Hasan Mustapa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Vysotsky (bicara | kontrib)
berkas
 
(37 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{about|Tokoh pujangga Sunda|Tokoh agama dari Bogor|Hasan Mustofa}}
'''Hasan Mustapa''' ([[Cikajang, Garut]], [[1852]] - [[Kota Bandung|Bandung]], [[1930]]). Penghulu besar, [[ulama]], pujangga Sunda yang terbesar. Ayahnya, [[Mas Sastramanggala]], setelah naik haji disebut [[Haji Usman]], camat perkebunan. Meskipun Haji Usman sendiri waktu kecil bersekolah, tetapi Hasan Mustapa tidak disekolahkannya, melainkan disuruh belajar di berbagai pesantren. Pada umur 7 tahun, ia dibawa ayahnya naik haji ke [[Mekkah]], dan sekembalinya disuruh belajar di beberapa pesantren. Pada usia kira-kira 17 tahun dikirim ke [[Mekkah]] untuk memperdalam ilmu agama dan bermukim di sana l.k. 10 tahun. Setelah kembali ia masih disuruh belajar lagi kepada beberapa kiai.
 
{{Infobox person
Guru-gurunya di tanah air, antara lain Kiai Haji Hasan Basri (Kiara Koneng, Garut), Kiai Haji Yahya (Garut), Kiai Abdul Hasan (Tanjungsari, Sumedang), Kiai Muhamad (Cibunut, Garut), Muhamad Ijra'i (murid Kiai Abdulkadir, Dasarema, Surabaya) dan Kiai Khalil (Bangkalan, Madura). Setelah menikah dan beranak satu, sekitar [[1880]], ia berangkat lagi dengan anak istrinya ke Mekkah untuk belajar lebih jauh. Guru-gurunya di Mekah antara lain Syekh Muhamad, Syekh Abdulhamid Dagastani atau Sarawani, Syekh Ali Rahbani, Syekh Umar Syami, Syekh Mustafa al-Afifi, Sayid Abubakar al-Sathahasbulah, Syekh Nawawi Al-Bantani, Abdullah Al-Zawawi, dan lain lain. Pada waktu itu, Hasan Mustapa sendiri sudah mengajar di Masjidil Haram.
|honorific_prefix = Haji
|name = Hasan Mustapa
|honorific_suffix =
|native_name = Hasan Mustapa
|native_name_lang =
|image = Hasan Mustapa (crop from KITLV 29033).tif
|image_size = 280px
|alt =
|caption = Haji Hasan Mustapa (ca.1915)
|birth_name =
|birth_date =
|birth_place = [[Cikajang]], [[Garut]], 5 Juni [[1852]].
|disappeared_date =
|disappeared_place =
|disappeared_status =
|death_date =
|death_place = [[Bandung|Bandoeng]], [[1930]].
|death_cause =
|body_discovered =
|resting_place =
|resting_place_coordinates =
|monuments =
|residence =
|nationality =
|other_names =
|ethnicity = Sunda
|citizenship =
|education =* Pesantren, pada usia 7-17 tahun di [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]], antara [[1859]]-[[1869]].
* Pesantren, pada usia sekitar 17-30 tahun, di Mekkah, antara [[1872]]-[[1882]].
|alma_mater =
|occupation =* Penghulu Besar Aceh, [[1893]]-[[1895]].
* Penghulu Besar Bandung, [[1895]]-[[1918]].
|years_active =
|employer =
|organization =* Pendiri Pesantren Sindangbarang, Garut.
|agent =
|known_for = Ulama, [[:Kategori:Sastrawan Sunda|Sastrawan Sunda]]
|notable_works =* ''Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta'', Batavia, [[1913]].
* ''Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir (Buku Rahasia sebetulnya Aceh dan Fidi)''.
* ''Injazu'l-Wa'd,fi ithfa-I- r-Ra'd (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar)''.
* Menulis 10.000 bait ''Dangding'', [[1900]].
|style = Sastra Islam, Sastra Sunda, Kultural.
|influenced =
|influences =* Kiai Haji Hasan Basri (Kiara Koneng, Garut).
* Kiai Haji Yahya (Garut).
* Kiai Abdul Hasan (Tanjungsari, Sumedang).
* Kiai Muhamad (Cibunut, Garut).
* Muhamad Ijra'i (murid Kiai Abdulkadir, Dasarema, Surabaya).
* Kiai Khalil (Bangkalan, Madura).
* Syekh Muhamad.
* Syekh Abdulhamid Dagastani atau Sarawani.
* Syekh Ali Rahbani.
* Syekh Umar Syami.
* Syekh Mustafa al-Afifi.
* Sayid Abubakar al-Sathahasbulah.
* Syekh Nawawi Al-Bantani.
* Abdullah Al-Zawawi.
|home_town =
|salary =
|net_worth =
|height = <!-- {{height|m=}} -->
|weight = <!-- {{convert|weight in kg|kg|lb}} -->
|television =
|title =
|term =
|predecessor =
|successor =
|party =
|movement =
|opponents =
|boards =
|religion = [[Islam]]
|denomination = <!-- Penulisan denominasi harus didukung bukti catatan kaki dari sumber yang reliabel -->
|criminal_charge = <!-- Penulisan kriminalitas harus didukung bukti catatan kaki dari sumber yang reliabel -->
|criminal_penalty =
|criminal_status =
|spouse =
|partner =
|children =
|parents =Mas Sastramanggala alias Haji Usman
|relatives = * Tumenggung Wiratanubaya
* Nyi Mas Salpah
|callsign =
|awards =
|signature =
|signature_alt =
|signature_size =
|module =
|module2 =
|module3 =
|module4 =
|module5 =
|module6 =
|twitter =
|website = <!-- {{URL|www.example.com}} -->
|footnotes =
|box_width =
}}
'''Hasan Mustapa''' ([[Cikajang]], [[Garut]], 5 Juni [[1852]] - [[Kota Bandung|Bandung]], [[1930]]) adalah Penghulu Besar, [[ulama]], dan dianggap salah satu Pujangga Sunda terbesar di [[Jawa Barat|Tatar Pasundan]].
 
