Martanagara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
tanggal tujuh
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Karier politik: sumber baru
 
(42 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Tambah rujukan |date = November 2022}}{{Kotak info pemegang jabatan
|honorific-prefix = R.A.A.
|name = Martanagara
|image = Berkas:Martanegara.jpg
|image_size = 150px
|office = Bupati Bandung
|order = ke-10
|term_start = 7 Juni 1893<ref>[https://www.balebandung.com/bupati-bandung-ini-selamat-dari-berbagai-upaya-pembunuhan-2/]</ref><br><small>(Sumpah jabatan pada 15 Juli 1893){{sfn|Arifianto|2022|pp = 10}}</SMALL>
|term_end = 14 Oktober 1918<ref>{{cite book sfn| first1 = Edi S. | last1 = Ekadjati | first2 = A. Sobana | last2 = Hardjasaputra | title = Empat Sastrawan Sunda Lama Anggawisastra|Masduki| year = 1994 | publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan | location = [[Jakarta Pusat]] | pp = 104}}</ref>
|predecessor = Raden Adipati [[Kusumahdilaga]]
|successor = R.A.A. [[Wiranatakusumah V]]
|birth_date birth_name = {{birth date|1845|2|9|df=y}}
|birth_placebirth_date = {{birth date|1845|2|9|df=y}}{{sfn|Arifianto|2022|pp = [[Sumedang]]10}}
|death_datebirth_place = [[Sumedang]]
|death_date = {{death date and age|1926|9|2|1845|2|9|df=y}}
|death_place = Burujul, [[Pasanggrahan, Sumedang Selatan, Sumedang]]<ref>{{cite book sfn| first1 = Edi S. | last1 = Ekadjati | first2 = A. Sobana | last2 = Hardjasaputra | title = Empat Sastrawan Sunda Lama Anggawisastra|Masduki| year = 1994 | publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan | location = [[Jakarta Pusat]] | pp = 25}}</ref>
|resting_place = Komplek Pemakaman Gunung = Puyuh<br>[[Sukajaya, Sumedang Selatan, Sumedang]]
|resting_place_coordinates = {{coord|-6.8633911|107.9177567|display=inline}}
|children = Dengan R. Ratnainten:<br>Aom Pahrussuhada (1868 - Desember 1870){{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 100}}
|spouse = {{bulleted list|R. [[Ratnainten]] (menikah 1865, wafat Januari 1871{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 100}})|[[Raden Ajeng Sangkaningrat]] (menikah 1872, wafat 1887)|[[Nyai Raden Rajaningrat]] (1888-1926)<ref>{{cite book sfn| first1 = Edi S. | last1 = Ekadjati | first2 = A. Sobana | last2 = Hardjasaputra | title = Empat Sastrawan Sunda Lama Anggawisastra|Masduki| year = 1994 | publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan | location = [[Jakarta Pusat]] | pp = 24}}</ref>}}
|parents = {{ubl|Raden [[Kusumayuda]]|Raden Ayu [[Tejamirah]]}}
|signature = }}Raden Adipati Aria '''Martanagara''', atau '''Marta Negara''', ({{lahirmati|[[Sumedang]]|9|2|1845|Sumedang|2|9|1926}}) adalah seorang [[Bupati Bandung|Bupati]] kesepuluh [[Kabupaten Bandung]]. Ia adalah [[menak]] dari [[Sumedang]] yang merupakan anak dari Bupati [[Kusumahdilaga|R.A. Kusumahdilaga]] dan Raden Tejamirah.
|relatives = {{bulleted list|Tumenggung [[Suriadilaga]]/Dalem Sindangraja, [[Daftar Bupati Sumedang|Bupati]] XXXI [[Kabupaten Sumedang]], kakek ''maternal''/''maternal grand-father''{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 97}}|R. Suriadireja, paman ''paternal''/''paternal uncle''{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 97}}|Pangeran [[Suria Kusumah Adinata]], mertua/ayahanda R. Rajaningrat|R. Aria Surianagara, paman{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 97}}}}
|signature = }}Raden Adipati Aria '''Martanagara''', atau '''Marta Negara''', ({{lahirmati|[[Sumedang]]|9|2|1845|Sumedang|2|9|1926}}) adalah seorang [[Bupati Bandung|Bupati]] kesepuluh [[Kabupaten Bandung]]. Ia adalah [[menak]] dari [[Sumedang]] yang merupakan anak dari Bupati [[Kusumahdilaga|R.A. Kusumahdilaga]] dan Raden Tejamirah.
== Kehidupan awal ==
Martanagara merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Adapun keempat kakaknya sudah meninggal lebih dulu ketika keempatnya masih belum berusia dua tahun. Pada usia balita, Martanagara dirawat oleh pamannya, R. Adipati Surianagara dan disunat di pendopo Kabupaten Sumedang.{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 97}}
 
