Pengguna:Natsukusha/bak pasir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Natsukusha (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|altname={{script/Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛᮞᮥᮔ᮪ᮓ}}
|type=[[abugida]]
|languages=[[Bahasa Jawa Kuno|Kawi]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[bahasa Cirebon|Jawa Cirebon]], [[bahasa Arab|Arab]]
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
|fam2=[[Aksara Pallawa]]
Baris 16:
{{contains Sundanese script}}
 
'''Aksara Sunda''' adalah salah satu [[aksara]] tradisional Indonesia yang berkembang di pulau [[pulau Jawa|Jawa]]. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa [[bahasa Sunda|Sunda]], tetapi dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis beberapa bahasa daerah lainnya seperti bahasa [[Bahasa Kawi|Kawi]], [[bahasa Cirebon|Jawa Cirebon]] dan [[bahasa Arab|Arab]]. Aksara Sunda merupakan turunan dari [[aksara Brahmi]] India melalui perantara [[aksara Kawi]] dan berkerabat dekat dengan [[aksara Jawa]]. Aksara Sunda aktif digunakan dalam sastra maupun tulisan sehari-hari masyarakat Sunda sejak pertengahan abad ke-1814 hingga akhir abad ke-18 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan [[aksara Jawa]] dan [[Alfabet Latin|Latin]]. Aksara ini masih diajarkan di [[Jawa Barat]] dan [[Banten]]<ref>{{Cite web|last=Kompasiana.com|date=2022-01-28|title=Aksara Sunda dan Keberaksaraan Masyarakat Sunda|url=https://www.kompasiana.com/isursuryati3843/61f3a18e06310e7a8950ba73/aksara-sunda-dan-keberaksaraan-masyarakat-sunda|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2022-05-28}}</ref> sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
 
Aksara Sunda adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari 1819 aksara dasar. Seperti aksara [[Rumpun_aksara_Brahmi|Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Sunda adalah kiri ke kanan. Secara tradisional aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (''[[scriptio continua]]'').
 
== Bentuk ==
=== Aksara ===
''Aksara'' merupakan huruf dasar yang merepresentasikan satu suku kata. Aksara Sunda memiliki sekitar 4519 aksara dasar, tetapi tidak semuanya digunakan dengan setara. Dalam perkembangannya, terdapat aksara yang tidak lagi digunakan sementara beberapa lainnya hanya digunakan pada konteks tertentu sehingga huruf-huruf dalam aksara Sunda dikelompokkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan fungsiBerikut danadalah penggunaannyapengelompokannya.
==== ''Wyanjana'' ====
''Aksara wyanjana'' (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦮꦾꦚ꧀ꦗꦤ{{Sund|ᮃᮾᮞᮛᮝᮡᮑ᮪ᮏᮔ}}) adalah aksara konsonan dengan vokal inheren /a/ atau /ɔ/. Sebagai salah satu aksara turunan [[aksara Brahmi|Brahmi]], aksara Sunda pada awalnya memiliki 3319 aksara ''wyanjana'' untuk menuliskan 3319 bunyi konsonan yang digunakan dalam bahasa [[Sanskerta]] dan [[bahasa Kawi|Kawi]]. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:{{sfn|Everson|2008|pp=1-2}}<ref name="mardikawi">{{cite book|url=http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20186831-166.%20Serat%20Mardi%20Kawi%20Jilid%20I.pdf|title=Serat Mardi Kawi|volume=1|year=1930|publisher=De Bliksem|place=Solo|first=W J S|last=Poerwadarminta|page=9-12}}</ref>
 
