Meureubo, Aceh Barat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
 
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Kecamatan
| nama = Meureubo
| peta =
| gambar =
| gambar caption =
| caption provinsi = Aceh
| provinsi dati2 = AcehKabupaten
| nama dati2 = Aceh = KabupatenBarat
| nama dati2camat = Hasmi Zuandi, = Aceh BaratM.Sc
| kode pos = 23615
| nama camat = Hasmi Zuandi, M.Sc
| kodeluas pos = 112,87 = 23615Km²
| penduduk = 30.253 jiwa (2016)<ref name="Kecamatan Meureubo dalam Angka 2017">[https://acehbaratkab.bps.go.id/publication/2017/09/18/d3d8547b996440fd200a24a2/kecamatan-meureubo-dalam-angka-2017.html Kecamatan Meureubo dalam Angka 2017]</ref>
| luas = 112,87 Km²
| kepadatan = 3 jiwa/Km²
| penduduk = 30.253 jiwa (2016)<ref>[https://acehbaratkab.bps.go.id/publication/2017/09/18/d3d8547b996440fd200a24a2/kecamatan-meureubo-dalam-angka-2017.html Kecamatan Meureubo dalam Angka 2017]</ref>
| kelurahan = 26
| kepadatan = 3 jiwa/Km²
| suku bangsa =
| kelurahan = 26
| suku bangsa agama =
| agama website =
}}
'''Meureubo''' adalah kecamatan yang berada di [[Kabupaten Aceh Barat]], [[Aceh|Provinsi Aceh]], Indonesia. Luas kecamatan mencapai 112, 87 Km² yang terdiri dari 2 mukim dan 26 desa/gampong. Persentase terhadap luas kabupaten 3,85%.
 
Ibu kota kecamatan berada di [[Meureubo, Meureubo, Aceh Barat|Meureubo]]. Kecamatan Meureubo berada di antara [[Bukit Barisan]] dan Samudra Hindia dengan ketinggian 8 M dpl yang memiliki jumlah penduduk 30.830 jiwa atau 15% dari total populasi penduduk Kabupaten Aceh Barat .<ref>{{Cite journal|last=Wardah|first=Eva|date=2018-05-02|title=Dampak Keberadaan Lembaga Hukum Adat Laot Dalam Kehidupan Nelayan Aceh Terhadap Tingkat Pendapatan Nelayan (Studi kasus: Pada masyarakat nelayan di Kabupaten Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)|url=http://dx.doi.org/10.29103/agrium.v11i2.616|journal=Jurnal Agrium|volume=11|issue=2|pages=115|doi=10.29103/agrium.v11i2.616|issn=2655-1837}}</ref>
== Gambaran Umum ==
 
<!--Gampong Pasi Pinang Kecamatan Meureubo-->
== Geografi ==
Kecamatan Meureubo terletak di daerah tropis yang memiliki wilayah pesisir dan sebagian lagi wilayah perbukitan yang memiliki tingkat kesuburan yang baik, hal ini terlihat dengan tumbuh suburnya perkebunan Karet, Kelapa, Sawit, dan sektor pertanian lainnya seperti sawah tadah hujan dan jenis pertanian lainnya.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://desrahwahyud.blogspot.com/2017/08/sejarah-keucamatan-meureubo-aceh-barat.html|title=Seputar Meulaboh: Sejarah Keucamatan Meureubo - Aceh Barat|last=Aps|first=Desrah Wahyudi|date=Rabu, 30 Agustus 2017|website=Seputar Meulaboh|access-date=2019-03-21}}</ref>
 
Adapun batas Kecamatan Meureubo adalah:<ref>Kabupaten Aceh Barat dalam Angka 2018</ref>
* Sebelah Utara: [[Pantai Ceureumen, Aceh Barat|Kecamatan Pante Ceureumen]]
* Sebelah Selatan: [[Samudra Hindia|Samudera Indonesia]]
* Sebelah Barat: [[Johan Pahlawan, Aceh Barat|Kecamatan Johan Pahlawan]]
* Sebelah Timur: [[Kabupaten Nagan Raya]]
 
== Sejarah ==
Kecamatan Meureubo terbentuk pada bulan Februari Tahun 1999 yang masih berstatus sebagai kecamatan pembantu Meureubo. Secara sah erbentuknya kecamatan Meureubo pada 15 Juli 2000 yang terbentuk dari proses pemekaran [[Kaway XVI, Aceh Barat|kecamatan Kaway XVI]] yang awalnya terdiri dari 113 gampong dengan cakupan wilayah mulai dari pesisir hingga pegunungan. Kemudian wilayah pesisir dimekarkan menjadi kecamatan Meureubo sedangkan wilayah pegunungan dimekarkan menjadi kecamatan [[Pantai Ceureumen, Aceh Barat|Pante Ceureumen]] dan [[Panton Reu, Aceh Barat|Kecamatan Panton Reu.]] <ref name=":0" />
<!--=== Asal–usul Gampong Pasi Pinang ===
 
