Persembahan curahan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Hungaria |
|||
(167 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[File:Relief libation Louvre AO276.jpg|thumb|[[Relief]] upacara persembahan
[[File:RMW - Opfernder Togatus.jpg|thumb|Imam Romawi [[capite velato|berkudung toga]] memegang [[patera]] dengan sikap tubuh seakan-akan sedang
[[File:Бэликто.JPG|thumb|[[
'''
Sarana
Di Asia Timur, pencurahan sesaji beras ke air mengalir melambangkan pelepasan dari [[karma]] dan [[tenaga dalam|kekuatan jahat]].
Baris 12:
=== Sejarah ===
==== Sumer Kuno ====
Bagi bangsa [[Sumer]], akhirat adalah relung gelap dan suram
==== Mesir Kuno ====
Persembahan
==== Israel Kuno ====
{{main|
{{blockquote|Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.|{{Alkitab|Kejadian 35:14}}}}
Di dalam [[Kitab Yesaya]] ({{Alkitab|Yesaya 53:12}}),
==== Kristen Purba ====
Di dalam [[Kekristenan|agama Kristen]], persembahan curahan disebutkan di dalam Kitab Suci [[Perjanjian Baru]] dan diamalkan [[Yesus]] maupun tokoh-tokoh Alkitab lainnya.<ref>{{Alkitab|Matius 26:7}}, {{Alkitab|Matius 26:28}}, {{Alkitab|Markus 14:24}}, {{Alkitab|Lukas 22:20}}, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 2:33}}, {{Alkitab|Kisah Para Rasul 10:45}}, {{Alkitab|Roma 5:5}}, {{Alkitab|Filipi 2:7}}, {{Alkitab|Filipi 2:17}}</ref>
{{blockquote|Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.|{{Alkitab|Lukas 22:20}}}}
Ayat Injil Lukas ini merujuk penumpahan darah Yesus sebagai persembahan curahan Perjanjian Baru.
{{blockquote|Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.|{{Alkitab|Filipi 2:17}}}}
Persembahan curahan biasanya dijiwai semangat perdamaian. Istilah Yunani untuk persembahan curahan, ''σπονδή'' (''sponde''), lambat laun menjadi sinonim dengan "perjanjian damai".<ref>{{Cite web |title=The Cup of God's Wrath: Libation and Early Christian Meal Practice in Revelation |url=https://www.mdpi.com/2077-1444/9/12/413/htm#:~:text=Libation%20practice%20is%20used%20as,chapter%2016%2C%20pour%20out%20plagues.}}</ref>
==== Yunani Kuno ====
[[File:Omphalos pushkin.jpg|thumb|upright|[[Apollo (mitologi)|Dewa Apolon]] menuang persembahan curahan dari ''[[Patera|fiale]]'' ke atas [[omfalos]] disaksikan [[Artemis|Dewi Artemis]]]]
Persembahan curahan ({{Lang-el|σπονδή}}, ''spondȇ'') adalah unsur pokok dan penting dari [[agama Yunani Kuno|agama bangsa Yunani Kuno]]. Persembahan curahan merupakan salah satu amalan agama yang paling sederhana dan paling umum dilakukan.<ref>Louise Bruit Zaidman dan Pauline Schmitt Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', diterjemahkan oleh Paul Cartledge (Cambridge University Press, 1992, 2002, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1989), hlm. 28.</ref> Bagi masyarakat Yunani Kuno, persembahan curahan adalah salah satu unsur pokok pengamalan agama yang mencerminkan ketakwaan seseorang. Persembahan curahan sudah diamalkan sejak [[Zaman Perunggu Yunani|zaman Perunggu]] bahkan sejak [[zaman Prasejarah Yunani]].<ref>[[Walter Burkert]], ''Greek Religion'' (Harvard University Press, 1985, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman pada tahun 1977), hlmn. 70, 73.</ref> Persembahan curahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Orang-orang Yunani yang bertakwa mempersembahkannya setiap hari pada waktu pagi dan senja, maupun sebelum bersantap.<ref>[[Hesiod]], ''Works and Days'' 724–726; Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 39.</ref> Sarana persembahan sering kali berwujud anggur yang dicampur air, tetapi dapat pula berwujud anggur murni, madu, minyak, air, dan susu.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 40; Burkert, ''Greek Religion,'' hlmn. 72–73.</ref>
Bangsa Yunani Kuno lazimnya mempersembahkan kurban curahan melalui upacara penumpahan anggur secara khidmat dari dalam sebuah tempayan atau mangkuk yang dipegang dengan tangan. Upacara yang paling lazim adalah menuang cairan dari ''[[oinokhoe]]'' (tempayan anggur) ke dalam ''[[patera|fiale]]'', sejenis mangkuk datar yang dibuat khusus untuk upacara ini. Sesudah anggur di dalam ''fiale'' dicurahkan, sisa isi ''oinokhoe'' diminum pemimpin upacara.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 40.</ref> Persembahan curahan ditumpahkan kapan saja orang hendak minum anggur. Amalan semacam ini sudah tercatat pada masa penulisan wiracarita-wiracarita [[Homeros]]. Tata krama [[simposium|simposion]] mewajibkan pelaksanaan upacara persembahan curahan kepada [[Zeus]] beserta [[12 Dewa Olimpus|dewa-dewi Olimpos]] saat [[krater]] anggur pertama disajikan, kepada [[Kultus pahlawan Yunani|para pahlawan]] saat krater kedua disajikan, dan kepada ''Zeus yang memurnakan'' ({{Lang-grc|Ζεύς Tέλειος}}, ''Zeús Téleyos'') sewaktu menyajikan krater ketiga, yang biasanya adalah krater terakhir. Alternatifnya adalah menumpahkan persembahan curahan dari krater pertama kepada [[agatodaimon]] (roh baik) dan dari krater ketiga kepada [[Hermes]]. Para hadirin simposion juga boleh secara pribadi menyeru dan menumpahkan persembahan curahan kepada dewa tertentu seturut keinginannya.
