Rumah musalaki: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Pengembalian suntingan oleh 114.10.21.219 (bicara) ke revisi terakhir oleh 103.112.36.168 Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(36 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''Rumah
▲'''Rumah Musalaki''' adalah [[rumah adat]] atau [[rumah tradisional]] yang banyak dijumpai di [[provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Rumah ini sendiri menjadi lambang dari provinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah adat ini sendiri merupakan tempat tinggal khusus bagi kepala suku dari beberapa suku di provinsi Nusa Tenggara Timur. Karena sudah menjadi lambang dari provinsi, saat ini desain bangunan pemerintahan seperti kelurahan, kecamatan, hingga kabupaten di Nusa Tenggara Timur mayoritas mengadopsi konsep dari rumah Musalaki, serta di beberapa wilayah rumah ini sudah dihuni oleh masyarakat pada umumnya.
== Etimologi ==
Rumah Musalaki aslinya merupakan rumah adat dari masyarakat suku Ende Lio, karena nama Musalaki sendiri diambil dari kata dalam bahasa Ende Lio yaitu ''mosa'' yang berarti ketua dan ''laki'' yang berarti adat, yang jika digabungkan artinya adalah "ketua adat" atau "kepala suku", jadi rumah Musalaki adalah rumah yang menjadi tempat tinggal bagi tetua atau kepala suku dalam masyarakat suku Ende Lio. Rumah Adat Musalaki mempunyai bentuk persegi empat dengan atap yang menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan sang pencipta. Bentuk atap tersebut diyakini menyerupai layar perahu sebagaimana cerita dalam masyarakat setempat mengenai nenek moyang dari Suku Ende Lio yang sudah terbiasa menggunakan perahu. Pada bagian atas atap terdapat dua ornamen yang memiliki simbol yaitu ''kolo Musalaki'' (kepala rumah keda) dan ''kolo ria'' (kepala rumah besar) di mana diyakini kedua bangunan memiliki hubungan spiritual.<ref>[https://www.senibudayaku.com/2017/11/rumah-adat-nusa-tenggara-timur.html Senibudayaku: Rumah Adat Nusa Tenggara Timur]. 18 November 2017. Diakses 24 Februari 2019.</ref><ref>[http://wadaya.rey1024.com/budaya/detail/rumah-adat-musalaki-1 Wadaya: Rumah Adat Musalaki]. 3 September 2018. Diakses 3 Maret 2019.</ref>
== Fungsi ==
Sesuai dengan namanya, fungsi utama dari rumah Musalaki adalah sebagai tempat tinggal bagi ketua adat atau kepala suku, khususnya bagi suku Ende Lio.
== Arsitektur ==
=== Struktur Bagian Bawah ===
Struktur bagian bawah rumah Musalaki terdiri dari struktur pondasi dan struktur lantai. Struktur ini dijabarkan sebagai berikut:
* '''Struktur Pondasi Kuwu Lewa'''
* '''Struktur Maga'''
=== Struktur Bagian Atas ===
Struktur bagian atas rumah Musalaki terdiri dari struktur atas lantai dan struktur atap.
