Prosopon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
(7 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
Istilah ''prosopon'' lazimnya digunakan dalam penyusunan karya-[[karya tulis ilmiah]] di bidang teologi, filsafat, atau sejarah agama, tetapi lazim pula diterjemahkan menjadi ''[[pribadi]]'' dalam penyusunan karya-karya tulis ilmiah maupun non-ilmiah. Istilah ''prosopon'' tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah ''[[Hipostasis (filsafat dan agama)|hipostasis]]'', yang memang masih berkaitan dengan konsep pribadi ilahi, tetapi berbeda artinya.
Padanan [[Latin]] untuk ''prosopon'', yang secara tradisional digunakan di
== Selayang pandang ==
Dalam [[bahasa Yunani Kuno]], istilah prosopon mula-mula digunakan untuk menyebut "wajah" atau "kedok" seseorang. Inilah makna prosopon yang dipahami di lingkungan seni pementasan Yunani Kuno, lantaran para pelakon pada zaman itu mengenakan kedok untuk mengungkap
Istilah ''prosopon'' berperan penting di dalam perkembangan peristilahan teologis yang berkaitan dengan [[Tritunggal Mahakudus]] dan [[Yesus Kristus]]. Istilah ini pernah menjadi pokok perdebatan dan pertengkaran teologis, khususnya pada abad-abad permulaan [[sejarah Kekristenan]].{{sfn|Meyendorff|1989|p=}}
Istilah ''prosopon'' paling lazim dipakai untuk menyebut manifestasi-diri [[Hipostasis (filsafat dan agama)|hipostasis]] tertentu. Prosopon adalah rupa kemunculan hipostasis. Tiap-tiap hipostasis memiliki prosopon sendiri, yakni wajah atau paras. Prosopon memberikan ekspresi kepada realitas hipostasis berikut segala kuasa dan
[[Rasul Paulus]] memakai istilah ini tatkala berbicara tentang pengetahuan akan wajah (prosopon) Kristus yang diterimanya secara langsung di dalam hati ({{Alkitab|2 Korintus 4:6}}).
Baris 36:
Teodorus meyakini bahwa [[Inkarnasi (Kekristenan)|inkarnasi Yesus]] merupakan kebersemayaman Allah, yang berbeda dari kebersemayaman Allah yang dihayati nabi-nabi [[Perjanjian Lama]] maupun rasul-rasul [[Perjanjian Baru]]. Yesus dipandang sebagai seorang insan yang berbagi martabat keanak-Allahan Logos; Logos menyatukan diri dengan Yesus semenjak Yesus dikandung. Sesudah [[Kebangkitan Yesus|bangkit]], insan Yesus dan Logos menyingkapkan bahwa keduanya senantiasa satu prosopon.{{sfn|Norris|1980|p=25}}
Teodorus mewacanakan kemanunggalan prosopis dalam menerapkan prosopon kepada Kristus [[Logos (Kekristenan)|Sang Logos]]. Ia mendalilkan dua ekspresi Kristus, insani dan ilahi. Meskipun demikian, yang ia maksud bukan bahwasanya Kristus mencapai kemanunggalan dua ekspresi tersebut lewat pembentukan prosopon ketiga, melainkan bahwasanya satu prosopon yang dihasilkan Logos memberikan wajahnya sendiri kepada sang insan terjamin.{{sfn|Grillmeier|1975|p=432}} Ia menafsirkan kemanunggalan Allah dan manusia di dalam Kristus itu sama seperti kemanunggalan [[jiwa]] dan raga. Prosopon memainkan peran khusus di dalam tafsirnya mengenai Kristus. Ia menolak konsep hipostasis, karena yakin bahwa konsep itu bertentangan dengan kodrat sejati Kristus. Ia mengemukakan bahwa, di dalam Kristus, harus ada penerimaan jiwa maupun raga. Kristus menerima jiwa, dan atas berkat rahmat Allah
Nestorius lebih lanjut lagi menjabarkan pandangan-pandangan kemanunggalan prosopis Teodorus dengan menandaskan bahwa prosopon adalah "tampilan" dari ''[[ousia]]'' (zat), dan menyatakan bahwa "''prosopon'' membuat ''ousia'' dikenal".{{sfn|Grillmeier|1975|p=510}} Pada beberapa kesempatan ia menitikberatkan hubungan tiap kodrat dengan tampilannya masing-masing, menggunakan istilah prosopon dalam bentuk jamak (''prosopa''), dan juga sebagai sebutan tunggal bagi kemanunggalan prosopis.{{sfn|Grillmeier|1975|p=463}} Keruwetan dan ketidakkonsistenan peristilahan tersebut menjadikan pandangannya menantang, bukan hanya bagi pihak pengecam maupun para pengikut sezamannya, melainkan juga bagi para pengulas maupun sarjana-sarjana kemudian hari.{{sfn|Chesnut|1978|p=392–409}}
Gagasan dualitas prosopis itu sendiri sudah cukup menantang, sehingga memicu debat sengit antarteolog Kristen pada paro-pertama abad ke-5, yang bermuara pada pengutukan resmi terhadap pandangan-pandangan sejenisnya. [[Konsili Efesus|Konsili Oikumene III]] tahun 431 mengukuhkan ajaran "Satu Pribadi" Yesus Kristus sebagai ajaran yang benar, dan mengutuk semua ajaran lain. [[Konsili Kalsedon|Konsili Oikumene IV]] tahun 451 meneguhkan kembali gagasan Satu Pribadi Yesus Kristus, dengan merumuskan [[Pengakuan Iman Kalsedon|Takrif Kalsedon]] dengan klausa-klausa "[[
== Baca juga ==
* [[Kristologi#Pribadi Kristus|Pribadi Kristus]]
* [[Nestorianisme]]
Baris 83:
[[Kategori:Filsafat Kristen]]
[[Kategori:Kristologi]]
[[Kategori:
[[Kategori:Kodrat Yesus Kristus]]
[[Kategori:Kepribadian]]
|