Jayus: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- hektar + hektare) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{disambiginfo}}
{{Yatim|Oktober 2022}}
{{rapikan}}
'''Jayus''' adalah tokoh yang cukup sentral dalam Peristiwa Talangsari 1989 [
Dalam kasus talangsari, Jayus memiliki peranan sangat sentral. Hampir dalam setiap referensi baik berupa berita, artikel, buku maupun dokumen Jayus selalu menjadi tokoh sentral dalam peristiwa Talangsari. bahkan beberapa seminar sering kali menjadikan Jayus sebagai pembicara. Lihat saja saat launching buku Fadilasari<sup>1</sup>, Jayus dijadikan tokoh Kunci.
Tragedi Talangsari yang melibatkan Jayus saat ini muncul kembali, padahal ide untuk Islah sudah pernah disetujui, bahkan oleh Jayus sendiri. Akhir-khirn ini anehnya Jayus menarik niat islah itu dan membuka kembali kasus talangsari. Bahkan ada kesan bahwasaanya niat untuk membuka kembali kasus tersebut hanya bermotif komersial. Ini lah yang menyebabkan banyak penduduk asli Talangsari tidak setuju, hingga berujung bentrok<sup>2</sup>.
Selama ini Jayus alias Dayat bin Karmo (lahir tahun 1956) dikenal sebagai sosok yang ikhlas berjuang untuk menegakkan negara Islam, dengan menjadikan Cihideung (Talangsari) sebagai basis perjuangan. Namun saya amat terkejut ketika membaca GAMMA edisi 1-7 Agustus 2001 (hal. 32-33), berjudul Buka Tutup Tak Berujung, antara lain memberitakan bahwa Jayus bersama enam orang yang mengaku-ngaku sebagai mantan jamaah Warsidi menghadap LBH Lampung untuk mengungkap kembali kasus Talangsari.
Baris 11 ⟶ 12:
Selain majalah GAMMA sepak terjang Jayus juga diabadikan majalah GATRA no. 39 tahun VII edisi 18 Agustus 2001 (hal. 118), berjudul Menahan Laju Garuda Hitam; harian REPUBLIKA edisi 6 September 2001 (hal. 12), berjudul Korban Kasus Talangsari Tolak Islah; juga harian KOMPAS edisi 21 Desember 2001 (hal. 7), tentang keterlibatan Jayus bersama Kontras dan Smalam untuk mengungkap kembali kasus Talangsari.
Ketika itu saya
Dulu, Hendropriyono pernah memenuhi permintaan Jayus untuk menguasai kembali sebidang tanah miliknya di lokasi bekas kejadian yang pernah dibeli oleh Lurah Amir Puspa Mega, tanpa harus mengeluarkan uang sepeser pun.
Baris 27 ⟶ 28:
Sebuah buku yang ditulis Abdul Syukur, berjudul Gerakan Usroh Di Indonesia: Peristiwa Lampung 1989, khususnya di halaman 113, menyajikan hasil wawancara penulis buku tersebut dengan Sukardi yang berlangsung pada 11 Januari 2001 di Jakarta, mendeskripsikan sosok Jayus sebagai berikut:
Jayus adalah warga Umbul Cihideung yang menjadi anggota kelompok pengajian Warsidi. Jayus dikenal sebagai penjahat sebelum bergabung dengan kelompok pengajian Warsidi. Kawan Jayus yang bernama Joko dan Badar turut pula menjadi anggota kelompok pengajian Warsidi. Sedangkan Badar, kawannya yang lain sudah tertembak mati oleh penembakan misterius. Jayus menyesali semua perbuatannya pada masa lalu dan ingin mengabdikan sisa hidupnya untuk mencari kebaikan sebagai penebus atas semua dosanya pada masa lalu. Ia kemudian menyerahkan sebagian tanah warisan orangtuanya di Umbul Cihideung kepada Warsidi agar dimanfaatkan untuk keperluan mengembangkan agama Islam di Umbul Cihideung. Tanah pemberian Jayus di Umbul Cihideung itulah yang ditetapkan sebagai lokasi hijrah dalam pertemuan 12 Desember 1988 di Cibinong, Jawa Barat.
Dari berbagai buku tentang kasus Talangsari (Lampung) yang pernah diterbitkan oleh berbagai penerbit, kesemua buku-buku tersebut hanya menyinggung sosok Jayus
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
http://www.kapanlagi.com/h/0000169428.html {{
http://www.kapanlagi.com/h/0000169630_print.html{{br}}
http://illa-fahri.blogspot.com/2007_06_01_archive.html{{br}}
|