Persembahan curahan pada umumnya dipersembahkan sambil melisankan doa.<ref>Burkert, ''Greek Religion'', hlmn. 70–71.</ref> Sikap tubuh bangsa Yunani pada saat berdoa adalah berdiri, baik sambil mengangkat kedua belah tangan maupun sambil menuang persembahan curahan dari ''fiale'' di tangan kanan yang direntangkan.<ref>William D. Furley, "Prayers and Hymns," dalam ''A Companion to Greek Religion'' (Wiley-Blackwell, 2010), hlm. 127; Jan N. Bremmer, "Greek Normative Animal Sacrifice," hlm. 138 dalam jilid yang sama.</ref>
Bilamana [[Pengurbanan hewan|mempersembahkan korban sembelihan]], anggur akan dituangkan ke atas hewan kurban sebagai bagian dari upacara penyembelihan dan pengolahannya, kemudian juga ke atas abu dan nyala api pembakarannya.<ref>Zaidman dan Pantel, ''Religion in the Ancient Greek City'', hlm. 36; Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 71.</ref> Penggambaran upacara semacam ini lazim dijumpai pada karya-karya [[Seni Yunani Kuno|seni rupa Yunani]], yang juga kerap menampilkan gambar pemberi persembahan atau dewa-dewi dalam sikap memegang ''fiale''.<ref name="Burkert, hlm. 71">Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 71.</ref>
[[File:Bell-krater sacrifice Pothos Painter Louvre G496.jpg|thumb|upright=1.2|right|Gambar upacara persembahan karya [[Pelukis Potos]], persembahan curahan dituangkan dari tempayan, [[krater]] [[Tembikar sosok-merah|sosok-merah Atika]], 430–420 SM)]]
Kata kerja Yunani ''σπένδω'' (''spéndō''), yang berarti "menuang persembahan curahan", dan dapat pula berarti "mencapai mufakat", berasal dari [[akar kata bahasa Proto-India-Eropa|akar kata bahasa India-Eropa]] ''{{PIE|*spend-}}'', yang berarti "mempersembahkan, melaksanakan upacara, atau melibatkan diri lewat suatu upacara". Kata bendanya adalah ''spondȇ'' (jamak: ''spondaí''), artinya "persembahan curahan." Di dalam [[diatesis|bentuk kalimat madya]] (bukan aktif maupun pasif), kata kerjanya bermakna "masuk ke dalam suatu perjanjian", maksudnya para dewata diseru untuk menjamin suatu tindakan.<ref>D.Q. Adams dan J.P. Mallory, lema "Libation," dalam ''Encyclopedia of Indo-European Culture'' (Taylor & Francis, 1997), hlm. 351. Dari akar kata yang sama diturunkan kata kerja Latin ''spondeo'', yang berarti "janji, kaul."</ref> Jika upacara persembahan darah dilaksanakan untuk mengawali perang, maka ''spondaí'' menandai berakhirnya permusuhan, dan oleh karena itu istilah ''spondaí'' sering kali digunakan dengan makna "gencatan senjata" atau "perjanjian damai". Rumusan kalimat "kami, [[polis]], telah menuang persembahan curahan" adalah suatu maklumat damai, yang juga dimaklumkan bilamana negara-negara kota berkumpul dalam penyelenggaraan [[kejuaraan-kejuaraan se-Yunani]], [[Olimpiade Kuno|kejuaraan Olimpia]], maupun upacara-[[Misteri Eleusis|upacara pemujaan rahasia di Eleusis]]. Dalam hal ini, ''spondȇ'' disifatkan "tidak berdarah, lemah lembut, tidak terbatalkan, dan tidak dapat diganggu gugat".<ref name="Burkert, hlm. 71"/>
Persembahan curahan yang ditumpahkan ke tanah ditujukan kepada arwah-arwah dan dewa-dewa [[Khthonik|pratala]]. Di dalam wiracarita ''[[Odisseia|Odiseya]]'', bagian ''Kitab Kematian'', [[Odisseus|Odiseus]] dikisahkan menggali sebuah liang sesaji, kemudian menuang madu, anggur, dan air berturut-turut ke sekeliling liang itu. Untuk upacara persembahan curahan yang disebut ''khoē'' ({{Lang-el|χεῦμα}}, ''kheuma'', artinya "yang dicurahkan"; dari akar kata bahasa India-Eropa ''{{PIE|*gheu-}}''),<ref>Adams and Mallory, "Libation," hlm. 351.</ref> persembahan curahan ditumpahkan dari sebuah pasu ke tanah sebagai persembahan kepada dewa-dewa pratala, yang juga dibenarkan menerima ''spondai''.<ref>Burkert, ''Greek Religion'', hlm. 70.</ref> Para pahlawan, yakni insan-insan fana yang didewakan, dibenarkan menerima persembahan curahan darah jika semasa hidupnya pernah berjuang menumpahkan darah di medan perang, misalnya [[Brasidas]], pahlawan [[Sparta]].<ref>Gunnel Ekroth, "Heroes and Hero-Cult," dalam ''A Companion to Greek Religion'', hlm. 107.</ref> Persembahan curahan yang ditumpahkan kepada arwah dalam upacara di kuburan juga mencakup susu dan madu.<ref>D. Felton, "The Dead," in ''A Companion to Greek Religion,'' hlm. 88.</ref>