== Sejarah ==
Menurut Dr. [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang berkenalan dengannya di Mekkah, Hasan Mustapa diikuti oleh beberapa lusin murid setiap kali ia mengajar. Menurut [[Abubakar Djajadiningrat]] yang memberikan bahan-bahan sumber kepada Snouck Hurgronje, dalam naskah yang bertitimangsa (bertanggal) [[17 Desember]] [[1887]], Hasan Mustapa mempunyai murid di Masjidil Haram lebih kurang 30 orang, berilmu luas dan telah menerbitkan buku dalam [[bahasa Arab]]. Pada sekitar [[1885]] di [[Kabupaten Garut|Garut]] timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji [[Muhamad Musa]] mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di [[Sindangbarang]], Garut.
[[Berkas:Bale Bandoeng (foto dokumen Santi Jehan Nanda).jpg|jmpl|kiri|280px|Sampai saat ini para peneliti atau pemerhati tokoh Sunda masih kesulitan untuk menelusuri karya-karya Haji Hasan Mustapa. Menurut tim penyusun buku ''Biografi dan karya Pujangga Haji Hasan Mustapa'', Pada tahun [[1960]] untuk memenuhi permintaan Prof Dr. [[Husein Djajadiningrat]] – yang menjabat pimpinan di [[Museum Pusat Jakarta]], [[M. Wangsaatmadja]] ([[Cicadas|Tjitjadas - Bandoeng]]) mengetik ulang karya-karya Haji Hasan Mustapa. Hasil ketik ulangnya itu dibukukan dalam 18 jilid naskah yang semuanya diberi judul ''Aji Wiwitan'' dengan subjudul yang berlainan untuk setiap jilid. Usaha Wangsaatmadja itu hampir menjadi sia-sia ketika dua rangkap hasil ketik ulangnya hilang dalam perjalanan pengiriman ke museum. Untungnya masih ada 17 naskah, alas dari ketikan ulang yang masih bisa ditelusuri oleh tim penulis. Dari 17 naskah tersebut, ada 10 yang sempat dicetak menjadi buku. Salah satunya buku “Bale Bandoeng” yang diterbitkan tahun 1924 oleh Toko Boekoe M.I. Prawira-Winata Bandoeng ini. Naskah lainnya yang tersisa berupa salinan atau fotocopy bahkan sebagian besar hanya bisa ditemukan di Leiden sana.<ref>{{cite web
|last =Nanda
|first =Santi Jehan
|authorlink =
|coauthors =
|title =Bale Bandoeng
|work =
|publisher =
|date =10 Desember 2013
|url =https://santijehannanda.wordpress.com/tag/hasan-mustapa/
|format =
|doi =
|accessdate =29 September 2015
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>]]
Ayahnya, [[Mas Sastramanggala]], setelah naik haji disebut [[Haji Usman]], merupakan Camat perkebunan. Meskipun Haji Usman sendiri waktu kecil bersekolah, tetapi Hasan Mustapa tidak disekolahkannya, melainkan disuruh belajar langsung di berbagai pesantren. Pada umur 7 tahun, ia dibawa ayahnya naik haji ke [[Mekkah]], dan sekembalinya disuruh kembali belajar di beberapa pesantren. Pada usia kira-kira 17 tahun dikirim ke [[Mekkah]] untuk memperdalam ilmu agama dan bermukim di sana sekitar 10 tahun. Setelah kembali ia pun masih dituntut belajar lagi kepada beberapa kiai.
 