Pada awalnya Gampong Pasi Pinang penduduknya hanya empat kepala keluarga yang mendiami Gampong Pasi Pinang, keadaan geografi Gampong Pasi Pinang pada saat itu terdiri dari daratan dan hamparan pasir yang berada di sepanjang sungai Gampong Pasi Pinang, di daratan hampir semua tumbuhan yang ada di tumbuhi oleh pohon pinang.
Sejak sebelum [[Republik Indonesia]] merdeka, wilayah pesisir [[Kaway XVI, Aceh Barat|Kaway XVI]] banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang dari [[Padang]] dan [[Pariaman]] yang pada akhirnya sebagian besar pedagang-pedagang tersebut memilih untuk menetap sambil terus berniaga sehingga lambat laun daerah pesisir ini menjadi ramai sebagai Bandar Perniagaan yang tumbuh pesat di wilayah kemukiman [[Ranto Panyang, Woyla, Aceh Barat|Ranto Panjang]] dan merupakan pusat perniagaan [[Meulaboh|kota Meulaboh]]. Daerah pesisir Kaway XVI terus berkembang pesat dan pembagian wilayah menjadi gampong Meureubo, [[Ujong Drien, Meureubo, Aceh Barat|Ujong Drien]], [[Pasi Pinang, Meureubo, Aceh Barat|Pasi Pinang]], [[Ujong Tanjung, Meureubo, Aceh Barat|Ujong Tanjong]], [[Langung, Meureubo, Aceh Barat|Langung]], dan [[Peunaga Rayeuk, Meureubo, Aceh Barat|Peunaga]]. [[Tata nama|Nomenklatur]] Kecamatan Meureubo dan Ranto Panjang dijadikan wilayah pesisir dan sering dipakai dalam pembagian jadwal pelayanan-pelayanan di Kecamatan Kaway XVI yang merupakan sebab lahirnya Kecamatan Meureubo. Penetapan Meureubo sebagai nama kecamatan dikarenakan pada mulanya pusat kantor kecamatan berdiri di Gampong Meureubo.<ref name=":0" />
 
Penamaan Meureubo memiliki sejarah tersendiri yang masih berkaitan dengan Minang. Nama Meureubo berasal ketika keturunan orang-orang Aceh yang ditugaskan oleh kesultanan Aceh ke daerah Minang kembali ke Aceh dan singgah di tempat yang sekarang bernama Meureubo, dan disebut oleh orang Minang 'Marabou' (merupakan bahasa Minang yang berarti meraba) yang bermaksud mereka meraba-raba dalam rangka mencari saudara yang tinggal di Aceh. Namun juga ada pendapat yang mengatakan bahwa nama 'Meureubo' berasal karena wilayah tersebut banyak ditumbuhi batang Rabo.<ref name=":0" />
 
Meureubo merupakan kecamatan yang unik di [[Kabupaten Aceh Barat]] karena sebagian besar penduduknya menggunakan [[Bahasa Jamee|bahasa jamu]] atau [[Aneuk Jamee|aneuk jamee]] yang pada kenyataannya adalah penduduk suku Aceh asli yang pulang merantau dari Minang. Pada tahun 1630, Sultan Iskandar Muda sangat giat dalam menaklukan wilayah Sumatera termasuk di tanah Minang, maka dari itu beliau menempatkan seorang Gubernur Militer yang bernama Teuku Laksamana Muda Nanta, Panglima Perang Aceh di Andalas Barat. Setelah Abad XVIII terjadinya revolusi Paderi karena adanya konflik dengan tokoh Minang sehingga membuat keturunan Teuku Laksamana merasa tidak nyaman dan mereka memutuskan untuk pulang kembali ke Aceh dengan Machdum Sakti (garis keturunan Teuku Umar) sebagai pemimpin rombongan. Pada akhirnya rombongan ini mendarat di Rantau Nan Dua Baleh pada masa Sulthan Jamalui dan mereka menetap dengan menebas hutan untuk membuat negeri. Oleh karena itu, Bahasa Aneuk Jamee dan Bahasa Aceh merupakan pengantar sehari-hari yang secara turun temurun telah menyatu dalam satu budaya dan tidak dapat dipisahkan.<ref name=":0" />
 
