Bagus Rangin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jatibarang (bicara | kontrib)
k Memperbaiki sejarahnya keliru
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{unreferencedmore citations needed|date=SeptemberJanuari 20172023}}
'''Bagus Rangin''' adalah tokoh dari [[Bantarjati, Kertajati, Majalengka.|Bantarjati, Bagus RanginMajalengka]] (diperkirakan lahir sekitar tahun 1761.) Iadan tokoh sejarah dan pahlawan yang menentang dan memimpin pemberontakan melawan [[Hindia Belanda|Belanda]] pada Perang Cirebon tahun 1805-1812 Bagus Rangin berasal dari Demak, distrik Blandong, Rajagaluh (sekarang Rajagaluh menjadi [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh, Majalengka]]) yang terletak di kaki [[Gunung Ceremai]]. Dia adalah putra dari Sentayem (Ki Buyut Teyom), cucu dari Waridah dan keturunan dari Ki buyut Sambeng, salah satu dari cicit pembesar di daerah tersebut atau dalam [[Bahasa Cirebon]] disebut Ki Gede. Ayah dari Bagus Rangin adalah Buyut Sentayem alias Buyut Tayem. Bagus Rangin mempunyai tiga orang saudara, kakaknya bernama Buyut Bangin dan kedua adiknya bernama Buyut Salimar serta Bagus Serit (Bagus Serit juga menjadi pejuang melawan penjajah).<ref>Ekadjati, E.S. 1976. Sejarah jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>
 
== Riwayat Hidup ==
Bagus Rangin berasal dari Demak, distrik Blandong, Rajagaluh (sekarang Rajagaluh menjadi [[Rajagaluh, Majalengka|Kecamatan Rajagaluh, Majalengka]]) yang terletak di kaki [[Gunung Ceremai]]. Dia adalah putra dari Sentayem (Ki Buyut Teyom), cucu dari Waridah dan keturunan dari Ki buyut Sambeng, salah satu dari cicit pembesar didaerah tersebut atau dalam [[Bahasa Cirebon]] disebut Ki Gede.
 
=== Perjuangan Bagus Rangin ===
Ayah dari Bagus Rangin adalah Buyut Sentayem alias Buyut Tayem. Mempunyai 3 saudara lelaki, kakaknya bernama Buyut Bangin, sedangkan adiknya adalah buyut Salimar dan Bagus Serit. Bagus Rangin mempunyai tiga orang saudara, kakaknya bernama Buyut Bangin dan kedua adiknya bernama Buyut Salimar serta Bagus Serit (Bagus Serit juga menjadi pejuang melawan penjajah).<ref>Ekadjati, E.S. 1976. Sejarah jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>
 
== Perjuangan Bagus Rangin ==
[[Berkas:Tugu Perjuangan Ki Bagus Rangin di Desa Kedondong Cirebon.jpg|jmpl]]
Bagus Rangin bukanlah seorang Raja, ia hanya seorang rakyat biasa namun memiliki semangat ksatria untuk melawan kekejaman dan kediktatoran penguasa, baik itu pemerintah kolonial Hindia Belanda maupun penguasa lokal di wilayah [[Keresidenan Cirebon]]. Dalam setiap kesempatan Ia berdiri dan mengurai khotbah pembangkitan. Sebuah khotbah yang panjang, yang menggugah kesadaran makna hidup dan kehidupan rakyat setempat yang didera nestapa. Juga khotbah politis yang menyoroti praktik-praktik tak benar penguasa lokal Cirebon. “''Pangeran (Allah) telah menjadikan dunia, sebagai tempat kehidupan umat. Tapi oleh Sultan malah dijual kepada Cina dan Kompeni, yang tak pernah merasa kenyang''” katanya bergelora. Bagus Rangin belum berhenti. Masih banyak pesan suci yang dipompakan untuk membuka mata hati, yang sebelumnya seakan sudah mati harapan. Dia pun berhasil. Warga tersadar akan kelemahannya selama ini.
 
