Tjerita Oeij Se: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 28:
| followed_by =
}}
'''''Tjerita "Oeij-se": Jaitoe Satoe Tjerita jang Amat Endah dan Loetjoe, jang Betoel Soedah Kedjadian di Djawa Tengah'''''{{efn|[[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]: ''Cerita "Oey-se": Yaitu Satu Cerita yang Amat Indah dan Lucu, yang Betul Sudah Kejadian di Jawa Tengah''}} (lebih dikenal dengan nama singkat '''''Tjerita Oeij Se''''' atau '''''See''''') adalah novel ber[[bahasa Melayu]] tahun 1903 karya penulis [[Cina Indonesia|etnis Tionghoa]] [[Thio Tjin Boen]]. Novel ini berceritadiambil tentangdari seorangkisah pebisnisnyata [[Oey Thai Lo|Letnan Cina yangOey Thai Lo]], dan bercerita tentang bagaimana si taipan menjadi kaya setelah menemukan layang-layang yang terbuat dari uang kertas di sebuah desa. Ia lalu berbohong demi memperkaya diri sebelum mengusir putrinya yang memeluk agama Islam dan menikahi seorang pria [[suku Jawa|Jawa]].
 
Ditulis dengan gaya jurnalistik dan diambil dari kisah nyata, ''Tjerita Oeij Se'' dianggap sebagai kutukan atas [[pernikahan antaretnis]] antara wanita etnis Tionghoa dan pria non-Tionghoa serta pemaksaaan (atau bisa saja kritik) terhadap nilai-nilai tradisional Cina. Novel ini langsung diadaptasikan ke drama panggung dan diceritakan kembali tahun 1922 dan diterbitkan kembali tahun 2000.
 
== Alur ==
Oeij Se, seorang pedagang muda, sedang melintasi sebuah desa di luar [[Wonosobo]] dan melihat seorang bocah menerbangkan layang-layang yang terbuat dari uang kertas. Bocah yang menerbangkannya itu tidak tahu nilai uang tersebut. Ketika Oeij Se hendak membelinya, si bocah memberitahu bahwa di rumahnya masih banyak lagi kertas seperti itu. Akhirnya Oeij Se berhasil mendapatkan lima juga [[gulden Hindia Belanda|gulden]] dengan membayar 14 ringgit saja sebelum pulang ke [[Pekalongan]].
 
Baris 39:
Vigni dan Oeij Se masih bersahabat dan menumpang kapal menuju ibu kota kolonial Batavia (sekarang [[Jakarta]]). Vigni tetap mencurigai Oeij Se dan Oeij Se merasa agak bersalah. Setibanya di Batavia, Vigni bunuh diri. Oeij Se melanjutkan perjalanannya ke [[Singapura]] dan membeli seorang gadis dari lokalisasi di sana untuk dijadikan [[Poligami di Cina|istri keduanya]]. Mereka pulang ke Pekalongan dan istri Oeij Se, meski kecewa, mau tidak mau harus menerima anggota keluarga yang baru sesuai budaya Cina. Oeij Se menikahi istri keduanya sedangkan putrinya, Kim Nio, menikahi jodohnya.
 
Empat tahu kemudian, suami Kim Nio meninggal dunia dan Kim Nio menjadi ibu tunggal. Ia kembali tinggal di rumah keluarganya, namun dikejar-kejar oleh bupati setempat yang hendak menjadikannya istri kedua. Dengan suap dan ilmu perdukunan, ia berhasil meyakinkan Kim Nio untuk menikah dengannya. Oeij Se, yang terusik karena Kim Nio menikah dengan orang di luar rasnya, mengusirnya dan bertingkah seolah-olah Kim Nio sudah meninggal sampai-sampai makam palsunya dibuat. Untuk menghindari rasa malu akan kelakuan putrinya, Oeij Se pindah ke Batavia. Beberapa bulan kemudian, Kim Nio (sekarang seorang [[Muslim]] bernama Siti Fatimah) bertamu untuk membuat perjanjian dengan keluarganya. Ia membawa pulang putrinya ke Pekalongan dan meninggal dunia di sana setelah melihat makamnya sendiri.
 
== Penulisan ==
''Tjerita Oeij Se'' ditulis oleh penulis dan jurnalis [[Tionghoa Indonesia|Tionghoa]] [[Thio Tjin Boen]]. Ini adalah novel pertamanya.{{sfn|JCG, Thio Tjin Boen}} Pakar sastra Indonesia Jakob Sumardjo berpendapat bahwa gaya novel ini sangat jurnalistik dan berfokus pada peristiwa-peristiwa penting di alurnya.{{sfn|Sumardjo|2004|p=170}}
 
Beberpaa penulis, termasuk Sumardjo dan [[Leo Suryadinata]], berpendapat bahwa novel ini didasarkan pada artikel-artikel berita.{{sfn|Sumardjo|2004|p=169}}{{sfn|Suryadinata|1993|p=103}} Dalam sejarah [[sastra Tionghoa Melayu]] yang disusunnya, [[Nio Joe Lan]] menulis bahwa ini adalah salah satu karya [[Sastra Tiongkok|sastra Tionghoa]] Melayu pertama yang mengadopsi gaya ini.{{sfn|Nio|1962|p=44}} Sumardjo mengutip artikel majalah tahun 1936 yang menjelaskan peristiwa yang bisa jadi menginspirasi cerita ini: pada tahun 1901, sebuah kapal Belanda terdampar di pantai dan peti-peti berisi uangnya dikumpulkan dan diklaim oleh warga setempat.{{sfn|Sumardjo|2004|p=170}}
 