''[[Oresteia|Para Pembawa Persembahan Curahan]]'' ({{lang-el|Χοηφóρoι}}, ''Khoeforoi'') adalah judul [[tragedi Yunani|lakon]] kedua dari ''[[Oresteia|Tragedi Tiga Babak Orestes]]'' karya pujangga [[Aiskhilos]], merujuk kepada sesaji yang dibawa [[Elektra]] ke kubur ayahnya, [[Agamemnon]].<ref name="Burkert, hlm. 71"/> Pujangga [[Sofokles]] menyajikan salah satu penjabaran upacara persembahan curahan yang paling terperinci di dalam [[sastra Yunani Kuno|khazanah kesusastraan Yunani]], yakni di dalam naskah sandiwara ''[[Oidipus di Kolonus]]'' ({{lang-el|Οἰδίπους ἐπὶ Κολωνῷ}}, ''Oidipus epi Kolōnōi''). Upacara tersebut dilaksanakan sebagai laku penebusan dosa di [[hutan larangan]] [[Erinyes|Eumenides]]:
<blockquote>
[[Heron dari Iskandariyah|Heron dari Aleksandria]] menjabarkan cara kerja sejenis mesin yang mengautomasi proses penumpahan persembahan curahan dengan memanfaatkan daya panas dari api mezbah untuk memompakan minyak sampai tercurah dari cawan-cawan yang dipegang dua buah arca.
==== Romawi Kuno ====
[[File:072 Conrad Cichorius, Die Reliefs der Traianssäule, Tafel LXXII (Ausschnitt 01).jpg|thumb|upright=1.3|Kaisar [[Trayanus]] menumpahkan persembahan curahan disaksikan para prajurit, [[relief]] pada [[Tugu Trayanus]])]]
Istilah [[Latin]] untuk persembahan curahan, ''libatio'', sesungguhnya berarti "tindakan menuang", dari kata kerja ''libare'' yang berarti "mencicip, mengecap, menuang, menumpahkan persembahan curahan" (dari akar kata bahasa India-Eropa ''{{PIE|*leib-}}'', artinya "menuang, menumpahkan persembahan curahan").<ref>D.Q. Adams dan J.P. Mallory, lema "Libation," dalam ''Encyclopedia of Indo-European Culture'' (Taylor & Francis, 1997), hlm. 351.</ref> Di dalam [[Agama di Romawi Kuno|agama bangsa Romawi Kuno]], persembahan curahan adalah laku ibadat dalam bentuk mempersembahkan sesaji cair, yang sering kali berupa anggur murni dan minyak wangi.<ref>[[John Scheid]], "Sacrifices for Gods and Ancestors," dalam ''A Companion to Roman Religion'' (Blackwell, 2007), hlm. 269.</ref> ''Liber Pater'' (Bapa [[Liber]]), [[Daftar dewa-dewi Romawi|dewa Romawi]] yang kemudian hari disamakan dengan dewa Yunani [[Dionisos]] atau [[Bakhus]], adalah dewa urusan ''libamina'', yakni "persembahan curahan," dan ''liba'', yakni kue-kue sesaji yang disiram madu.<ref>[[Isidorus dari Sevilla]], ''Etymologies'' 6.19.32; Adams dan Mallory, ''Encyclopedia of Indo-European Culture'', hlm. 351; . Robert Turcan, ''The Gods of Ancient Rome'' (Routledge, 2001; pertama kali diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1998), hlm. 66.</ref>
Di dalam seni rupa Romawi, upacara persembahan curahan digambarkan terlaksana di atas sebuah ''mensa'' (meja sesaji), atau ''[[tripus]]''. Persembahan curahan adalah sesaji yang paling sederhana, dan dengan sendirinya sudah memadai sebagai suatu persembahan.<ref>Katja Moede, "Reliefs, Public and Private," dalam ''A Companion to Roman Religion'', hlm. 165, 168.</ref> Upacara pengantar ({{lang-la|praefatio}}) persembahan korban sembelihan mencakup pencurahan sesaji kemenyan dan anggur ke dalam nyala api mezbah.<ref>Moede, "Reliefs, Public and Private," hlmn. 165, 168; Nicole Belayche, "Religious Actors in Daily Life: Practices and Related Beliefs," dalam ''A Companion to Roman Religion'', hlm. 280.</ref> Baik [[kaisar Romawi|kaisar]] maupun dewata kerap digambarkan sedang menumpahkan persembahan curahan, teristimewa pada uang-uang logam.<ref>Jonathan Williams, "Religion and Roman Coins," dalam ''A Companion to Roman Religion'', hlmn. 153–154.</ref> Gambar-gambar tindakan mempersembahkan persembahan curahan lazimnya mengisyaratkan ''[[pietas]]'', yakni kadar ketaatan beragama atau ketakwaan seseorang.<ref>Scheid, "Sacrifices for Gods and Ancestors," hlm. 265.</ref>
