name="Lane"/> Ia melihat bahwa gereja tidak memihak kepada yang miskin.<ref name="Lane"/> Gereja hanya mementingkan dirinya sendiri.<ref name="Lane"/>
 
=== C. S. Song ===
[[Choang Seng Song]] atau yang dikenal sebagai C. S. Song adalah salah satu teolog kontekstual di Asia.<ref name="Song">{{en}}Song, C. S. 1982. ''The Compassionate God''.New York: Orbis Books</ref> Ia memahami bahwa ilmu teologi yang selama ini diajarkan dan dikembangkan oleh gereja-gereja di Asia tidak menyentuh budaya lokal.<ref name="Song"/> Dalam pandangannya, teologi semestinya menyentuh konteks.<ref name="Song"/>
 
=== Kosuke Koyama ===
[[Kosuke Koyama]] adalah salah satu teolog yang mengembangkan teologi kontekstual di [[Jepang]].<ref name="Koyama">{{en}}Koyama, Kosuke. 2009. ''Water Buffalo Theology''.New York: Orbis Books</ref> Ia tidak hanya seorang teolog, tetapi juga seorang [[misionaris]].<ref name="Koyama"/> Salah satu teologi kontekstual yang ia kembangkan adalah [[teologi kerbau]].<ref name="Koyama"/>
 
=== Aloysius Pieris ===
[[Aloysius Pieris]] adalah seorang teolog dari [[Sri Lanka]].<ref name="England">{{en}}England, John C. 2009. ''Asian Christian Theologies: A Research Guide to Authors, Movements, Sources. Volume 1: Asia Region, South Asia, Austral Asia''.New Delhi: ISPCK</ref> Ia juga ikut mengembangkan teologi kontekstual di negara tersebut.<ref name="England"/> Salah satu bentuk teologinya adalah teologi kemiskinan dan kaitannya dengan [[pluralisme]].<ref name="England"/>
 
=== Hope S. Antone ===
[[Hope S. Antone]] adalah salah satu teolog dari [[Filipina]].<ref name="Antone">{{id}}Antone, Hope S. 2003. ''Pendidikan Kristiani Kontekstual: Mempertimbangkan Realitas Kemajemukan dalam Pendidikan Agama''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia mengembangkan teologi kontekstual dengan pendekatan [[pendidikan Kristiani]].<ref name="Antone"/> Ia memahami bahwa [[Filipina]] memiliki teologinya sendiri dari budaya yang ada di negara tersebut.<ref name="Antone"/> Hal ini dicetuskan karena adanya dominasi teologi [[Barat]] yang dianggap mengabaikan konteks masyarakat [[Filipina]].<ref name="Antone"/>
 
== Tokoh-tokoh yang Mengembangkan Teologi Kontekstual di Indonesia ==
 
=== Andreas A. Yewangoe ===
Andreas Anangguru Yewangoe adalah salah satu teolog yang mengembangkan teologi kontekstual di [[Indonesia]].<ref name="Yewangoe">{{en}}Yewangoe, A. A. 2009. ''Tidak Ada Penumpang Gelap: Warga Gereja, Warga Bangsa''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> [[Pendeta]] yang sering disebut [[A.A. Yewangoe]] ini mengembangkan [[teologi penderitaan]] dalam konteks [[Asia]], khususnya Indonesia.<ref name="Yewangoe"/> Ia juga memadukan ideologi [[Pancasila]] dengan nilai-nilai Kristiani.<ref name="Yewangoe"/> Salah satu bukunya berjudul ''Theologia Crucis'' di Asia: Pandangan Kristen Asia tentang Penderitaan dan Iman, Agama dan Masyarakat dalam Negara Pancasila.<ref name="Yewangoe"/>
 
=== Eka Darmaputera ===
[[Eka Darmaputera]] adalah [[pendeta]] dan [[teolog]] yang cukup berpengaruh dalam teologi kontekstual di [[Indonesia]].<ref name="Darmaputera">{{en}}Darmaputera, Eka. 1988. ''Pancasila and the Search for Identity and Modernity in Indonesian Society: a Cultural and Ethical Analysis''.Leiden, New York: E.J. Brill</ref> Ia mengembangkan teologi dalam studi [[Pancasila]].<ref name="Darmaputera"/> Ia juga dikenal sebagai tokoh muda yang memajukan pemikiran teologi di Indonesia.<ref name="Darmaputera"/> Ia sempat menjabat sebagai ketua Gerakan Mahasiswa Kristen di Indonesia ([[GMKI]]).<ref name="Darmaputera"/>
 
=== Emanuel Gerrit Singgih ===
[[Emanuel Gerrit Singgih]] adalah salah satu teolog [[Perjanjian Lama]] di [[Indonesia]].<ref name="Singgih">{{en}}Hamel, Victorius A. 2010. ''Gerrit Singgih: Sang Guru dari Labuang Baji''.Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref> Ia juga mengembangkan teologi kontekstual di Indonesia.<ref name="Singgih"/> Ia juga [[dosen]] di [[Fakultas Teologi]], [[Universitas Kristen Duta Wacana]] (UKDW).<ref name="Singgih"/> Salah satu bukunya berjudul Berteologi dalam Konteks.<ref name="Singgih"/><!--Tidak adakah penjelasan mengapa Eka dan Gerrit dipandang sebagai teolog kontekstual berpengaruh?-->
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Teologi Kristen]]