* '''Struktur Wisu'''
* '''Struktur Atap''': Merupakan struktur paling atas dari rumah Musalaki. Tiang mangu pada bagian struktur rangka atap Musalaki berfungsi sebagai pembentuk struktur kuda–kuda yang dihubungkan dengan saka ubu. Struktur kuda–kuda pada bagian rangka atap Musalaki disebut ''jara'' yang merupakan kayu palang yang menghubungkan antara ujung tiang mangu atau leke raja untuk membentuk bubungan atap Musalaki. Pada bagian struktur atap terdapat ''pella'' yang merupakan kayu palang untuk membentuk sudut bubungan yang menghubungkan tiang mangu atau leke raja dengan tiang wisu. Pada bagian rangka atap terdapat ''lare'' serta ''eba'' (gording) yang terbuat dari bilah bambu yang panjang dan letaknya sejajar dengan gola yang merupakan kayu palang berbentuk persegi sebagai penyangga kuda–kuda dan pella, jaraknya berdekatan atau disesuaikan dengan ''ngu ki'' (alang-alang penutup atap). Dan yang terakhir yang paling atas adalah ''ate ubu'' (puncak atap) yang bahannya adalah ''nao'' (ijuk) sebagai pengikat dan ''ki'' (alang-alang) yang dipasang secara selang-seling dari bawah ke atas.<ref name=Budaya /><ref name=Pewarta />
== ''Sao Ata Mosa Lakitana'' ==
{{utama|Sao Ata Mosa Lakitana}}
Sao Ata Mosa Lakitana adalah salah satu rumah adat atau rumah tradisional yang juga berasal dari [[provinsi]] [[Nusa Tenggara Timur]], [[Indonesia]]. Rumah ini beberapa kali kerap disalahartikan sebagai rumah Musalaki, padahal terdapat banyak perbedaan di antara kedua rumah ini. Hal ini disebabkan nama dari Sao Ata Mosa Lakitana juga terdapat kata ''mosa'' dan ''laki'', sama seperti asal dari kata rumah Musalaki. Sao Ata Mosa Lakitana sendiri merupakan rumah adat asli dari [[Pulau Timor|Timor]]. Berbeda dengan rumah Musalaki yang berbentuk panggung, Sao Ata Mosa Lakitana mempunyai bentuk seperti bulat telur dan tanpa tiang. Di dalam rumah adat ini terdapat suatu tempat suci untuk arwah nenek moyang yang pada saat-saat tertentu selalu diberi sesaji.
Berbeda dengan rumah Musalaki, bentuk bangunan Sao Ata Mosa Lakitana dibedakan dalam 3 bentuk yang didasarkan pada model atapnya, yaitu berjoglo yang merupakan rumah adat [[suku Sumba]], kerucut bulat yang merupakan rumah adat [[suku Timor]], dan atap seperti perahu terbalik yang merupakan rumah adat [[suku Rote]]. Tidak hanya suku Rote, masyarakat [[suku Sabu]] yang berada di [[Kabupaten Sabu Raijua]] juga menggunakan konsep atap perahu terbalik dari Sao Ata Mosa Lakitana dan memiliki nilai filosofis tersendiri. Mayoritas masyarakat suku Sabu yang berprofesi pelaut ulung membangun rumahnya menyerupai perahu yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan serta kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh atap yang berbentuk perahu terbalik, menandakan bahwa masyarakat daerah ini mengenal perahu dan lau sebagai alamnya. Hampir seluruh bagian rumah diberi nama dari bagian perahu seperti haluan, anjungan (duru), dan buritan (wui). Duru merupakan bagian yang diperuntukkan bagi kaum laki-laki, sedangkan Wui bagian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan. Sementara di wilayah perkampungannya, rumah adat dari suku Sabu dibedakan menjadi dua. Kedua rumah tersebut adalah ''ammu kelaga'' atau rumah adat berpanggung, dan ''ammu laburai'' atau rumah adat berdinding tanah. Ammu kelaga sendiri merupakan bentuk bangunan rumah adat suku Sabu asli yang mempunyai lantai panggung difungsikan sebagai balai-balai dan disebut sebagai ''"kelaga"''. Bangunan ini mempunyai bentuk persegi panjang dengan atap yang lancip dan mirip dengan perahu terbalik. Tiangnya berbentuk bulat terbuat dari kayu pohon lontar, kayu enau, kayu hitam, atau kayu besi. Lantai panggungnya memiliki tiga tingkatan, yakni ''kelaga rai'' (panggung tanah), ''kelaga ae'' (panggung besar), dan ''kelaga dammu'' (panggung loteng) yang mencerminkan kepercayaan masyarakat suku Sabu adanya tingkatan dunia, yakni dunia bawah (dunia arwah), dunia tengah (dunia manusia), dan dunia atas (dunia para dewa).<ref>[https://budaya-indonesia.org/Sao-Ata-Mosa-Lakitana/ Budaya Indonesia: Sao Ata Mosa Lakitana]. 3 Agustus 2014. Diakses 3 Maret 2019.</ref>
== Referensi ==
Baris 22 ⟶ 28:
[[Kategori:Rumah adat di Indonesia]]
[[Kategori:Nusa Tenggara Timur]]
|