Arsitektur Jepara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Cha Sunwoo (bicara | kontrib) |
||
(59 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Arsitektur Jepara''' adalah [[arsitektur]] yang digunakan oleh masyarakat [[Jepara]]. Arsitek Jepara telah ada dan berlangsung sejak [[Kerajaan Kalingga]]. Arsitektur Jepara yang terkenal pada tahun 700 masehi.
Pada masa [[Kerajaan Kalinyamat]] arsitektur [[Jepara]] mengalami kemajuan terutama dalam bidang ukir-ukiran. Tepatnya ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) dan ayah angkatnya yaitu Tjie Hwio Gwan pindah ke Jawa ([[Jepara]]), Ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) menjadi sultan di sebuah [[Kerajaan Kalinyamat]], dimana Toyib menjadi [[raja]] bergelar [[Sultan Hadlirin]] dan Tjie Hwio Gwan menjadi [[patih]] bergelar Sungging Badar Duwung. Arti dari gelar Sungging Badar Duwung yaitu (sungging "memahat", badar "batu", duwung "tajam"). Nama sungging diberikan karena Badar Duwung adalah seorang ahli pahat dan seni ukir. Tjie Hwio Gwan adalah yang membuat hiasan ukiran di dinding [[Masjid Mantingan|Masjid Astana Mantingan]]. Ialah yang mengajarkan keahlian seni ukir kepada penduduk di Jepara. Di tengah kesibukannya sebagai mangkubumi [[Kerajaan Kalinyamat]] (Jepara), Patih Sungging Badar Duwung masih sering mengukir di atas batu yang khusus didatangkan dari negeri [[Tiongkok]]. Karena batu-batu dari Tiongkok kurang mencukupi kebutuhan, maka penduduk Jepara memahat ukiran pada batu putih dan kayu. Tjie Hwio Gwan mengajarkan seni ukir kepada penduduk Jepara, sehingga arsitektur rumah di Jepara dihiasi ornamen-ornamen ukir karena warga Jepara yang trampil dalam seni ukir, bahkan kini produk furniture kayu ukiran Jepara dikenal keseluruh dunia.
== Gerbang ==
=== Candi Bentar ===
[[Candi bentar]] adalah sebutan bagi bangunan gerbang [[gapura]] berbentuk dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak tangga. Yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di [[Pulau Jawa|Jawa]] dan [[Pulau Bali|Bali]].
Bangunan ini lazim disebut '''"gerbang terbelah"''', karena bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit. Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit urang" ("capit udang"), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton Solo, Keraton Yogyakarta, [[Keraton Kasepuhan]] dan Pemakaman raja-raja Imogiri. Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.
==
[[Paduraksa]] adalah bangunan gapura berbentuk '''"gerbang yang memiliki atap penutup"''', yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik di [[Jawa]] dan [[Bali]]. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks bangunan khusus.
== Masjid ==
[[Masjid]] adalah rumah tempat ibadah umat [[Muslim]]. Masjid artinya tempat sujud, dan
=== Relief Ukir ===
Didirikan dengan lantai tinggi ditutup dengan ubin bikinan Tiongkok, dan demikian juga dengan undak-undakannya. Semua benda tersebut didatangkan dari [[Makao]]. Bangunan atap termasuk bubungan adalah gaya [[Tiongkok]]. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam dan khatib dihiasi dengan relief-relief persegi.
Baris 67 ⟶ 29:
</gallery>
==
Mustaka merupakan kubah versi khas [[Suku Jawa|Jawa]] yang biasanya terdapat di masjid berarsitektur khas [[Suku Jawa|Jawa]], seperti [[Masjid Mantingan|Masjid Astana Mantingan]], Masjid Al-Makmur Kriyan, dan-lain-lain. Mustoko<ref>http://www.kidungsuwungart.blogspot.co.id/2014/02/mustoko-masjd-atau-mushola.html</ref> pada awalnya Mustaka terbuat dari tanah liat seperti halnya genteng, tetapi seiring perkembangan zaman, kini bahan untuk membuat Mustoko bermacam-macam mulai dari berbahan stainless steel, Enamel Steel Teflon, Enamel Galvalum, dan bahan lainnya.