Persembahan curahan merupakan salah satu unsur [[Adat-istiadat perkabungan Romawi|upacara duka bangsa Romawi]], dan mungkin saja merupakan satu-satunya jenis sesaji yang dipersembahkan dalam upacara-upacara duka yang sederhana.<ref>Scheid, "Sacrifices for Gods and Ancestors," hlmn. 270–271.</ref> Persembahan curahan ditumpahkan dalam upacara-upacara penyantunan arwah (baca artikel [[Parentalia]] dan [[Caristia]]). Beberapa makam diperlengkapi dengan pipa-pipa untuk menyalurkan sesaji kepada arwah di pratala.<ref>Nicola Denzey Lewis, lema "Catacombs," ''The Oxford Encyclopedia of Ancient Greece and Rome'' (Oxford University Press, 2010), jld. 1, hlm. 58; John R. Clarke, ''Art in the Lives of Ordinary Romans: Visual Representation and Non-elite Viewers in Italy, 100 B.C.–A.D. 315'' (University of California Press, 2003), hlm. 197.</ref>
Susu tidak lazim dijadikan sarana persembahan curahan di Roma, tetapi secara teratur dipersembahkan kepada sejumlah kecil dewata, khususnya dewa-dewa purbakala<ref>Misalnya [[Epitet-epitet Yupiter#Iuppiter Latiaris|Yupiter Latiaris]] dan [[Pales]].</ref> atau dewa-dewa yang berperlengkapan alami susu, misalnya [[Rumina]], [[Dewa-dewi kelahiran dan masa kanak-kanak Romawi|dewi persalinan dan pengasuhan anak]] yang menentukan kelancaran air susu ibu, dan Kunina, [[penunggu|batari penunggu]] buaian bayi.<ref>Hendrik H.J. Brouwer, ''Bona Dea: The Sources and a Description of the Cult'' (Brill, 1989), hlmn. 328–329.</ref> Susu juga dipersembahkan kepada Merkurius Sobrius ([[Merkurius (mitologi)|Merkurius]] yang "tidak mabuk"). Pemujaan terhadap Dewa Merkurius Sobrius diketahui marak dilakukan di [[Afrika (Provinsi Romawi)|daerah Afrika]], dan mungkin dibawa masuk ke kota Roma oleh komunitas perantau Afrika.<ref>[[Robert E.A. Palmer]], ''Rome and Carthage at Peace'' (Franz Steiner, 1997), hlmn. 80–81, 86–88.</ref>
=== Afrika ===
[[File:Cichefstradi.jpg|thumb|Penumpahan persembahan curahan dalam suatu upacara di [[Bouaké]], [[Pantai Gading]]]]
Persembahan curahan adalah amalan yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno mempersembahkan sesaji minuman untuk memuliakan dan menenteramkan dewa-dewi, arwah leluhur, sesama manusia yang hadir maupun yang jauh, dan lingkungan hidup mereka. Persembahan curahan diduga mula-mula muncul di daerah hulu Lembah [[Sungai Nil]], kemudian menyebar ke tempat-tempat lain di Afrika maupun ke seluruh dunia.<ref name="auto"/><ref name="auto1"/> Menurut [[Ayi Kwei Armah]], “legenda ini menjelaskan kemunculan adat penenteraman yang dijumpai di seluruh pelosok benua Afrika, yaitu persembahan curahan, yakni pencurahan alkohol atau minuman-minuman jenis lain sebagai persembahan kepada arwah nenek moyang dan dewa-dewi.”<ref name="auto2"/>
Di dalam [[budaya Afrika|kebudayaan Afrika]], khususnya [[Agama tradisional Afrika|agama-agama adat di Afrika]], upacara penuangan persembahan curahan adalah salah satu unsur pokok adat-istiadat seremonial dan merupakan salah satu cara meluhurkan arwah nenek moyang. Arwah nenek moyang tidak sekadar diluhurkan, tetapi juga diundang untuk melibatkan diri di dalam segala macam kegiatan masyarakat (sebagaimana yang juga diperbuat terhadap dewa-dewi dan Allah). Doa dinaikkan dalam bentuk persembahan curahan, menyeru arwah-arwah nenek moyang agar hadir. Upacara semacam ini pada umumnya dipimpin seorang sesepuh. Meskipun air dapat dijadikan sarana, persembahan curahan yang lazim dipersembahkan adalah sejenis minuman keras tradisional (misalnya [[tuak nira|tuak]]), dan upacara persembahan curahan dilaksanakan seraya menyampaikan undangan (dan seruan) kepada arwah-arwah nenek moyang, dewa-dewi, dan Allah. Di daerah Volta, Ghana, air bercampur tepung jagung juga dijadikan sarana persembahan curahan.
