Masjid Al-Alam Marunda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Dzhalina memindahkan halaman Masjid Al Alam Marunda ke Masjid Al-Alam Marunda Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(28 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Masjid Al-Alam Marunda.jpg|jmpl|400px|Masjid Al-Alam]]
'''Masjid Jami' Al-Alam Marunda''' adalah salah satu [[masjid]] tertua dan bersejarah di [[Indonesia]]. Terletak di Jalan Marunda No.1, [[Marunda, Cilincing, Jakarta Utara|Marunda]], [[Cilincing, Jakarta Utara|Cilincing]], [[Kota Administrasi Jakarta Utara|Jakarta Utara]], atau tepatnya di pinggiran Pantai Marunda. Pada tahun 1975 [[DKI Jakarta|Pemerintah Provinsi DKI Jakarta]] menetapkan masjid yang memiliki peranan penting dalam penyebaran [[Islam|Agama Islam]] di Tanah Jawa ini sebagai [[Cagar budaya|Bangunan Cagar Budaya]].
== Sejarah ==
Mengenai siapa sebenarnya pendiri salah satu masjid tertua di Jakarta ini tidak diketahui dengan pasti. Hal demikian dibenarkan Ketua Masjid al-Alam Marunda, H. Atit Fauzi. “Memang benar tidak satu pun dari kami, bahkan orang-orang tua kami tidak tahu persis siapa pendiri masjid ini,” terang H. Atit yang menjadi ketua masjid sejak tahun 1989.<ref name=":1">{{Cite web|url=http://duniamasjid.islamic-center.or.id/1092/masjid-al-alam-marunda/|title=Masjid Al Alam Marunda|website=dunia masjid|access-date=8 Maret 2019}}</ref>
Ada beberapa versi sejarah yang berkembang dalam masyarakat, khususnya warga sekitar terkait kapan tepatnya dan siapakah pendiri masjid ini sesungguhnya. Ada yang menghubungkannya dengan penyerangan Pasukan [[Fatahillah]] ke [[Pelabuhan Sunda Kelapa]] pada tahun 1527, ada juga yang mengkaitkannya dengan penyerbuan tentara [[Kerajaan Mataram (Hindu)|Kerajaan Mataram]] ke [[Batavia]] pada abad ke-17.<ref>{{Cite book|title=Masjid-masjid Bersejarah di Jakarta|last=Setiawan|first=Kartum|publisher=Erlangga|year=2010|isbn=9789790758476|location=Jakarta|pages=56|last2=Hardoyo|first2=Adityo B.}}</ref>
Pada tahun 1527 pasukan Fatahillah menyerang pasukan [[Kolonialisme Portugis di Indonesia|Portugis]]. Fatahillah memilih muara Sungai Cilincing sebagai markas perjuangan sekaligus menjadi basis pertahanannya. Di tempat inilah mereka membangun masjid dan [[surau]] sebagai sarana ibadah. Fatahillah mau tidak mau memilih jalur Sungai [[Cilincing, Jakarta Utara|Cilincing]] karena jalur darat dijaga ketat pasukan [[Kerajaan Sunda]], sedangkan jalur laut juga sudah dikuasai tentara Portugis yang notabene adalah sekutu dari Kerajaan Sunda. Kelak masjid yang dibangun Fatahillah di muara sungai tadi dikenal sebagai Majid Marunda (Al-Alam), sedangkan [[surau]] menjadi Masjid Al Alam Cilincing.
Versi kedua dibangun oleh prajurit Islam dari Kerajaan Mataram. Seperti halnya cerita pertama, sebelum menyerang markas Pemerintahan [[Hindia Belanda|Kolonial Belanda]] atau [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] (Vereenigde Oostindische Compagnie, sekarang menjadi [[Museum Fatahillah|Museum Sejarah Jakarta]]) tentara Mataram yang dipimpin [[Bahureksa|Bahurekso]] menetap terlebih dahulu di Marunda sebagai pusat konsentrasi pasukannya. Tepat itu digunakan juga untuk menyusun taktik penyerangan, sekaligus mendirikan masjid sebagai tempat ibadah. Masjid ini lalu diyakini merupakan Masjid Al Alam Marunda.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/04/16/p79sp0313-masjid-para-tumenggung-mataram|title=Menelusuri Sejarah Masjid-Masjid Tua di Jakarta|date=19 Mei 2018|website=republika|access-date=8 Maret 2019}}</ref>
== Nama Lain ==
Tidak hanya siapa pendirinya, mengapa dinamakan Masjid Al Alam Marunda pun masih spekulatif. Ada yang menamakan Al Alam karena pendiriannya dibantu oleh seorang [[Wali]]. Al Alam memiliki arti [[alam semesta]], sedangkan penamaan Marunda mengacu pada keberadaan [[Kali Marunda]] di dekat sana.<ref name=":0" />
Selain spekulatif, ternyata ada beberapa penyebutan untuk nama masjid ini. Sebut saja Masjid Gaib, Masjid Auliya, dan ada juga yang menyebutnya sebagai Masjid Al Alam . Semua ditambah kata Marunda di belakangnya.
Disebut '''Masjid Gaib Marunda''' karena berdasarkan cerita turun-temurun proses pembangunannya hanya dalam tempo satu hari saja. Konon datang pasukan dari (Fatahillah) seusai memenangkan peperangan versus tentara Portugis. Karena sakti mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk membangun Masjid Al Alam Marunda.<ref name=":1" />
Meski secara resmi (setidaknya tertera di plang pintu masuk komplek masjid) digelari Masjid Al Alam Marunda, uniknya masyarakat setempat masih ada yang menyebutnya '''Masjid Auliya Marunda,''' atau '''Masjid Agung Auliya Marunda'''. Nama ini dulunya diberikan oleh para sesepuh yang lama tinggal di sekitaran masjid. Auliya menunjuk kepada para pendiri masjid, yang diyakini berilmu tinggi atau sakti.<ref name=":2">{{Cite web|url=http://jakarta.tribunnews.com/2018/06/04/masjid-al-alam-marunda-sejarah-asal-usul-dan-para-pendirinya?page=all|title=Masjid Al Alam Marunda, Sejarah, Asal-usul dan Para Pendirinya|last=Agustino|first=Gerald Leonardo|date=4 Juni 2018|website=tribunnews|access-date=8 Maret 2019}}</ref>
Masjid ini juga pernah digelari sebagai '''Masjid Si Pitung''' atau '''Masjid Al Alam Si Pitung'''. Penyebutan ini karena konon Masjid Al Alam pernah disinggahi Si Pitung. Jawara Betawi asal [[Rawa Belong]] ini datang ke masjid tersebut dalam rangka pelariannya dari kejaran Kompeni Belanda.<ref>{{Cite web|url=https://travel.detik.com/destination/d-2141543/masjid-si-pitung-dan-sumur-3-rasa-di-jakarta-utara|title=Masjid Si Pitung dan Sumur 3 Rasa di Jakarta Utara|last=Puspasari|first=Desi|date=14 Januari 2013|website=detik|publisher=|access-date=8 Maret 2019}}</ref>
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Masjid di Jakarta|A]]
|