=== Atap Tumpang ===
Atap masjid tradisional di Jepara beratap tumpang tiga seperti [[Masjid Mantingan]], hingga beratap tumpang lima seperti [[Masjid Agung Baitul Makmur Jepara|Masjid Agung Jepara]] pada tahun 1660 M.
==
[[Joglo Jepara]] adalah Rumah Adat Jepara merupakan salah satu rumah tradisional yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Jepara. Rumah Adat Jepara memiliki atap genteng yang disebut '''“Atap Wuwungan”'''. Jenis bangunan ini merupakan bangunan tradisional di daerah Jepara dan sampai saat ini masih banyak dijumpai.
Ciri khusus arsitektur bangunan ini adalah:
* Bahan bangunan terbuat dari kayu dengan dinding kayu berukir
* Memiliki 4 buah tiang di tengah bangunan
* Atap dari genting dan khusus kerpus memiliki motif ukiran gambar wayang.
Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
* Menghadap ke laut dengan maksud agar berpikiran luas
* Membelakangi gunung dengan maksud agar tidak congkak dan tinggi hati
* Atap berujud pegunungan dengan maksud religius yaitu Tuhan di atas dan berkuasa atas segalanya
* Tiga buah pintu di depan merupakan perwujudan hubungan antara:
# Manusia dengan Tuhan
# Manusia dengan manusia
# Manusia dengan alam
* Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
=== Gebyok ===
Gebyok yang sudah berkembang pada masa pemerintahan [[Ratu Kalinyamat]]<ref>{{Cite web |url=https://www.indonesian-furnitures.com/2009/11/05/gebyok-is-not-only-craft-but-also-art/ |title=Salinan arsip |access-date=2016-08-11 |archive-date=2016-08-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160823002644/https://indonesian-furnitures.com/2009/11/05/gebyok-is-not-only-craft-but-also-art/ |dead-url=yes }}</ref> ini adalah rumah kayu yang dipenuhi oleh kerajinan ukir pada kayunya. Gebyok diciptakan untuk meraih tujan praktis, etis, dan estetik. Sebagai kebutuhan praktis, gebyok adalah sebagai rumah yang layak. Walaupun penuh ukiran, tetapi tidak meninggalkan kekuatan sebagai penyangga rumah juga. Dan rumah ini bukan rumah biasa. Melainkan rumah yang terhormat. Betapa tidak, untuk menciptakan gebyok diperlukan kayu pilihan serta tenaga ahli yang cukup serta waktu yang cukup. Gebyok juga punya nilai etis. Gebyok memberi pesan spiritual bagi penghuninya. Gebyok menceritakan tujuan hidup manusia keharmonisan, kesejahteraan dan kedamaian. Keharmonisan desain gebyok memperlihatkan pentingnya keharmonisan hidup dengan alam. Gebyok juga tanda tentang jalan ke sorga, naik turunnya roh nenek moyang. Swastika adalah simbol harmoni dan keseimbangan hidup. Bung bambu adalah simbol regenerasi, kesuburan, dan keberlanjutan hidup. Kala makara adalah simbol cinta antara ibu dan anak. Gebyok merupakan salah satu furniture khas Jepara berupa partisi penyekat ruangan khas Jawa yang pada umumnya terbuat dari bahan kayu jati. Biasanya dipergunakan untuk menyekat antara ruang seperti ruang tamu atau ruang keluarga dengan kamar-kamar di rumah adat. Gebyok pun bisa dipasang sebagai pemanis pendopo di salah satu sisinya untuk menuju ke rumah adat.
<center>
<gallery caption="
Berkas:
Berkas:
Berkas:
Berkas:
</gallery>
</center>
===
Ornamen lentera taman yang berbentuk menyerupai [[Macan Kurung]] tapi bukan terbuat dari kayu melainkan terbuat dari batu ataupun semen.