{| class="wikitable" style="width:60%;"
|+ style="text-align:center;" | ''Aksara Wyanjana'' (deret kuno)
|-
! rowspan="2" |Tempat pelafalan
Baris 92:
|-
|}
Dalam perkembangannya, bahasa Sunda modern tidak lagi menggunakan keseluruhan aksara ''wyanjana'' dalam deret Sanskerta-Kawi. Aksara Sunda modern hanya menggunakan 18 bunyi konsonan dan 18 aksara dasar yang kemudian disebut sebagai ''aksara nglegena'' ({{Sund|ᮃᮾᮞᮛᮍᮣᮨᮌᮨᮔ}}).
Dalam perkembangannya, bahasa Sunda modern tidak lagi menggunakan keseluruhan aksara ''wyanjana'' dalam deret Sanskerta-Kawi. Aksara Sunda modern hanya menggunakan 20 bunyi konsonan dan 20 aksara dasar yang kemudian disebut sebagai ''aksara nglegena'' (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦔ꧀ꦭꦼꦒꦼꦤ). Sebagian aksara yang tersisa kemudian dialihfungsikan sebagai ''aksara murda'' (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦩꦸꦂꦢ) untuk menuliskan gelar dan [[nama diri|nama]] yang dihormati, baik nama tokoh legenda (misal [[Bima (Mahabharata)|Bima]] ditulis ꦨꦶꦩ) maupun nyata (misal [[Pakubuwana]] ditulis ꦦꦑꦸꦨꦸꦮꦟ).{{sfn|Darusuprapta|2002|pp=11-13}} Dari 20 aksara ''nglegena'', hanya 9 aksara yang mempunyai bentuk ''murda'', oleh karena itu penggunaan ''murda'' tidak identik dengan penggunaan huruf kapital di dalam ejaan Latin;{{sfn|Darusuprapta|2002|pp=11-13}} apabila suku kata pertama suatu nama tidak memiliki bentuk ''murda,'' maka suku kata kedua yang menggunakan ''murda''. Apabila suku kata kedua juga tidak memiliki bentuk ''murda'', maka suku kata ketiga yang menggunakan ''murda'', begitu seterusnya. Nama yang sangat dihormati dapat ditulis seluruhnya dengan ''murda'' apabila memungkinkan. Dalam penulisan tradisional, penerapan ''murda'' tidaklah selalu konsisten dan pada dasarnya bersifat pilihan, sehingga nama seperti ''Gani'' dapat dieja ꦒꦤꦶ (tanpa ''murda''), ꦓꦤꦶ (dengan ''murda'' di awal), atau ꦓꦟꦶ (seluruhnya menggunakan ''murda'') tergantung dari latar belakang dan konteks penulisan yang bersangkutan. Sisa aksara yang tidak termasuk ''nglegena'' maupun ''murda'' adalah ''aksara mahaprana''. Aksara ''mahaprana'' tidak memiliki fungsi dalam penulisan Sunda modern dan hanya digunakan dalam penulisan bahasa Sanskerta-Kawi.{{sfn|Everson|2008|pp=1-2}}{{efn|Contoh kata dengan aksara ''mahaprana'' yang digunakan dalam penulisan Kawi misal ''aṣṭa'' (ꦄꦰ꧀ꦛ, delapan)<ref>{{cite book|first= Petrus Josephus|url=http://sealang.net/ojed/|last=Zoetmulder|title=Old Javanese-English Dictionary|page=143, entri 4|year=1982|publisher=Nijhoff|editor-first1=Stuart Owen|editor-last1=Robson|isbn=9024761786}}</ref> dan ''nirjhara'' (ꦤꦶꦂꦙꦫ, air terjun).<ref>{{cite book|first= Petrus Josephus|url=http://sealang.net/ojed/|last=Zoetmulder|title=Old Javanese-English Dictionary|page=1191, entri 11|year=1982|publisher=Nijhoff|editor-first1=Stuart Owen|editor-last1=Robson|isbn=9024761786}}</ref>}}
 
==== ''Swara'' ====
''Aksara swara'' (ꦲꦏ꧀ꦱꦫꦱ꧀ꦮꦫ{{Sund|ᮃᮾᮞᮛᮞᮭᮛ}}) adalah aksara yang digunakan untuk menulis suku kata yang tidak memiliki konsonan di awal, atau dalam kata lain suku kata yang hanya terdiri vokal. Pada awalnya, aksaraAksara Sunda memiliki 147 aksara vokal yang diwarisi dari tradisi tulis Sanskerta. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:<ref name="mardikawi"/>
{| class="wikitable" style="width:60%;"
|+ style="text-align:center;" | ''Aksara Swara''
Baris 122:
:{{note|le|2}} nga lelet, /lə/ sebagaimana le dalam kata "lemah"
:{{note|e|3}} /e/ sebagaimana e dalam kata "enak"
Pelafalan berikut tidak digunakan dalam bahasa Sunda modern:
: {{note|reu|4a}} pa cerek dirgha, dalam bahasa Sanskerta sebenarnya hanya digunakan sebagai pelengkap sistem fonologi Pāṇini<ref name="woodard">{{cite book|title=The Ancient Languages of Asia and the Americas|first=Roger D|last=Woodard|url=https://books.google.co.id/books/about/The_Ancient_Languages_of_Asia_and_the_Am.html?id=UQpAuNIP4oIC&redir_esc=y|publisher=Cambridge University Press|year=2008|page=9|isbn=0521684943}}</ref>
: {{note|reu|4b}} dalam penulisan Sunda digunakan untuk /rɨ/ sebagaimana reu dalam kata bahasa Sunda "pireu"{{sfn|Everson|2008|pp=18}}
:{{note|leu|5a}} nga lelet raswadi, dalam bahasa Sanskerta sebenarnya hanya digunakan sebagai pelengkap sistem fonologi Pāṇini<ref name="woodard"/>
:{{note|leu|5b}} dalam penulisan Sunda digunakan untuk /lɨ/ sebagaimana leu dalam kata bahasa Sunda "deuleu"{{sfn|Everson|2008|pp=18}}
:{{note|ai|6}} [[diftong]] /aj/ sebagaimana ai dalam kata "sungai"
:{{note|au|7}} [[diftong]] /aw/ sebagaimana au kata "pantau"
</small>
|}
''Pa cerek'' ꦉ, ''pa cerek dirgha'' ꦉꦴ,dan ''ngada lelet'' ꦊ, dan ''nga lelet raswadi'' ꦋ adalah [[Syllabic consonant|konsonan silabis]] yang dalam bahasa Sanskerta-Kawi dianggap sebagai huruf vokal.<ref name="woodard" />{{sfn|Poerwadarminta|1930|pp=11}} Ketika digunakan untuk bahasa selain Sanskerta, pelafalan keempatkedua aksara ini sering kali bervariasi. Dalam perkembangan bahasa Sunda modern, hanya ''pa cerek'' dan ''nga lelet'' yang digunakan; ''pa cerek'' dilafalkan /rə/ (sebagaimana re dalam kata "remah") sementara ''nga lelet'' dilafalkan /lə/ (sebagaimana le dalam kata "lemah"). Dalam pengajaran modern, aksara ini sering kali dipisahkan dari aksara ''swara'' menjadi kategori sendiri yang disebut ''aksara gantèn''. Kedua aksara ini wajib digunakan untuk mengganti tiap kombinasi ra+''pepet'' (ꦫꦼ → ꦉ) serta la+''pepet'' (ꦭꦼ → ꦊ) tanpa terkecuali.{{sfn|Darusuprapta|2002|pp=20}}
Sebagaimana aksara ''wyanjana'', bahasa Sunda modern tidak lagi menggunakan keseluruhan aksara ''swara'' dalam deret Sanskerta-Kawi, dan kini hanya aksara untuk vokal pendek yang umumnya diajarkan. Dalam penulisan modern, aksara ''swara'' digunakan untuk menggantikan aksara ''wyanjana'' ha ꦲ (yang pelafalannya bisa jadi ambigu karena berperan ganda sebagai fonem /ha/ dan /a/) pada nama atau istilah asing yang pelafalannya perlu diperjelas.{{sfn|Darusuprapta|2002|pp=13-15}}
 
