Dursasana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
M. Adiputra (bicara | kontrib) k Pengembalian suntingan oleh Liona Fernandes (bicara) ke revisi terakhir oleh 103.210.202.132 Tag: Pengembalian |
||
(13 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 19:
Tokoh ini mendapat peran signifikan dalam ''[[Sabhaparwa]]'' (kitab kedua ''Mahabharata''), yang mengisahkan permainan dadu antara lima [[Pandawa]] melawan seratus [[Korawa]]. [[Dropadi]], istri para Pandawa menjadi budak para Korawa setelah dipertaruhkan dalam permainan tersebut. Merasa sebagai pemilik budak, Dursasana berusaha melucuti pakaian Dropadi secara paksa, tetapi tidak berhasil berkat pertolongan [[Kresna]]. Peristiwa itu memperkeruh permusuhannya dengan [[Bhima|Bima]]. Pada akhirnya, ia dibunuh oleh Bima dalam [[perang di Kurukshetra]] pada hari ke-16.
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Dursasana memiliki seorang istri bernama Dewi
Nama ''Duhsasana'' terdiri dari dua kata [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], yaitu ''duh'' dan ''śāsana''. Secara [[harfiah]], kata ''Dusśāsana'' memiliki arti "sulit untuk dikuasai" atau "sulit untuk diatasi".
Baris 43:
== Kematian ==
[[Berkas:Bhima drinks blood.jpg
Puncak permusuhan [[Pandawa]] dan [[Korawa]] meletus dalam sebuah [[perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]]. Pada hari keenam belas, Dursasana bertarung melawan [[Bimasena]]. Dalam perkelahian tersebut Bimasena berhasil menarik lengan Dursasana sampai putus, kemudian merobek dada dan meminum darah sepupunya itu. Bimasena kemudian menyisakan segenggam darah Dursasana untuk diusapkannya ke rambut [[Dropadi]] yang menunggu di tenda.
== Versi pewayangan Jawa ==
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Dursasana memiliki tempat tinggal bernama Kasatriyan Banjarjumput. Istrinya bernama Dewi
Kisah kematian Dursasana dalam pewayangan lebih didramatisir lagi. Dikisahkan setelah kematian putra [[Duryudana]] yang bernama [[Laksmanakumara|Lesmana Mandrakumara]] pada hari ketiga belas, Dursasana diangkat sebagai [[putra mahkota]] yang baru. Namun, Duryudana melarangnya ikut perang dan menyuruhnya pulang ke [[Hastinapura|Hastina]] dengan alasan menjaga Dewi [[Banowati]], kakak iparnya. Banowati merasa risih atas kedatangan Dursasana. Ia menghina adik iparnya itu sebagai seorang pengecut yang takut mati. Sebagai balasannya, Dursasana membongkar perselingkuhan Banowati dengan [[Arjuna]]. Ia menuduh Banowati sebagai mata-mata [[Pandawa]]. Sebagai pembenaran, ia menuding bahwa Banowati lebih menyesali kematian [[Abimanyu]] putra Arjuna daripada kematian [[Laksmanakumara|Lesmana]], anaknya sendiri.
Baris 60:
Setelah Korawa tertumpas habis, Kerajaan Hastina pun jatuh ke tangan para Pandawa. Bima menempati istana Dursasana, yaitu Banjarjunut sebagai tempat tinggalnya.
=== Versi pewayangan ''
[[Berkas:
Cerita penuh ini bisa disimak dalam lakon wayang kulit "Gathutkaca Gugur" atau "Dursasana Jambak" atau juga "Karna Tandhing". Dalam versi ''
Pertarungan antara Bhima melawan Dursasana berlangsung sengit, dan para pengawal dari kedua belah pihak yang melihatnya tidak berani mencegahnya dan hanya bisa menyaksikan saja. Pertarungan ini diwarnai dengan saling ejek-ejekan, membakar emosi keduanya, sampai pada akhirnya Dursasana kelelahan dan berniat lari dari pertarungan. Ia berhasil dicegat oleh Bima. Setelah babak belur, [[Duryudana]] dan para [[Kurawa]] yang lain datang menemui Bima. Duryudana memohon agar adiknya tersebut tidak disiksa terus-menerus, sambil berjanji bahwa apabila Dursasana diampuni, maka [[Kerajaan Hastina]] dan [[Kerajaan Amarta]] akan diberikan secara sukarela. Mendengar tawaran Duryudana, Bima menghentikan siksaannya terhadap Dursasana. Setelah mengingat bahwa Dursasana pernah menjambak rambut Dewi [[Drupadi]], Bima pun menjambak rambut Dursasana kembali.
|