Guru-gurunya di tanah air, antara lain [[Kiai Haji Hasan Basri]] ([[Kiara Koneng]], [[Garut]]), [[Kiai Haji Yahya]] (Garut), [[Kiai Abdul Hasan]] ([[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]], [[Sumedang]]), [[Kiai Muhamad]] ([[Cibunut]], [[Garut]]), [[Muhamad Ijra'i]] (murid [[Kiai Abdulkadir]], [[Dasarema]], [[Surabaya]]) dan [[Kholil al-Bangkalani|Kiai Khalil]] ([[Bangkalan]], [[Madura]]). Setelah menikah dan beranak satu, sekitar [[1880]], ia berangkat lagi dengan anak istrinya ke Mekkah untuk belajar lebih jauh. Guru-gurunya di Mekah antara lain [[Syekh Muhamad]], [[Syekh Abdulhamid Dagastani]] atau Sarawani, [[Syekh Ali Rahbani]], [[Syekh Umar Syami]], [[Syekh Mustafa al-Afifi]], [[Sayid Abubakar al-Sathahasbulah]], [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi Al-Bantani]], [[Abdullah Al-Zawawi]], dan lain lain. Pada waktu itu, Hasan Mustapa sendiri sudah mengajar di [[Masjidil Haram]].
Tahun [[1889]] ia diajak oleh Dr. Snouck Hurgronje yang ketika itu berada di Jawa (karena tidak diizinkan oleh pemerintah menyelundup ke [[Aceh]]), untuk berkeliling di Jawa menemui para kiai terkenal sambil menyelidiki kehidupan [[agama]] [[Islam]] dan folklor. Catatan Dr. Snouck Hurgronje tentang perjalanannya selama kira-kira dua tahun itu, yang tebalnya 1337 halaman, diikhtisarkan oleh Dr. Ph. [[van Ronkel]] kemudian dalam "''Aanteekeningen over Islam en folklore in west-en Midden Java''" (Bijdragen KITLV No.101, 1942).
 
Menurut Dr. [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang berkenalan dengannya di Mekkah, Hasan Mustapa diikuti oleh beberapa lusin murid setiap kali ia mengajar. Menurut [[Abubakar Djajadiningrat]] yang memberikan bahan-bahan sumber kepada Hurgronje, dalam naskah yang bertitimangsa [[17 Desember]] [[1887]], Hasan Mustapa mempunyai murid di Masjidil Haram lebih kurang 30 orang, berilmu luas dan telah menerbitkan buku dalam [[bahasa Arab]].
Hasan Mustapa dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat [[Sunda]], sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu (Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta [Bab adat-adat orang proangan dan Sunda selain dari itu], [[Batavia]], [[1913]]). Tahun [[1893]], ada lowongan jabatan [[penghulu besar]] di Aceh, Dr. Snouck membujuk Hasan Mustapa agar bersedia mengisi lowongan itu. Hasan Mustapa menerimanya dengan berbagai syarat di antaranya agar ia dipindahkan langsung ke Priangan segera setelah ada lowongan. Selama lebih kurang dua setengah tahun menjadi Penghulu Besar Aceh, Hasan Mustapa memberikan laporan-laporan itu, sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Kerajaan di [[Leiden]], [[Belanda]]. Belum diselidiki seberapa jauh laporan itu dimanfaatkan oleh Snouck dalam penulisan bukunya tentang Aceh (De Atjehers, dua jilid, Jakarta, 1892-1894).
 