Persembahan curahan juga lazim dikenal sebagai penyela pertunjukan [[Agbekor]], tarian ritual yang digelar berbagai kelompok budaya di Afrika Barat. Persembahan curahan juga ditumpahkan saat melangsungkan upacara adat perkawinan, pada waktu kelahiran anak, dalam upacara perkabungan, dalam pesta-pesta adat seperti [[Asafotu]] dan [[Homowo]] yang digelar masyarakat [[Ga Adangbe]] di Ghana dan Togo, dan dalam upacara penobatan raja, ratu, maupun kepala suku.
=== Amerika ===
Sebelum menenggak minuman, orang [[Suku Quechua|Quechua]] dan [[suku Aymara|Aymara]] di daerah pegunungan [[Andes]] Amerika Selatan biasanya menumpahkan sedikit isi cawan ke tanah sebagai persembahan kepada [[Pachamama]] atau Ibu Pertiwi. Tindakan ini dilakukan bilamana mereka hendak menenggak [[Chicha]], minuman keras khas daerah tersebut. Upacara persembahan curahan pada umumnya disebut ''challa'' dan kerap dilaksanakan, biasanya sebelum bersantap dan dalam perayaan-perayaan. Pada abad ke-16, padri Fransiskan [[Bernardino de Sahagún]] mencatat adat-istiadat masyarakat Aztec seputar urusan minum ''[[pulque|octli]]'':
{{blockquote|Persembahan curahan ditumpahkan sebagai berikut: Bilamana hendak minum ''octli'', bilamana hendak mencicipi ''octli'' baru, bilamana seseorang baru selesai meramu ''octli''...ia memanggil orang-orang. Ia menghidangkannya di dalam sebuah bejana di depan pediangan, bersama cawan-cawan kecil untuk dipakai minum. Sebelum minum-minum dimulai, ia mencedok ''octli'' dengan sebuah cawan kecil lalu mencurahkannya ke tanah di depan pediangan; ''octli'' dicurahkannya ke empat arah. Sesudah ''octli'' dicurahkan barulah orang mulai minum.<ref>[https://books.google.com/books?id=nH_P1Gn1twwC&dq=octli&source=gbs_navlinks_s Bernardino de Sahagún, Henry B. Nicholson, Thelma D. Sullivan, ''Primeros Memoriales.'' The civilization of the American Indian series, University of Oklahoma Press, 1997; hlm. 72.] {{ISBN|0806129093}}</ref>}}
=== Asia ===
==== Agama Buddha di Birma ====
[[File:Yezetcha ceremony.PNG|thumb|upright=1.5|Upacara dana air di Birma pada tahun 1900]]
[[Agama Buddha di Myanmar|Umat Buddha di Birma]] mengenal upacara dana air yang disebut ''yay zet cha'' (ရေစက်ချ), yakni tindakan menuang air secara khidmat sedikit demi sedikit dari bejana ke dalam sebuah wadah sebagai penutup sebagian besar rangkaian upacara agama Budha, termasuk perayaan-perayaan dana, [[shinbyu]], dan pesta-pesta. Upacara dana air dilaksanakan demi beroleh [[Dasa Kusala Kamma|pahala]] bersama-sama segala makhluk di 31 alam.<ref>{{cite book |title=Burmese supernaturalism |last=Spiro |first=Melford E. |year=1996 |publisher=Transaction Publishers |isbn=978-1-56000-882-8 |pages=44–47 }}</ref> Upacara ini terdiri atas tiga unsur utama, yaitu pernyataan keimanan, pencurahan air, dan berbagi pahala.<ref name="dpb">{{cite book|title=ဝတ်ရွတ်စဉ်|publisher=သီတဂူဗုဒ္ဓဝိဟာရ|location=Austin, Texas|year=2011|pages=34–35|url=http://www.sitagu.org/downloads/Daily%20Recitation%20Ebook%202011.pdf|language=my|access-date=2012-02-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20111018030937/http://www.sitagu.org/downloads/Daily%20Recitation%20Ebook%202011.pdf|archive-date=2011-10-18|url-status=dead}}</ref> Seiring penuangan air, hadirin mendaraskan pernyataan keimanan yang disebut ''hsu taung imaya dhammanu'' (ဆုတောင်း ဣမာယ ဓမ္မာနု), dipimpin para biksu.<ref name="spi">{{cite book |title=Buddhism and society: a great tradition and its Burmese vicissitudes |url=https://archive.org/details/buddhismsocietyg0000spir |last=Spiro |first=Melford E. |year=1982 |publisher=University of California Press |isbn=978-0-520-04672-6 |pages=[https://archive.org/details/buddhismsocietyg0000spir/page/213 213]–214 }}</ref>