== Tema ==
Sumardjo menulis bahwa novel ini merupakan kritik yang eksplisit terhadap asimilasi etnis Tionghoa secara matrilineal, yaitu ketika seorang wanita Tionghoa menikahi pria non-Tionghoa. Ia menunjukkan bahwa pada akhirnya Kim Nio tidak dianggap orang Cina maupun orang Jawa pasca pernikahannya yang kedua.{{sfn|Sumardjo|2004|pp=167–168}} Suryadinata, yang melihat perlakuan yang lebih positif terhadap pernikahan antarras secara patrilineal di ''Tjerita Njai Soemirah'' (1917) karya Thio, berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh kekhawatiran bahwa seorang wanita Tionghoa yang menikahi anggota suku lain tidak bisa dianggap lagi sebagai orang Cina, sedangkan pria Tionghoa yang menikahi wanita non-Tionghoa bisa membantu penyerapan istrinya ke dalam komunitas Tionghoa.{{sfn|Suryadinata|1993|p=104}}
 
Sim Chee Cheang dari [[Universiti Malaysia Sabah]] mengelompokkan ''Tjerita Oeij Se'' sebagai satu dari beberapa karya Tionghoa Melayu yang tampaknya bertujuan "memperkenalkan nilai moral sesuai ajaran [[Konfusius]]" dengan menekankan "kebobrokan moral" warga Tionghoa di [[Hindia Belanda]] (sekarang Indonesia) dan menggunakan [[Konfusianisme]] untuk mengatasinya.{{sfn|Sim|2010|p=240}} Ia menulis bahwa selain ''[[Lo Fen Koei]]'' (1903) karya Gouw Peng Liang, ''Njai Alimah'' (1904) Oei Soei Tiong, ''Pembalesan Kedji'' (1907) Hauw San Liang, dan ''[[Sie Po Giok]]'' (1911) [[Tio Ie Soei]], ''Tjerita Oeij Se'' juga benar-benar "melihat 'masa lalu', mempertanyakan dan mengkritisi masa lalu dan identitas Cina."{{sfn|Sim|2010|p=240}} Menurut Sim, tema semacam ini diperlihatkan melalui kerja keras tokoh utama yang sia-sia untuk menemukan kebahagiaan dengan menerapkan kepercayaan tradisional.{{sfn|Sim|2010|p=241}} Sim juga menunjukkan ketiadaan tokoh wanita di novel ini yang sebenarnya lazim terjadi pada awal kemunculan sastra Tionghoa Melayu.{{sfn|Sim|2010|p=242}}
 
== Penerbitan dan tanggapan ==
''Tjerita Oeij Se'' diterbitkan oleh Sie Dhian Hoaij di [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]], pada tahun 1903.{{sfn|Sumardjo|2004|p=164}} Pada tahun 2000, novel ini diterbitkan kembali di volume pertama ''Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia'', sebuah antologi sastra Cina Melayu.{{sfn|Thio|2000|p=175}}
 
Novel ini dalam waktu singkat diadaptasikan ke drama panggung dan dipopulerkan oleh Opera Stamboel dan [[Dardanella]] sepanjang tahun 1920-an.{{sfn|Sumardjo|2004|p=165}} Novel serupa, ''Tambah Sia'' karya Boan Soeij Tjoa, terbit pada tahun 1922. Peristiwa-peristiwa utamanya masih sama, tetapi Oeij Se (Oeij Taij Lo di ''Tambah Sia'') pada akhirnya mau mengakui pernikahan putrinya dengan pria pribumi. Sumardjo tidak melihat adanya bukti diskriminasi ras di ''Tjerita Oeij Se''.{{sfn|Sumardjo|2004|pp=167–168}}
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==
{{refs|30em}}
 
== Kutipan ==
{{refbegin|40em}}
* {{Cite book
|title=Sastera Indonesia-Tionghoa
|trans_title=Indonesian-Chinese Literature
Baris 77:
|year=1962
}}
* {{cite journal
|title=Tionghoa Peranakan Pre-war Novels: Freeing from the Past and the Colonial, and Embracing Indonesia
|journal=Sari
Baris 87:
|accessdate=14 June 2013
|ref=harv
|archivedate=14 June 2013-06-14
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6HMmdyem0?url=http://journalarticle.ukm.my/1270/1/SARI_28%5b2%5d2010_%5b11%5d.pdf
|year=2010
|pages=235–58
|dead-url=no
}}
* {{cite book
|last=Sumardjo
|first=Jakob
Baris 104 ⟶ 105:
|isbn=978-979-3627-16-8
}}
* {{cite book
|title=Chinese Adaptation and Diversity: Essays on Society and Literature in Indonesia, Malaysia & Singapore
|chapter=From Peranakan Chinese Literature to Indonesian Literature: A Preliminary Study
Baris 117 ⟶ 118:
|ref=harv
}}
* {{cite book
|last=Thio
|first=Tjin Boen
Baris 136 ⟶ 137:
|ref=harv
}}
* {{cite web
|url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3315/Thio-Tjin-Boen
|title=Thio Tjin Boen
|language=Indonesian
|accessdate=24 August 2013
|archivedate=24 August 2013-08-24
|archiveurl=httphttps://www.webcitation.org/6J6i8Bvk8?url=http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3315/Thio-Tjin-Boen
|work=Encyclopedia of Jakarta
|publisher=Jakarta City Government
|ref={{sfnRef|JCG, Thio Tjin Boen}}
|dead-url=no
}}
{{refend}}