Pada sekitar [[1885]] di [[Kabupaten Garut|Garut]] timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji [[Muhamad Musa]] mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di [[Sindangbarang]], Garut.
Selain itu Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu ''Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir'' (Buku Rahasia sebetulnya Aceh dan Fidi) yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan [[Universitas Leiden]]. Tahun [[1895]], Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung sampai pensiun ([[1916]]). Selama menjadi penghulu besar di Bandung sampai setelah pensiun ia banyak menulis karangan dalam bahasa Sunda dan juga dalam bahasa Jawa, baik berupa prosa maupun puisi. Tapi kecuali bukunya tentang adat Sunda dan kemudian beberapa buku kecil yang disunting oleh [[Wangsaatmadja]] (yang antara [[1923]]-[[1930]] menjadi sekretarisnya), kebanyakan karyanya tidak pernah diterbitkan sebagai buku. Saluran yang dipakainya untuk menyebarkannya adalah saluran naskah Islam tradisional, yaitu dengan melalui saling salin. Sekretarisnya di Kantor Kepenghuluan Wangsadireja membuat salinan karangan-karangannya itu untuk dikirimkan kepada Dr. Snouck Hurgronje di Leiden dan sampai sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
 
[[Berkas:Brieven van Haji Hasan Mustapa (1852-1930) aan Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936) Or. 8952 A 737.pdf|thumb|page=10|Hasan Mustapa, surat (1915)]]
Sekitar tahun [[1900]] ia menulis lebih dari 10.000 bait ''[[Dangding]]'' yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah ''[[Suluk]]'', terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Metafora yang sering yang sering digunakannya untuk menggambarkan hubungan itu ialah seperti rebung dengan bambu, seperti pohon aren dengan caruluk (bahan aren), yang menyebabkan sebagian ulama menuduhnya pengikut mazhab [[Wihdatul Wujud]]. Terhadap tuduhan itu, ia sempat membuat bantahan ''Injazu'l-Wa'd,fi ithfa-I- r-Ra'd'' (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar) dalam bahasa Arab yang salah satu salinan naskahnya masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Tahun [[1889]] ia diajak oleh Hurgronje yang ketika itu berada di Jawa (karena tidak diizinkan oleh pemerintah menyelundup ke [[Aceh]]), untuk berkeliling di Jawa menemui para kiai terkenal sambil menyelidiki kehidupan [[agama]] [[Islam]] dan [[folklor]]. Catatan Hurgronje tentang perjalanannya selama kira-kira dua tahun itu, yang tebalnya 1337 halaman, diikhtisarkan oleh Dr. Ph. [[van Ronkel]] kemudian dalam ''Aanteekeningen over Islam en folklore in west-en Midden Java'' (Bijdragen KITLV No.101, 1942).
 
Hasan Mustapa dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat [[Sunda]], sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu yang menghasilkan ''Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta'' (Bab adat-adat orang proangan dan Sunda selain dari itu), [[Batavia]], [[1913]]. Tahun [[1893]], ada lowongan jabatan [[penghulu besar]] di Aceh, Hurgronje membujuk Hasan Mustapa agar bersedia mengisi lowongan itu. Hasan Mustapa menerimanya dengan berbagai syarat diantaranya agar ia dipindahkan langsung ke [[Priangan]] segera setelah ada lowongan. Selama lebih kurang dua setengah tahun menjadi Penghulu Besar Aceh, Hasan Mustapa memberikan laporan-laporan itu, sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Kerajaan di [[Leiden]], [[Belanda]]. Belum diselidiki seberapa jauh laporan itu dimanfaatkan oleh Hurgronje dalam penulisan bukunya tentang Aceh (''De Atjehers,'' dua jilid, Jakarta, 1892-1894).
 