Pada waktu itu, beberapa pengusaha dari etnis Cina memang ikut menyengsarakan masyarakat. Salah satu caranya, bersama Belanda, mereka menyewa tanah-tanah dari [[Sultan Cirebon]] di [[Cirebon]].
 
Walhasil, ketiadaan sumber kehidupan telah memunculkan kelaparan. Sampai-sampai rakyat terpaksa harus makan dedaunan dan rumput{{fact}}. Akibat lebih lanjut, banyak di antara masyarakat berguling-guling di tanah sembari memegangi perut. Semua merintih kesakitan. Di luar itu, sulitnya kehidupan telah membuat sebagian orang menjual diri (hal ini terus berkelanjutan mungkin hingga sekarang juga, seperti dilukiskan dalam tembang pantura “''remang-remang''”) .
Baris 16 ⟶ 13:
Dengan kenyataan itu, masuk akal jika rakyat begitu benci dengan Babah –juga Belanda–setelah mendengarkan khotbah pencerahan dari Bagus Rangin. Simaklah kata-kata seperti ''Babah mah bakal dicacag / Disiksik diipis-ipis / Dicacag diwalang-walang / Getihna arek diuyup / Diburakeun ka bangawan / Sugan lauk baranahan / Tulangna diawur-awur / Leuweung jati sugan subur / Polona arek dicokrok / Diburakeun ka galengan / Rawinian sugan montok''. Di sini, antara lain, terungkap tekad bahwa tubuh Babah yang tertangkap bakal diiris-iris, dihancurkan, dan sebagainya.
 
=== Perang Kedondong ===
Kisah perjuangan bagus Rangin nyaris tenggelam dengankarena masyarakat Indonesia lebih mengenal perang[[Perang diponegoroDiponegoro]]. Di Cirebon, ada perang melawan penjajah Belanda yang telah berlangsung sebelum [[Perang Diponegoro]]. Perang itu dikenal masyarakat setempat dengan nama ‘Perang Kedongdong’. Perang tersebut berlangsung pada 1802 – 1818, dengan tokoh pejuangnya yang bernama Ki Bagus Rangin. [[Arief Natadiningrat|Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat]] mengatakan bahwa Perang itu merupakan pemberontakan besar pertama di Pulau Jawa dalam melawan penjajah Belanda, sebelum [[Perang Diponegoro]].<ref>{{Cite news|url=http://www.republika.co.id/berita/koran/kabar-jabar/14/09/02/nb9p281-perang-kedongdong-dan-ki-bagus-rangin-yang-terlupakan|title=Perang Kedongdong dan Ki Bagus Rangin yang Terlupakan {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2018-03-31}}</ref>
 
Perlawanan yang dilancarkan Ki Bagus Rangin sempat membuat pasukan kompeni kewalahan. Apalagi, perjuangan Ki Bagus Rangin mendapat dukungan dari masyarakat luas. Setelah rakyat Karaseidenan Cirebon terbangun kesadarannya sehingga mereka bergerak bersama Bagus Rangin.
 
Pertempuran yang terjadi antara pasukan Bagus Rangin dan pasukan kolonial Hindia Belanda pertama kalinya berlangsung pada 25 Februari 1806, hal ini sesuai dengan resolusi Pemerintah Kolonial di [[Hindia Belanda]] yang menyebutkan ada kerusuhan sosial di daerah Cirebon pada tanggal tersebut. Daerah-daerah lain yang membantu Bagus Rangin adalah berasal dari daerah [[Jatitujuh, Majalengka|Jatitujuh]], [[Rajagaluh, Majalengka|Rajagaluh]], [[Palimanan, Cirebon|Bangawan Wetan]], [[Sumber, Cirebon|Sumber]], [[Bantarjati, Kertajati, Majalengka|Bantarjati]], [[Babakancikao, Purwakarta|Cikao]], [[Kandanghaur, Indramayu|Kandanghaur]]{{fact}}, [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]], [[Linggajati, Cilimus, Kuningan|Linggarjati]]{{fact}}, [[Luragung, Kuningan|Luragung]], [[Maja, Majalengka|Maja]]{{fact}}, [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]{{fact}}, [[Kabupaten Karawang|Karawang]]{{fact}}, dan [[Kabupaten Subang|Subang]]{{fact}}.
 