Pada akhir tahun 1857, Ia sempat tinggal di rumah Raden Saleh untuk sekolah dan sempat pindah sekolah ke [[Semarang]]. Di tahun 1859, ia kembali ke [[Batavia]].<ref>{{cite book | last1 = Kraus | first1 = Werner | | editor-first = Irina | editor-last = Vogelsang | translator-first1 = Hendarto | translator-last1 = Setiadi | translator-first2 = Suchjar | translator-last2 = Effendi | title = Raden Saleh dan Karyanya | location = [[Jakarta]] | publisher = [[Kepustakaan Populer Gramedia]] | date = 8 Oktober 2018 | pp = 114}}</ref>
Pada waktu itu R.A.A. Martanagara sedang menjadi Demang Patih di Mangunreja [[Tasikmalaya]]. Bupati yang dikelola oleh menak [[Bandung]] sebagai "Dalem Panyelang" ini, adalah keturunan para Bupati [[Sumedang]], cicit pangeran Kornel (1791-1828). Ayahnya bernama Raden Kusumayuda, Wedana Cibeureum, sedangkan ibunya Nyi Raden Ayu Tejamirah masih keturunan para [[Bupati Bandung]] R.A.A. Martanagara dilahirkan pada tanggal [[9 Februari]] [[1845]]. Jadi, ketika diangkat dengan Besluit tertanggal [[7 Juni]] [[1893]] menjadi [[Bupati Bandung]], ia sudah berusia 48 tahun.
== Karier politik ==
Sebelum dan pada masa jabatannya sebagai Bupati Bandung, Ia memimpin sejumlah proyek pembangunan sejumlah infrastruktur. Proyek pertama yang ia pimpin adalah pembangunan jembatan Bayabang semi-permanen yang terbuat dari bambu yang menghubungkan [[Kabupaten Cianjur]] dan [[Kabupaten Bandung Barat]] di tahun 1890.{{sfn|Arifianto|2022||pp = 1}} Pembangunan jembatan permanen ini dilanjutkan oleh [[Wiranatakusumah V]] sebagai Bupati Cianjur di tahun 1917 dan selesai sesudah Martanagara wafat atau beberapa waktu sesudah September 1926. Namun, jembatan ini hilang karena Bayabang sudah terendam [[Waduk Cirata]].{{sfn|Arifianto|2022|pp = 10}}
 
Sebelum menjadi Bupati Bandung, Martanagara pernah menjadi Patih untuk Afdeeling Mangunreja di tahun 1883 berdasarkan Besluit №18 per tanggal 29 April 1883.{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 102}}
Sebenarnya menak Bandung juga mengajukan usul beberapa calon [[Bupati Bandung|Bupati]], termasuk putra Dalem Bintang, Bupati terdahulu. Namun usul mereka tidak mendapat persetujuan Pemerintah Hindia Belanda karena para calon itu dianggap tidak memenuhi persyaratan. Salah satu contoh adalah Patih Bandung, Raden Rangga Somanagara.
 
Martanegara mula-mula diminta oleh Asisten Residen Mangunreja yang bernama Revenswal pada bulan Mei 1893. Revenswaal meminta Martanagara menjadi Bupati Bandung untuk menggantikan R.A. [[Kusumahdilaga]] yang wafat pada bulan April yang lalu.{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 102}}
Ada dua peristiwa penting yang harus dicatat disini. Pertama adalah sambutan yang tidak mengenakan hati atas pengangkatan R.A.A. Martanagara sebagai Bupati. Kedua adalah upaya pembangunan yang dilakukan R.A.A. Martanagara, yang dapat menghapus citra negatif tentang bupati yang bukan "putera daerah", dan ketiga adalah tentang R.A.A. Martanagara sebagai sastrawan. Peristiwa terakhir adalah diberlakukannya Undang-undang Desentralisasi dan Otonomi sehingga ibu kota Kabupaten Bandung menjadi gemeente (kotapraja).
 