Selain itu Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu ''Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir'' (Buku Rahasia sebetulnya Aceh dan Fidi) yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan [[Universitas Leiden]]. Tahun [[1895]], Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung sampai pensiun ([[1918]]). Selama menjadi penghulu besar di Bandung sampai setelah pensiun ia banyak menulis karangan dalam bahasa Sunda dan juga dalam bahasa Jawa, baik berupa prosa maupun puisi. Tapi kecuali bukunya tentang adat Sunda dan kemudian beberapa buku kecil yang disunting oleh [[Wangsaatmadja]] (yang antara [[1923]]-[[1930]] menjadi sekretarisnya), kebanyakan karyanya tidak pernah diterbitkan sebagai buku. Saluran yang dipakainya untuk menyebarkannya adalah saluran naskah Islam tradisional, yaitu dengan melalui saling salin. Sekretarisnya di Kantor Kepenghuluan Wangsadireja membuat salinan karangan-karangannya itu untuk dikirimkan kepada Hurgronje di Leiden dan sampai sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
 
Sekitar tahun [[1900]] ia menulis lebih dari 10.000 bait ''[[Dangding]]'' yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah ''[[Suluk]]'', terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Metafora yang sering yang sering digunakannya untuk menggambarkan hubungan itu ialah seperti rebung dengan bambu, seperti pohon aren dengan ''caruluk'' (bahan aren), yang menyebabkan sebagian ulama menuduhnya pengikut mazhab ''[[Wihdatul Wujud]]''. Terhadap tuduhan itu, ia sempat membuat bantahan ''Injazu'l-Wa'd,fi ithfa-I- r-Ra'd'' (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar) dalam bahasa Arab yang salah satu salinan naskahnya masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
 
== Pranala luar ==
* [http://www.sundanet.com/artikel.php?id=195 SundaNet]
 
* {{cite web
{{lifetime|1852|1930|Mustapa, Hasan}}
|last =Nanda
|first =Santi Jehan
|authorlink =
|coauthors =
|title =Bale Bandoeng
|work =
|publisher =
|date =10 Desember 2013
|url =https://santijehannanda.wordpress.com/tag/hasan-mustapa/
|format =
|doi =
|accessdate =29 September 2015
}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
* [http://www.sundanet.com/artikel.php?id=195 SundaNet] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050219185303/http://sundanet.com/artikel.php?id=195 |date=2005-02-19 }}
 
== Karya tulis ==
 
* Hasan, M. H. (1913). Bab Adat Istiadat Urang Priangan Jeung Lian Ti Eta.
* Mustapa, H. H. (1960). Dangding Djilid Anu Kaopat.
* Mustapa, Haji Hasan. (1920). Aji Wiwitan Qur’an Sutji, kenging ngumpulkeun Wangsaatmadja.
* Mustapa, H. H. (1960). Dangding Djilid Anu Kaopat, stensilan diusahakeun ku Ajip Rosidi. Bandung, Oktober.
 