Sesudah pencurahan air, orang yang berdana (disebut အမျှဝေ, ''ahmya wei'') membagi-bagikan pahala dengan cara tiga kali melisankan kalimat berikut ini:<ref name="dpb"/>
{{blockquote|(Dengar, dengarlah semua), moga-moga segala makhluk beroleh pahala dari amal kebajikan kami<br />''(Kya kya thahmya), ahmya ahmya ahmya yu daw mu gya ba gon law''<br /> ((ကြားကြားသမျှ) အမျှ အမျှ အမျှ ယူတော်မူကြပါ ကုန်လော)}}
Ucapan tersebut diamini seluruh hadirin secara serentak dengan tiga kali melisankan kata ''thadu'' (သာဓု, ''sadhu''), artinya "semoga demikian", sama seperti ucapan [[amin]] di dalam agama Kristen. Sesudah itu, air yang didanakan dicurahkan ke tanah agar kembali kepada [[Wasudara]], dewi bumi yang diseru sebagai saksi amal kebajikan tersebut.<ref name="spi"/>
Sebelum zaman penjajahan, upacara dana air juga digelar dalam acara penobatan raja-raja Birma, sebagai bagian dari rangkaian tata cara yang termaktub di dalam ''Raza Thewaka Dipani Kyan'', karya tulis dari tahun 1849 yang merangkum berbagai tindakan terpuji raja-raja Birma.<ref>{{cite web |url=http://portal.aungzay.org/content/view/38/18/ |title=Archived copy |access-date=18 Juni 2010 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20090525211535/http://portal.aungzay.org/content/view/38/18/ |archive-date=2009-05-25 }}</ref><ref>http://www.ari.nus.edu.sg/showfile.asp?eventfileid=304</ref>
Meskipun persembahan air kepada Wasudara mungkin berasal dari kepercayaan bangsa Birma sebelum masuknya agama Budha, upacara ini diyakini tercipta atas prakarsa Raja [[Bimbisara]], yang menuang persembahan air demi beroleh pahala bagi para leluhurnya yang sudah menjadi [[preta]] (arwah kelaparan).<ref>{{cite book |title=Traditions of Buddhist Practice in Burma |last=Houtman |first=Gustaaf |year=1990 |publisher=ILCAA |pages=53–55 }}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.usamyanmar.net/.../Life%20of%20Gotama%20Buddha.ppt |title=Archived copy |website=www.usamyanmar.net |access-date=15 Januari 2022 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210308222820/http://www.usamyanmar.net/.../Life%20of%20Gotama%20Buddha.ppt |archive-date=8 Maret 2021 |url-status=dead}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.budsir.org/E_hist43.htm|title=The king performs merit in the name of his ancestors reborn as petas (hungry ghosts); the peta rejoice in the act and receive a share of the merit|year=2002|work=Mahidol University|access-date=28 Februari 2012}}</ref>
Upacara ini juga dikenal umat Budha di Muangthai dan Laos, dinamakan ''kruat nam'' (กรวดน้ำ) di Muangthai dan ''yaat nam'' di Laos, dan digelar pada akhir upacara berbagi pahala.<ref>{{cite book|last=Hayashi|first=Yukio|title=Practical Buddhism among the Thai-Lao: religion in the making of a region|publisher=Trans Pacific Press|year=2003|pages=146–147|isbn=978-4-87698-454-1}}</ref>
==== Agama Hindu ====
[[File:Tarpan - Jagannath Ghat - Kolkata 2012-10-15 0622.JPG|thumb|Pelaksanaan upacara tarpana (persembahan air suci) pada penghujung perayaan Pitrepaksa (paruh pitarah) di ''Jaganata Gata'' (Undakan Jaganata), [[Kolkata]]]]
Dalam [[agama Hindu]], persembahan curahan adalah bagian dari upacara [[tarpana]], dan juga digelar dalam perayaan [[Pitri Paksha|Pitrepaksa]] (paruh pitarah) pada paruh-gelap bulan [[Badrapada]] (September–Oktober) menurut [[kalender Hindu|penanggalan Hindu]].<ref>{{cite news|title=Indian Hindu devotee performs "Tarpan"|newspaper=Hindustan Times|url=http://www.hindustantimes.com/photos-news/Photos-India/Mahalaya2010/Article4-609581.aspx|date=Oct 2010|access-date=30 September 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20141215091147/http://www.hindustantimes.com/photos-news/Photos-India/Mahalaya2010/Article4-609581.aspx|archive-date=15 Desember 2014|url-status=dead}}</ref>