Gubernur Jenderal Hindia Belanda [[Albertus Wiese|A.J. Wiese]] menugaskan kepada [[Nicolas Engelhaard]] untuk meminta bantuan agar para bupati mengirimkan pasukannya untuk melawan Bagus Rangin. Akan tetapi tidak semua Bupati menaati perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda tersebut. Akibat membangkang pada [[Hindia Belanda|Pemerintah kolonial Hindia Belanda]], [[Keraton Kanoman|Sultan Kanoman Cirebon]]{{fact}} Pangeran Suriawijaya dibuang oleh Belanda ke Ambon dan dipecat dari jabatan Sultan pada tanggal 2 Maret 1810 oleh [[Herman Willem Daendels|Gubernur Jenderal Daendels]].
 
Perang yang terjadi di Bantarjati dari tanggal 16 sampai 29 Februari 1812 adalah perang yang terakhir dan berakhir dengan kekalahan di pihak Bagus Rangin. Akhirnya pada tanggal 27 Juni 1812 Bagus Rangin dapat tertangkap oleh pasukan Belanda di daerah [[Panongan, Jatitujuh, Majalengka|Panongan, Jatitujuh]]. Pada tanggal 12 Juli 1812 Bagus Rangin dijatuhi hukuman mati dengan cara dipenggal kepalanya di daerah [[Karangsambung, Kadipaten, Majalengka|Karangsambung]], tepian sungai [[Ci Manuk]]{{fact}}.
 
Bagus Rangin pada akhirnya gugur, tetapi semangat pembelaan terhadap rakyat yang ditindas patut dihargai dan diteruskan perjuangannya. Akhirnya 133 tahun setelah gugurnya itu, cita-cita terbesar Bagus Rangin dapat terwujud. Apalagi kalau bukan kemerdekaan. Kemerdekaan yang dicita-citakan oleh masyarakat adalah bukan tujuan dan bukan pula sekadar penggantian penguasa untuk kemudian ganti berkuasa dan menindas. Tetapi kemerdekaan adalah salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Baris 31 ⟶ 28:
Pada 1805 pertempuran pecah di daerah Pangumbahan, juga terjadi pertempuran di daerah [[Karesidenan]] [[Cirebon]] dan pantai utara [[Jawa]]. Pasukan Bagus Rangin yang berkekuatan ± 10.000 orang kalah dan terpaksa mengakui keunggulan Belanda. Tanggal [[12 Juli]] [[1812]] Bagus Rangin menerima hukuman penggal kepala di [[Cimanuk]] dekat [[Karangsembung, Cirebon]].
 
Tahun 1818 terjadi perang kedondong di pimpin Pangeran Matangaji dibantu Laskar Santri. Peperangan ini di menangkandimenangkan oleh pasukan Cirebon karena pasukan Kesulthanan yang semula bergabung dengan VoC membelot dan ikut menggempur pasukan VoC bersama laskar "Klebet Waring".
 
=== Ketokohan Bagus ranginRangin ===
Sejarawan [[Nina Herlina|Nina Herlina Lubis]] mengatakan dari hasil penelitian sejarah yang dilakukan Guru Besar Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya [[Universitas Padjadjaran|Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung]], memperkuat alasan bahwa Bagus Rangin sangat layak diberi gelar kehormatan oleh pemerintah.<ref>Pikiran Rakyat. "Bagus Rangin layak peroleh gelar pahlawan". 2015. pikiran rakyat online. Diakses 31 Maret 2018</ref>