=== Genteng ===
Atap dari genteng dan khusus kerpus memiliki motif ukir gambar wayang. Adapun konsep falsafah dari bangunan joglo ini adalah:
Tiga wuwungan atap tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes.
Genteng Kerpus Tradisional Jepara atau Genteng Wuwungan Khas Jepara merupakan genteng yang memiliki ukiran yang indah dan terkandung filosofi di dalamnya. yaitu:
* Genteng Makuta
genteng ini hanya ada satu dan terdapat pada bagian paling atas dan tepat ditengah, yang artinya penguasa harus memiliki sifat adil dan bijaksana.
* Genteng Gajahan
bentuk genteng yang tidak patah tetapi melengkung yang mempunyai maksud sebagai perwujudan cara hidup yang luwes. Sebagian orang menyebut genteng gajahan dengan sebutan genteng gatotkaca.
* Genteng Krepyak
menghadap ke atas sebagai motivasi bukan untuk jadi rendah diri.
=== Empluk ===
Lampu "Empluk" adalah lampu khas Jepara. Saat itu belum setiap rumah memiliki listrik, oleh karena itu sejak sore hari, tiap-tiap rumah mempersiapkan lampu-lampu minyak yang terbuat dari tanah liat, yang disebut Empluk. Lampu tersebut dibeli dari perajin gerabah yang memang menjadi mayoritas mata pencaharian masyarakat Desa Mayong Lor. Lampu-Lampu Empluk diletakkan berjajar di teras rumah dan di pagar halaman dan Lampu-Lampu Impes digantung di teras rumah ketika baratan (nisfu syaban) yaitu malam 15 hari sebelum bulan Ramadan.
=== Impes ===
Impes merupakan lentera tradisional khas dari Kabupaten Jepara. Lampu taman yang menggantung dari tiang dan lampu tersebut berbentuk menyerupai Impes baik dari bahan sesungguhnya yaitu kertas, ataupun terbuat dari kain, kaca, akrilik, ataupun plastik.
===
Gazebo merupakan suatu bangunan yang ada di taman, biasanya tiap sisinya terbuka karena sesuai dengan tujuan utamanya, gazebo merupakan tempat yang nyaman untuk menikmati taman. Dengan sisi yang terbuka, Anda yang sedang berada di dalamnya dapat menikmati pemandangan taman dengan lebih bebas juga dapat menikmati udara yang bertiup tanpa terhalang penutup pada tiap sisi.
=== Dwarapala ===
[[Dwarapala]] adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha, berbentuk manusia atau raksasa yang memegang gada. Biasanya dwarapala diletakkan di luar untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat didalamnya. Jumlah arca dwarapala dapat hanya sendirian, sepasang, atau berkelompok. Bangunan suci yang kecil biasanya memiliki hanya satu arca dwarapala. Seringkali dwarapala diletakkan berpasangan di antara gerbang masuk. beberapa situs bangunan suci yang lebih besar memiliki empat, delapan, bahkan duabelas arca dwarapala yang menjaga empat penjuru mata angin sebagai Lokapala, dewa penjaga empat atau delapan penjuru mata angin.
<center>
<gallery caption="Dwarapala" perrow="6">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Beeld van een demonische tempelwachter Singosari Oost-Java TMnr 10016489.jpg|Arca Dwarapala terbesar di Jawa, zaman kerajaan [[Singhasari]]
Berkas:Arca Dwarapala.jpg|Arca Dwarapala
</gallery>
</center>
==
* [[Arsitektur Jawa]]
* [[Arsitektur Sunda]]
Baris 157 ⟶ 106:
{{reflist}}
== Pranala luar ==
* [http://www.tawitarapara.blogspot.co.id/2015/04/taman-gaya-arsitektur-jepara.html
* [http://www.j-arsitekturjeparaindah.blogspot.co.id/2011/01/arsitektur-taman-khas-jepara.html
* [http://www.perbedaanjekupaini.blogspot.co.id/2014/11/taman-khas-jepara-taman-bertema-jepara.html
[[Kategori:Arsitektur Jepara| ]]
[[Kategori:Arsitektur Indonesia]]
|