Di India dan Nepal, [[arca|pratima]] (arca maupun lambang) Dewa Siwa (juga Dewa Wisnu dan dewa-dewi lain) di[[abhiseka|abiseka]] (dimandikan secara khidmat) dengan air oleh umat Hindu di [[kuil Hindu|mandira]]-mandira yang mereka kunjungi. Pada kesempatan-kesempatan istimewa, murti diabiseka dengan air, susu, dadih masam, minyak samin, madu, dan gula pasir.
==== Tiongkok ====
Dalam adat-istiadat orang Tionghoa, arak beras atau teh ditumpahkan di depan meja sembahyang atau batu nisan sebagai sesaji kepada dewa-dewi atau untuk meluhurkan arwah. Cawan berisi sesaji minuman dipegang dengan kedua belah tangan, kemudian dicurahkan melintang dari kanan ke kiri. Minuman biasanya terlebih dahulu disajikan di atas meja sembahyang sebelum ditumpahkan. Dalam upacara-upacara yang lebih rumit untuk memuja dewa-dewi, persembahan curahan dapat pula ditumpahkan ke dalam nyala api pembakaran sesaji kertas, sementara untuk meluhurkan arwah, arak hanya ditumpahkan ke tanah.
==== Jepang ====
Dalam agama [[Shinto]], baik persembahan curahan maupun minuman yang dipersembahkan disebut ''miki'' (神酒), artinya "minuman dewata". Minuman yang biasanya digunakan dalam berbagai upacara di kuil-kuil Shinto adalah [[sake]], tetapi sesaji minuman di sanggah-sanggah rumah tangga boleh diganti dengan [[air]] segar yang dapat diganti setiap pagi. Sesaji minuman dihidangkan di dalam cawan polos tanpa hiasan yang terbuat dari keramik atau logam.
===
[[Syamanisme di Siberia|Perdukunan masyarakat Siberia]] menampakkan ciri-ciri umum amalan [[syamanisme|perdukunan]] yang sangat beragam.<ref name=div>[[#Hop05|Hoppál 2005]]: 15</ref> Di dalam beberapa kelompok masyarakat yang bermukim di sekitar [[Pegunungan Altai]], tambur baru seorang dukun terlebih dahulu harus diupacarai secara khusus. Tindakan ini dianggap "menghidupkan tambur". Pohon dan rusa yang telah mengorbankan kayu dan kulitnya untuk diolah menjadi tambur baru tersebut menceritakan seluruh riwayat hidup mereka dan berjanji akan melayani si dukun. Upacara menghidupkan tambur adalah suatu upacara persembahan curahan. Bir dituang ke atas selaput maupun badan tambur. Kedua benda itu sekonyong-konyong "bernyawa" dan berkata-kata melalui mulut si dukun atas nama pohon dan rusa. Di kalangan masyarat [[Tubalar]], [[Peniruan bunyi dalam syamanisme|si dukun meniru bunyi]] maupun tindak-tanduk hewan tersebut.<ref>[[#Eli01|Eliade 2001]]: 164 (= Bab 5 membahas simbolisme yang terkandung di dalam tambur dan pakaian khusus dukun, anak babnya berisi pembahsan tentang tambur)</ref>
== Kebiasaan-kebiasaan modern ==
[[File:Pouring one out.gif|thumb|Amalan ''pouring one out'']]
Orang [[Kuba]] biasa menumpahkan sedikit [[rum]] satu atau dua kali dari gelas yang dipegangnya sambil berkata ''para los santos'' (untuk [[orisa|para aulia]]), sama seperti yang diperbuat orang [[Brasil]] bilamana hendak menenggak [[cachaça]]. Orang Brasil biasa menumpahkan sedikit mimumannya sambil berucap ''para o santo'' atau ''para o santinho''. Kebiasaan ini mirip dengan amalan [[orang Bisaya]] di [[Mindanao]], [[Filipina]], yang biasanya menumpahkan [[rum]] secangkir penuh saat botol baru dibuka sambil berkata "''para sa yawa''" (untuk iblis).<ref>[http://www.soydelcaribe.com/edicion/ed23/ron-esp.asp Soy del Caribe - Edición No.23 - Reportaje | El Ron de Cuba, con su toque de siglos<!-- Bot generated title -->] {{webarchive|url=https://archive.today/20120913064729/http://www.soydelcaribe.com/edicion/ed23/ron-esp.asp |date=2012-09-13 }}</ref>
Menumpahkan [[vodka]] ke atas kuburan sudah lama menjadi kebiasaan masyarakat [[Rusia]] dan negeri-negeri tetangganya. Kebiasaan ini mungkin sekali berkaitan dengan adat ''[[dziady]]'' (memanggil arwah). Di dalam budaya masyarakat [[Georgia (negara)|Georgia]] yang sangat mengistimewakan minuman [[anggur]], orang lazim menumpahkan segelas anggur ke atas kuburan, khususnya sekitar hari raya [[Paskah]].