Ia menyetujui proposal pembangunan sekolah khusus perempuan yang diajukan oleh Raden [[Dewi Sartika]], yang kemudian berdiri pada 16 Januari 1904.<ref>{{cite web |url=https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/01/biografi-dewi-sartika-pahlawan-pendidikan-perempuan |title=Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Perempuan |first=Meita |last=Astaningrum |date=1 Maret 2023 |access-date=12 April 2023 |publisher=GNFI}}</ref>
== Karir Politik ==
 
=== BupatiGelar Bandung ===
* Martanagara, 9 Februari 1845
Program-program lain pun tak kalah revolusioner. Martanagara mengisi kas daerah dengan menginstruksikan penanaman singkong besar-besaran, karena singkong saat itu sedang laku di pasaran dunia. Hasil kas digunakan untuk program-program lain, seperti memperluas area persawahan plus memperbaiki sistem irigasi. Martanegara bahkan mengungkapkan, bahwa tanah akan lebih berguna jika ditanami dibandingkan dengan diurug untuk dijadikan perumahan. Sedangnkan program irigasi diwujudkan lewat mega proyek irigasi Cihea, yang menghabiskan satu juta gulden. Mungkin hanya pada masa Martanagara lah luas daerah persawahan tidak berkurang seiring majunya perekonomian sebuah kota, melainkan makin meluas. Pada tahun 1896 luas areal persawahan mencapai 800.000 bau. Dan ketika tahun 1912 mencapai 1.000.000 bau.
* Raden Martanagara
* Raden Aria Martanagara, mulai dari 12 Februari 1892{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994|pp = 102}}
 
== Karya ==
Pembangunan prasarana publik pun tidak terlupa. Untuk mempermudah akses keluar masuk daerah, ia membangun jembatan (jembatan bambu)di beberapa sungai besar di sekitar Bandung. Dalam waktu singkat telah dibangun lima buah jembatan di aliran Citarum; yang menghubungkan Cicalengka-Majalaya, Ujungberung-Ciparay, Dayeuhkolot-Banjaran, Cimahi-Kopo, dan yang terakhir menghubungkan Rajamandala dan Cihea, dimana arus lalu lintas dari dan ke Batavia serta Bogor berhasil dipersingkat. Bahkan ketika pejabat kolonial meninjau proyek-proyek ini, disangkanya Martanagara adalah seorang insinyur teknik lulusan Belanda. Dua tahun kemudian, kelima jembatan bambu ini sudah diganti dengan yang berbahan besi.
* [[:su:Wawacan Batara Rama|Wawacan Batara Rama]], 1887
 
* [[:su:Wawacan Angling Darma|Wawacan Angling Darma]], 1902
Martanagara pun berhasil membangun irigasi beberapa taman di Bandung seperti Taman Merdeka (Pieterspark), Taman Nusantara (Insulindepark), Taman Maluku (Molukenpark), dan Taman Ganesha (Ijzermanpark).
* Piwulang Barata Sunu, 1918
 
* {{Su icon}} Babad Sumedang, 1921, dalam huruf [[pegon]]
Tahun 1897 Martanagara lagi-lagi harus mengalami kehilangan seorang istri. Raden Ayu Sangkanningrat meninggal satu bulan setelah melahirkan putra pertamanya, Aom Singgih. Martanegara dimakamkan di Karang Anyar. Setahun kemudian ia pun menikah lagi, lagi-lagi dengan putri [[Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Soegih]], yaitu Nyai Raden Rajaningrat.
* Rama Medal, Batavia: Balai Pustaka, 1940
 