== Bacaan ==
{{Col|2}}
* Rohmana, J. A. (2012). Sundanese Sufi Literature and Local Islamic Identity: A Contribution of Haji Hasan Mustapa’s Dangding. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 50(2), 303-327.
* Rohmana, J. A. (2014). Tasawuf Sunda dan Warisan Islam Nusantara: Martabat Tujuh dalam Dangding Haji Hasan Mustapa (1852-1930). Al-Turats, 20(2).
* Rohmana, J. A. (2014). Memahami al-Qur’an dengan Kearifan Lokal: Nuansa Budaya Sunda dalam Tafsir al-Qur’an berbahasa Sunda. JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES, 3(1), 79-99.
* Rohmana, J. A. (2013). Tasawuf Sunda dalam Naskah Asmarandana Ngagurit Kaburu Burit (OR. 7876). ULUMUNA, 17(2), 231-258.
* Rohmana, J. A. (2014). Pembacaan Dangding Haji Hasan Mustapa terhadap Sastra Sufistik Sunda di Era Budaya Popular. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 8(1), 121-141.
* Sajaroh, W. S. (2013). Martabat Tujuh Hasan Mustopa.
* Hidayat, A. M. (2014). اخلرب‬‫ توكيد‬‫ أسلوب‬‫ بالغة‬. AL-TURATS, 20(2).
* Fahmi, R., & Aswirna, P. (2014). The Paradox of Islam And Culture (Tradition And Belief Abot Gender Perspective In West Sumatra). AL-TURATS, 20(2).
* Kathirithamby-Wells, J. Indonesia Circle Number 41, November 1986 ISSN 0306 2848.
* Steenbrink, K. A. (1990). The Study of Comparative Religion by Indonesian Muslims: A Survey. Numen, 141-167.
* Moriyama, M. (2000). Moehamad Moesa, print literacy, and the new formation of knowledge in nineteenth-century West Java. Indonesia and the Malay World, 28(80), 5-21.
* Steenbrink, K. A. (1990). The Study of Comparative Religion by Indonesian Muslims: A Survey. Numen, 141-167.
* Abas, L. (1977). Prolegomena to Haji Hasan Mustapa's mystical cantos. Jabatan Pengajian Melayu, Universiti Malaya.
* Affendi, Y. (2000). Seni Kriya Batik Dalam Tradisi Baru Menghadapi Arus Budaya Global. Jurnal Seni dan Desain “Wacana Seni Rupa” STISI, 1.
* Watson, C. W. (2014). THE WONDER OF IT ALL: Yus R. Ismail's Sundanese story,‘Imah kontrakan’(The rented house). Indonesia and the Malay World, 42(124), 358-379.
* Safei, A. A., & Semesta, K. S. K. (2010, November). Menatap Wajah Islam dari Jendela Sunda. In makalah Annual Conference on Islamic Studies (ACIS ke 10) di Banjarmasin (pp.&nbsp;1–4).
* GOZALI-NIM, I. M. A. M. (2011). HAJI HASAN MUSTAPA GARUT DAN PEMIKIRANNYA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
* Nursyamsiah, N. A. (2012). AJÉN AGAMA GUGURITAN HAJI HASAN MUSTAPAULIKAN STRUKTURAL JEUNG HERMENEUTIK KANA GUGURITAN KINANTI KULU-KULU (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
* Mustansyir, R., & Hum, M. (2005). Bahasa Tasawuf Haji Hasan Mustafa dalam tinjauan pemikiran John Langshaw Austin (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
* Burhanudin, J. (2015). The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the Intellectual Journey of Snouck Hurgronje. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 52(1), 25-58.
* Niampe, L. (2012). La Ode Muhammad Idrus Qaimuddin Sastrawan Sufi Ternama di Buton Abad XIX. Jurnal Humaniora, 22(3).
* Masruri, S., & Fauroni, R. L. (2013). PERAN MODAL SOSIAL FILSAFAT TRI TANGTU SILIH DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA ALAMENDAH RANCABALI BANDUNG. INFERENSI, 7(2), 275-296.
* Noupal, M., & Ag, M. (2013). KONTROVERSI TENTANG SAYYID UTSMAN BIN YAHYA (1822-1914) SEBAGAI PENASEHAT SNOUCK HURGRONJE.
* Suharjo, R. A. R. (2014). “Pernyataan Kalam” dalam Naskah Sastra Melayu Klasik. AL-TURATS, 20(2).
* Baso, A. (2012). KEMBALI KE PESANTREN, KEMBALI KE KARAKTER IDEOLOGI BANGSA. KARSA, 20(1), 1-20.
* Iskandar, R. Y. (2012). Citra Perempuan Sunda di dalam Karya Sastra dan Film. Jurnal Sosioteknologi, 11(26), 97-104.
{{EndDiv}}
 
== Lihat juga ==
 
* [[:Kategori:Sastrawan Sunda|Sastrawan Sunda]]
 
== Referensi ==
 
{{reflist}}
 
{{lifetime|1852|1930|Hasan, Mustapa}}
 
[[Kategori:Sastrawan Sunda]]
[[Kategori:Tokoh dari Garut]]
[[Kategori:Tokoh Sunda]]
[[Kategori:Ulama sufi]]
[[Kategori:Ulama Sunda]]