Di [[Amerika Serikat]], kadang-kadang sesaji curah dipersembahkan atas nama orang yang sudah wafat dalam berbagai kesempatan, biasanya dalam acara minum-minum santai bersama handai tolan. Ada pula tradisi menumpahkan sedikit [[malt|arak kecambah]] dari botol ukuran besar sebelum diminum sebagai penghormatan kepada orang-orang terdekat yang sudah wafat. Amalan ini dikaitkan secara khusus dengan para penyanyi [[rap]] [[Afrika-Amerika|Amerika keturunan Afrika]], dan disebut "''tipping to my homies''" (bagi sedikit buat sobat)<ref>{{cite web|url=http://www.40ozmaltliquor.com/tipping.html|title=40ozMaltLiquor.com|access-date=2010-07-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20100307031256/http://www.40ozmaltliquor.com/tipping.html|archive-date=2010-03-07|url-status=dead}}</ref> atau "''pouring one out''" (tuang seteguk).<ref>[http://tvtropes.org/pmwiki/pmwiki.php/Main/LibationForTheDead Libation For The Dead], [[TV Tropes]]</ref> Kebiasaan ini ditampilkan di dalam film-film, misalnya ''[[Boyz n the Hood]]'', dan diungkapkan dalam berbagai lirik lagu, misalnya lagu ''[[Gangsta Lean|Gangsta Lean (This Is For My Homies)]]'' dari grup musik [[DRS (band)|DRS]] (lirik "''I tip my 40 to your memory''") yang dirilis tahun 1993, dan kadang-kadang disertai ungkapan-ungkapan ritual seperti "''one for me, and one for my homies''" (seteguk untukku, seteguk untuk sobatku), demikian pula dengan lagu ''[[Above the Rim|Pour Out a Little Liquor]]'' dari penyanyi [[2Pac]] yang dirilis tahun 1994. Amalan ini diparodikan di dalam film ''[[Austin Powers: The Spy Who Shagged Me]]'' yang dirilis tahun 1999.<ref>{{Cite web|url=https://www.imdb.com/title/tt0145660/characters/nm0000196|title=Austin Powers: The Spy Who Shagged Me (1999) - IMDb|website=[[IMDb]]}}</ref>
== Lihat pula ==
{{Commons category|Libations|Persembahan curahan}}
*[[Jingxiang]]
*[[Persembahan]]
*[[Persembahan (agama Buddha)|Persembahan (agama Budha)]]
*[[Kurban]]
*[[Yadnya]]
==
{{Reflist|30em}}
== Rujukan ==
* {{cite book |last=Eliade |first=Mircea |
* {{cite book |last=
* {{cite book |last=Hoppál |first=Mihály |title=Sámánok Eurázsiában |publisher=Akadémiai Kiadó |location=Budapest |year=2005 |isbn=963-05-8295-3 |language=hu |ref=Hop05}} Judulnya berarti "Para Dukun di Erasia", buku ini juga diterbitkan dalam bahasa Jerman, Estonia, dan Finlandia. [http://www.akkrt.hu/main.php?folderID=906&pn=2&cnt=31&catID=&prodID=17202&pdetails=1 Situs web penerbit beserta uraian sekilas mengenai isi buku (dalam bahasa Hungaria)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100102125239/http://www.akkrt.hu/main.php?folderID=906&pn=2&cnt=31&catID=&prodID=17202&pdetails=1 |date=2010-01-02 }}.
== Pranala luar ==
* [
* [http://www.hellenicgods.org/libation-in-hellenismos---sponde
[[Kategori:
|