== Sosial dan ekonomi ==
Pohon pinang pada saat tersebut dimafaatkan sebagai bahan bangunan untuk membuat rumah. dan buahnya dikomsumsi dengan daun sirih oleh penduduk saat itu. Banyak dari nelayan – nelayan lain yang mata pencahariannya nelayanan singgah kewilayah ini untuk mengambil daun-daun pohon pinang yang dijadikan bahan untuk menangkap ikan. Perahu – perahu mereka diletakkan didaerah sungai yang berpasir ketika mengambil daun-daun pinang, dari nelayan tersebut sering mengucapkan “kita berhenti di pasir untuk  ambil daun pinang”. Karena sering mendengar hal tersebut, maka sekitar tahun 1911 keempat tokoh masyarakat yang berada di wilayah ini yaitu : ''Muhammad Hanafiah'', ''Tgk. M.Sabi Bin Boeng'', ''Tgk.Abdul Rafar'', ''Tgk. M.Yasin Bin Tgk. Abdul Rafar'' sepakat menjadikan kata–kata nelayan yang sering berhenti menjadi sebuah nama Gampong yaitu "Gampong Pasi Pinang" yang terdiri dari dua unsur yaitu tanah hamparan pasir dan Tumbuhan Pohon Pinang. keempat tokoh tersebut berharap dikemudian hari kedua unsur yang menjadi nama gampong bisa bermanfaat bagi generasi mereka dan seluruh masyarakat gampong pasi pinang kelak.
Sebagian besar masyarakat di Kecamatan Meureubo bermata pencaharian sebagai petani dan sebagian yang lain berprofesi sebagai nelayan, pedagang, dan pegawai negeri sipil. Rutinitas pencaharian sektor pertanian meliputi kegiatan persawahan (menanam padi), dan sektor perkebunan meliputi kegiatan sebagai petani karet, sawit, dan kelapa. Disamping itu, sebagian masyarakat yang tinggal di pesisir melaksanakan rutinitas sebagai nelayan. Saat ini, kecamatan Meureubo sudah memiliki Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta serta perusahaan-perusahaan. Dengan adanya pusat pendidikan dan jasa, maka hal ini dapat menjadi potensi bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan perekonomian seperti mendirikan tempat makan dan peluang ekonomi lainnya.<ref>{{Cite book|title=Partisipasi Perempuan Nelayan dalam Konservasi Wilayah Pesisir di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat|url=http://worldcat.org/oclc/921591845|publisher=Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala|date=2012-06-01|oclc=921591845|first=Universitas Syiah Kuala Fithria, Dewi Indra, Indra Alibasyah, M.|last=Rusli}}</ref>
 
Ditinjau dari sosial budaya, masyarakat kecamatan Meureubo sekitar 99% menganut agama Islam dan sepenuhnya mendukung pelaksanaan Syariat Islam sebagai salah satu keistimewaan Provinsi Aceh. Pada umumnya, masyarakat kecamatan Meureubo mengkonsumsi beras, sagu, pisang, dan singkong. Seni budaya yang khas antara lain adalah pencak silat, Rapai Saman, dan Seudati serta Tarian Ranup Lampuan yang biasanya ditarikan untuk menyambut tamu.
Sejak tahun 1911 sampai tahun 1930 pertumbuhan masyarakat belum begitu meningkat, baru sekitar tahun 1935 masyarakat mulai menunjukan pertambahan penduduk dengan kedatangan penduduk desa lain ke gampong pasi pinang serta membangun rumah- rumah. Pada saat itu masyarakat pasi pinang pada umumnya masih bermata pencaharian sebagai nelayan dan bertani.
 
== Pendidikan ==
Sekitar tahun 1980, penduduk pasi pinang mulai mencoba untuk memanfaatkan pasir dan daun pohon pinang sebagai usaha tambahan rumah tangga dan sebagian penduduk usaha tambang pasir menjadi mata pencarian masyarakat, tetapi ketika terjadinya banjir besar pohon – pohon pinang yang ada di pasi pinang habis di bawah banjir besar pada saat tersebut. Maka tinggal usaha pasir yang sampai saat ini menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat gampong pasi pinang, selain itu juga usaha tambang pasir menjadi pendapatan bagi gampong pasi pinang sampai saat sekarang ini.-->
Jumlah sekolah negeri dan swasta menurut jenjang pendidikan dalam kecamatan Meureubo tahun 2016 adalah sebagai berikut:
* 20 Taman Kanak-Kanak (TK/RA)
* 22 Sekolah Dasar (SD/MI)
* 9 Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs)
* 5 Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA/MA)
* 2 Akademi/Perguruan Tinggi.<ref name="Kecamatan Meureubo dalam Angka 2017">[https://acehbaratkab.bps.go.id/publication/2017/09/18/d3d8547b996440fd200a24a2/kecamatan-meureubo-dalam-angka-2017.html Kecamatan Meureubo dalam Angka 2017]</ref>
 
== Daftar Desa/Kelurahan per Mukim ==
Baris 66 ⟶ 88:
== Referensi ==
{{reflist}}
* {{id}} [http://sirusa.bps.go.id/doc/MFD.pdf Master Wilayah Skema 456 Kabupaten/Kota (Keadaan Desember 2014)]
* {{id}} [https://id-id.facebook.com/people/Ali-Akbar/100006529062137 Aceh Barat]
 
== Pranala Luarluar ==
* {{id}} [https://acehbaratkab.bps.go.id/publication BPS Kabupaten Aceh Barat]
* {{id}} [http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ Prodeskel Binapemdes Kemendagri] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220401173302/http://www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.go.id/mpublik/ |date=2022-04-01 }}
* {{id}} [http://www.acehbaratkab.go.id/ Situs Resmi Kabupaten Aceh Barat]
{{Meureubo, Aceh Barat}}
{{Kabupaten Aceh Barat}}
{{Authority control}}
{{Aceh}}
{{kecamatan-stub}}