''Pa cerek'' ꦉ, ''pa cerek dirgha'' ꦉꦴ, ''nga lelet'' ꦊ, dan ''nga lelet raswadi'' ꦋ adalah [[Syllabic consonant|konsonan silabis]] yang dalam bahasa Sanskerta-Kawi dianggap sebagai huruf vokal.<ref name="woodard"/>{{sfn|Poerwadarminta|1930|pp=11}} Ketika digunakan untuk bahasa selain Sanskerta, pelafalan keempat aksara ini sering kali bervariasi. Dalam perkembangan bahasa Sunda modern, hanya ''pa cerek'' dan ''nga lelet'' yang digunakan; ''pa cerek'' dilafalkan /rə/ (sebagaimana re dalam kata "remah") sementara ''nga lelet'' dilafalkan /lə/ (sebagaimana le dalam kata "lemah"). Dalam pengajaran modern, aksara ini sering kali dipisahkan dari aksara ''swara'' menjadi kategori sendiri yang disebut ''aksara gantèn''. Kedua aksara ini wajib digunakan untuk mengganti tiap kombinasi ra+''pepet'' (ꦫꦼ → ꦉ) serta la+''pepet'' (ꦭꦼ → ꦊ) tanpa terkecuali.{{sfn|Darusuprapta|2002|pp=20}}
 
=== Diakritik ===
Baris 274 ⟶ 265:
 
=== Pasangan ===
Vokal inheren dari tiap aksara dasar dapat dimatikan dengan penggunaan diaktrik ''pangkon''. Akan tetapi, ''pangkon'' normalnya tidak digunakan di tengah kata atau kalimat, sehingga untuk menuliskan suku kata tertutup di tengah kata dan kalimat, digunakanlah bentuk ''pasangan'' (ꦥꦱꦔꦤ꧀). Berbeda dengan ''pangkon'', ''pasangan'' tidak hanya mematikan konsonan yang diiringinya tetapi juga menunjukkan konsonan selanjutnya. Sebagai contoh, aksara ''ma'' (ꦩ) yang diiringi bentuk ''pasangan'' dari ''pa'' ( ꧀ꦥ) menjadi ''mpa'' (ꦩ꧀ꦥ). Bentuk ''pasangan'' setiap aksara ada di tabel berikut:{{sfn|Everson|2008|pp=2}}
 
{| class="wikitable""
Baris 1.165 ⟶ 1.156:
{{Aksara}}
{{Bahasa Sunda}}
 
{{artikel bagus}}
{{Authority control}}
 
[[:Kategori:Aksara Sunda| ]]
[[:Kategori:Aksara Nusantara|Sunda]]
[[:Kategori:Rumpun aksara Brahmi|Sunda]]
[[:Kategori:Bahasa Sunda]]