Hasan Mustapa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
berkas |
||
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 7:
|native_name = Hasan Mustapa
|native_name_lang =
|image =
|image_size = 280px
|alt =
|caption = Haji Hasan Mustapa
|birth_name =
|birth_date =
|birth_place =
|disappeared_date =
|disappeared_place =
|disappeared_status =
|death_date =
|death_place =
|death_cause =
|body_discovered =
Baris 115:
|format =
|doi =
|accessdate =29 September 2015
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>]]
Ayahnya, [[Mas Sastramanggala]], setelah naik haji disebut [[Haji Usman]], merupakan Camat perkebunan. Meskipun Haji Usman sendiri waktu kecil bersekolah, tetapi Hasan Mustapa tidak disekolahkannya, melainkan disuruh belajar langsung di berbagai pesantren. Pada umur 7 tahun, ia dibawa ayahnya naik haji ke [[Mekkah]], dan sekembalinya disuruh kembali belajar di beberapa pesantren. Pada usia kira-kira 17 tahun dikirim ke [[Mekkah]] untuk memperdalam ilmu agama dan bermukim di sana sekitar 10 tahun. Setelah kembali ia pun masih dituntut belajar lagi kepada beberapa kiai.
Guru-gurunya di tanah air, antara lain [[Kiai Haji Hasan Basri]] ([[Kiara Koneng]], [[Garut]]), [[Kiai Haji Yahya]] (Garut), [[Kiai Abdul Hasan]] ([[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]], [[Sumedang]]), [[Kiai Muhamad]] ([[Cibunut]], [[Garut]]), [[Muhamad Ijra'i]] (murid [[Kiai Abdulkadir]], [[Dasarema]], [[Surabaya]]) dan [[Kholil al-Bangkalani|Kiai Khalil]] ([[Bangkalan]], [[Madura]]). Setelah menikah dan beranak satu, sekitar [[1880]], ia berangkat lagi dengan anak istrinya ke Mekkah untuk belajar lebih jauh. Guru-gurunya di Mekah antara lain [[Syekh Muhamad]], [[Syekh Abdulhamid Dagastani]] atau Sarawani, [[Syekh Ali Rahbani]], [[Syekh Umar Syami]], [[Syekh Mustafa al-Afifi]], [[Sayid Abubakar al-Sathahasbulah]], [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi Al-Bantani]], [[Abdullah Al-Zawawi]], dan lain lain. Pada waktu itu, Hasan Mustapa sendiri sudah mengajar di [[Masjidil Haram]].
Menurut Dr. [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang berkenalan dengannya di Mekkah, Hasan Mustapa diikuti oleh beberapa lusin murid setiap kali ia mengajar. Menurut [[Abubakar Djajadiningrat]] yang memberikan bahan-bahan sumber kepada Hurgronje, dalam naskah yang bertitimangsa [[17 Desember]] [[1887]], Hasan Mustapa mempunyai murid di Masjidil Haram lebih kurang 30 orang, berilmu luas dan telah menerbitkan buku dalam [[bahasa Arab]].
Baris 124 ⟶ 125:
Pada sekitar [[1885]] di [[Kabupaten Garut|Garut]] timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji [[Muhamad Musa]] mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di [[Sindangbarang]], Garut.
[[Berkas:Brieven van Haji Hasan Mustapa (1852-1930) aan Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936) Or. 8952 A 737.pdf|thumb|page=10|Hasan Mustapa, surat (1915)]]
Tahun [[1889]] ia diajak oleh Hurgronje yang ketika itu berada di Jawa (karena tidak diizinkan oleh pemerintah menyelundup ke [[Aceh]]), untuk berkeliling di Jawa menemui para kiai terkenal sambil menyelidiki kehidupan [[agama]] [[Islam]] dan [[folklor]]. Catatan Hurgronje tentang perjalanannya selama kira-kira dua tahun itu, yang tebalnya 1337 halaman, diikhtisarkan oleh Dr. Ph. [[van Ronkel]] kemudian dalam ''Aanteekeningen over Islam en folklore in west-en Midden Java'' (Bijdragen KITLV No.101, 1942).
Baris 130 ⟶ 132:
Selain itu Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu ''Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir'' (Buku Rahasia sebetulnya Aceh dan Fidi) yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan [[Universitas Leiden]]. Tahun [[1895]], Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung sampai pensiun ([[1918]]). Selama menjadi penghulu besar di Bandung sampai setelah pensiun ia banyak menulis karangan dalam bahasa Sunda dan juga dalam bahasa Jawa, baik berupa prosa maupun puisi. Tapi kecuali bukunya tentang adat Sunda dan kemudian beberapa buku kecil yang disunting oleh [[Wangsaatmadja]] (yang antara [[1923]]-[[1930]] menjadi sekretarisnya), kebanyakan karyanya tidak pernah diterbitkan sebagai buku. Saluran yang dipakainya untuk menyebarkannya adalah saluran naskah Islam tradisional, yaitu dengan melalui saling salin. Sekretarisnya di Kantor Kepenghuluan Wangsadireja membuat salinan karangan-karangannya itu untuk dikirimkan kepada Hurgronje di Leiden dan sampai sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Sekitar tahun [[1900]] ia menulis lebih dari 10.000 bait ''[[Dangding]]'' yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah ''[[Suluk]]'', terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Metafora yang sering yang sering digunakannya untuk menggambarkan hubungan itu ialah seperti rebung dengan bambu, seperti pohon aren dengan ''caruluk'' (bahan aren), yang menyebabkan sebagian ulama menuduhnya pengikut mazhab ''[[Wihdatul Wujud
== Pranala luar ==
Baris 146 ⟶ 148:
|format =
|doi =
|accessdate =29 September 2015
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.sundanet.com/artikel.php?id=195 SundaNet] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050219185303/http://sundanet.com/artikel.php?id=195 |date=2005-02-19 }}
== Karya tulis ==
Baris 164 ⟶ 167:
* Rohmana, J. A. (2014). Pembacaan Dangding Haji Hasan Mustapa terhadap Sastra Sufistik Sunda di Era Budaya Popular. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 8(1), 121-141.
* Sajaroh, W. S. (2013). Martabat Tujuh Hasan Mustopa.
* Hidayat, A. M. (2014).
* Fahmi, R., & Aswirna, P. (2014). The Paradox of Islam And Culture (Tradition And Belief Abot Gender Perspective In West Sumatra). AL-TURATS, 20(2).
* Kathirithamby-Wells, J. Indonesia Circle Number 41, November 1986 ISSN 0306 2848.
Baris 173 ⟶ 176:
* Affendi, Y. (2000). Seni Kriya Batik Dalam Tradisi Baru Menghadapi Arus Budaya Global. Jurnal Seni dan Desain “Wacana Seni Rupa” STISI, 1.
* Watson, C. W. (2014). THE WONDER OF IT ALL: Yus R. Ismail's Sundanese story,‘Imah kontrakan’(The rented house). Indonesia and the Malay World, 42(124), 358-379.
* Safei, A. A., & Semesta, K. S. K. (2010, November). Menatap Wajah Islam dari Jendela Sunda. In makalah Annual Conference on Islamic Studies (ACIS ke 10) di Banjarmasin (pp.
* GOZALI-NIM, I. M. A. M. (2011). HAJI HASAN MUSTAPA GARUT DAN PEMIKIRANNYA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
* Nursyamsiah, N. A. (2012). AJÉN AGAMA GUGURITAN HAJI HASAN MUSTAPAULIKAN STRUKTURAL JEUNG HERMENEUTIK KANA GUGURITAN KINANTI KULU-KULU (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
|