=== Otobiografi ===
Tahun 1904. Untuk ke sekian kalinya, datanglah [[Dewi Sartika|Raden Dewi Sartika]] ke kantor Martanagara. Raden Dewi tak lain adalah putri dari Somanagara, sang pengacau pada awal kepemimpinannya. [[Dewi Sartika|Raden Dewi]] datang untuk kesekian kalinya memohon untuk diizinkan membuka sekolah untuk kaum perempuan, dari kalangan apapun. Martanagara dilanda kebimbangan, rencana Raden Dewi merupakan rencana yang sangat mulia dan progresif untuk jamannya. Namun di sisi lain akan menimbulkan kegoncangan bagi kaum priyayi, terutama para wanitanya. Karena sekolah adalah eksklusivitas yang hanya diperoleh kaum priyayi dan kaum berada. Tapi pada akhirnya, kecintaannya pada kemajuan membuatnya mengizinkan rencana Raden Dewi membuka sekolah. Agar tidak terlalu menghebohkan, sekolah Raden Dewi ia sediakan tempat di halaman rumah dinasnya. Dukungannya pada sekolah yang kelak bernama Sakola Kautamaan Istri tersebut berlanjut, bahkan ketika sekolah mencari tempat baru karena membludaknya murid, Martanagara ikut patungan (dari kocek pribadi) bersama Raden Dewi untuk membeli sebuah tanah di Ciguriang berikut membangun bangunan dari kayu dan bambu.
* {{Su icon}} Babad Raden Adipati Aria Martanagara, Bandung: Aurora, Oktober 1923, dalam [[huruf latin]]{{sfn|Ekadjati|Hardjasaputra|Anggawisastra|Masduki|1994| pp = 94}}
 
Beragam penghargaan pernah ia terima ketika menjabat sebagai bupati. Tahun 1900 penghargaan bintang emas ia terima dari pemerintah kolonial. Tahun 1906 memperoleh gelar adipati. Tahun 1909 ia mendapatkan penghargaan tertinggi, yaitu payung emas (golden parasol) dari pemerintah. Martanegara juga mendapat gelar kehormatan dari Raja Siam, Officer of the Order of the Crown of Siam.
 
Tahun 1918, setelah 25 tahun menjabat [[bupati Bandung]], Martanagara merasa sudah waktunya ia untuk mundur. Usia yang sudah menginjak 74 tahun menyulitkannya untuk bekerja dengan fokus dan baik. Ia pun resmi mundur bersamaan dengan dikeluarkannya surat keputusan resmi pemerintah tanggal 14 Oktober 1918. Martanagara menghabiskan masa tuanya di Sumedang, tanah kelahirannya. Tempat tinggalnya pada masa pensiun ini berpindah-pindah. Pertama ia menempati bagian selatan kompleks kabupaten, lalu ia dipinjami sebuah rumah oleh seorang Belanda, sembari ia pun membangun sebuah rumah di Burujul, sebelah barat kota Sumedang.Yang dihuninya sampai akhir hayat sebelum dimakamkan di Kompleks Makam Gunung Puyuh. Tidak diperoleh info tentang kapan ia wafat.
 
== Referensi ==
=== Catatan kaki ===
[http://www.bandungkab.go.id/arsip/2399/bupati-raamartanegara-periode-1893-1918 R.A.A Martanegara]. Situs Web Resmi Pemkab Bandung.
<References/>
 
=== Kepustakaan ===
* {{citation | first1 = Bambang | last1 = Arifianto | title = Martanagara, Bapak Pembangunan Bandung | newspaper = [[Pikiran Rakyat]] | date = 27 September 2022}}
* {{citation | first1 = Edi S. | last1 = Ekadjati | first2 = A. Sobana | last2 = Hardjasaputra | first3 = Ade Kosmaya | last3 = Anggawisastra | first4 = Aam | last4 = Masduki | title = Empat Sastrawan Sunda Lama | year = 1994 | publisher = Direktorat Jenderal Kebudayaan | location = [[Jakarta Pusat]]}}
=== Bacaan lebih lanjut ===
* {{Citation | last = Daryono | first = Yan | edition = 2 | title = Raden Dewi Sartika Sang Perintis | date = Februari 2008 | location = [[Babakan Penghulu, Cinambo, Bandung]] | publisher = Grafitri Budi Utami | isbn = 9789791777001}}
{{Wikiquote}}
{{s-start}}
{{s-off}}
{{succession box|title=[[Daftar Bupati Bandung|Bupati Bandung]]|years=[[7 Juni]] [[1893]] – [[14 Oktober]] [[1918]]| before =[[Kusumahdilaga| R.A. [[Kusumahdilaga]] | after =[[Wiranatakusumah V|R.H.A.A. [[Wiranatakusumah V]]}}
{{s-end}}
 
Baris 57 ⟶ 69:
[[Kategori:Tokoh dari Bandung]]
[[Kategori:Tokoh dari Sumedang]]
 
 
{{Indo-bio-stub}}