Masjid Al-Baitul Qadim: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Dzhalina (bicara | kontrib)
k Dzhalina memindahkan halaman Masjid Agung Al-Baitul Qadim ke Masjid Al-Baitul Qadim
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(44 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox religious building
{{inuseuntil|20 April 2010}}
|image =
'''Masjid Agung Al-Baitul Qadim''' adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di Kelurahan [[Air Mata, Kelapa Lima, Kupang|Air Mata]], [[Kota Kupang]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Masjid ini berusia lebih dari 200 tahun, dan merupakan masjid tertua di [[Pulau Timor]]<ref>[http://koran.republika.co.id/berita/77039/Masjid_Agung_Al_Baitul_Qadim_Tertua_di_Timor Republika - Masjid Al-Baitul Qadim tertua di Pulau Timor]</ref>.
|caption = Masjid Agung Al-Baitul Qadim
|building_name = Masjid Agung Al-Baitul Qadim
|location = {{negara|Indonesia}} Kelurahan Airmata, Kelapa Lima, Kupang, Nusa Tenggara Timur
|religious_affiliation = Islam
|website =
|architect = Sya'ban bin Sanga
|architecture_type = Masjid
|architecture_style = Arab
|groundbreaking = 1806
|year_completed = 1812
|construction_cost =
|capacity =
|dome_quantity =
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity =-
|minaret_height =-
}}
'''Masjid Agung Al-Baitul Qadim''' adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di Kelurahan [[Air MataAirmata, Kelapa Lima, Kupang|Air MataAirmata]], [[Kota Kupang]], [[Nusa Tenggara Timur]]. Masjid ini berusia lebih dari 200 tahun, dan merupakan masjid tertua di [[Pulau Timor]].<ref>[http://koran.republika.co.id/berita/77039/Masjid_Agung_Al_Baitul_Qadim_Tertua_di_Timor Republika - Masjid Al-Baitul Qadim tertua di Pulau Timor]</ref>.
 
Walau usianya telah memasuki dua abad lebih, sebagian ruangan rumah ibadah ini di lantai satu masih menampakkan keasliannya, kecuali dipugar dengan menambahkan menjadi dua lantai.
 
== Sejarah ==
Menurut H. Mustafa, seorang penjaga Masjid Agung Al Baitul Qadim, [[masjid]] ini dibangun oleh Syah BanSya'ban bin Sanga Kala pada tahun [[1806]] secarabersama gotongSultan royongBadarruddin antaradan JemaahRakyatnya dan juga bantuan dari penduduk setempat yang terdiriberetnis dari[[Timor]], oranghal Floresini Timurdilakukan danguna pendudukmemberikan etnissebuah Timor,tempat ibadah dan dijadikanpusat sebagaikeagamaan tempatbagi untukMasyarakat menyebarkanKesultanan agamaMananga Islamyang baru dipindahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari [[Pulau Solor]] ke [[Pulau Timor]]. Yang kemudian tersebarlah dakwah Islamiyah di [[Pulau Timor]] melalui tangan putra-putra Mananga ini atas seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala.
DalamPembangunan perjalanannyaMasjid melakukanAgung penyebaranAl agamaBaitul Islam,Qadim bersamaini wargaberlangsung setempat,6 Syah(enam) Bantahun binlamanya Sangayaitu Kala membangun masjiddimulai pada tahun [[1806]] dan selesai tahun [[1812]].
 
Syah BanSya'ban bin Sanga merupakan wargaImam Muslimyang pertama yangbagi menginjakkankaum kakinyaMuslimin di Pulau Timor. Dia datang bersama rombongan Kesultanan Mananga di bawah Pimpinan Sultan Badarrudin yang dipindahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari negeri asalnya yaitu Desa [[Menanga, [[KabupatenSolor Timur, Flores Timur|Menanga]], [[NTTPulau Solor]]<ref>, [http://www.beritadaerah.com/artikel[NTT]].php?pg=artikel_bali&id=12229&sub=Artikel&page=3Dan Beritainilah Daerahawal -masuknya Al-BaitulIslam Qadimke dan[[Pulau Kerukunan Beragama di NTTTimor]]</ref>.
 
Sebagai Imam kaum ketika itu Sya'ban bin Sanga memiliki wewenang untuk mengatur segala hal yang menyangkut urusan keagamaan. Dan kemudian pembagian ini dikenal oleh masyarakat Airmata dengan sebutan "Kampung Imam" yang bermakna wilayah kebijakkan Imam. Adapun Sultan Badaruddin mengatur masalah kepemimpinan secara menyeluruh dengan tetap memperhatikan pertimbangan Sya'ban bin Sanga sebagai Imam Kesultanan. Dan wilayah kebijakkan dan kekuasaan Sultan Badaruddin ini dikenal dengan istilah "Kampung Raja". Dalam menjaga kelanggengan hubungan baik antara "Kampung Imam dan Kampung Raja" ini ditetapkanlah sebuah etika oleh Sultan Badarruddin dan Sya'ban bin Sanga yang hingga kini pun masih bisa dilihat pada pelaksanaan ritual-ritual keagamaan di dua Kampung Islam tertua di pulau Timor yaitu Kampung Solor dan Airmata.
Pada tahun [[1984]], oleh Imam Masjid turunan ketujuh, Birando bin Tahir, melakukan pemugaran semata untuk melestarikan keberadaannya sebagai bangunan tertua.
 
Pemugaran ini dilakukan Birando bin Tahir atas persetujuan jemaah setempat, dengan sejumlah alasan, di antaranya bertambah pesatnya warga Muslim dam Muslimah.
Sya'ban bin Sanga memiliki 3 (tiga) orang putra yang dikemudian diwakafkan untuk melakukan pengurusan Masjid Agung Al Baitul Qadim hingga anak cucu keturunan mereka dan mereka adalah: Birando anak tertua diwakafkan untuk menjadi Imam Masjid, Abdullah anak kedua diwakafkan untuk menjadi Khatib Masjid dan Bofeiq anak terakhir diwakafkan untuk menjadi Bilal Masjid. Dan pewakafan ini masih tetap dijunjung tinggi oleh anak keturunan mereka.
Pemugaran itu juga didasarkan pada kondisi rumah ibadah tertua ini tidak layak lagi dipandang, karena sebagian dinding dan atap mengalami perapuhan, sehingga perlu direnovasi, tanpa menghilangkan keasliannya yang tetap nampak pada sebagian dinding ruangan yang hingga kini masih ada.
 
PemugaranPada initahun dilakukan[[1984]], oleh Imam Masjid turunan ketujuh, Birando bin Tahir, melakukan pemugaran Masjid Agung Al Baitul Qadim atas persetujuan jemaah setempat, dengan sejumlah alasan, di antaranyadiantaranya bertambah pesatnya perkembangan jumlah warga Muslim dam Muslimah.
Pemugaran itu juga didasarkan pada kondisi rumah ibadah tertua ini tidak layak lagi dipandang, karena sebagian dinding dan atap mengalami perapuhan, sehingga perlu direnovasi, tanpa menghilangkan keasliannya yang tetap nampaktampak pada sebagian dinding ruangan yang hingga kini masih ada.
 
diedit oleh Mahmud bin Abdullatief bin Barkah bin Talib bin Bofeiq bin Sya'ban bin Sanga (081325078302). Salatiga, April 2012
 
== Masjid pemersatu ==
Masjid Agung Al Baitul Qadim ini merupakan simbol pemersatu warga Muslim dengan nonmuslim,non-muslim ketikakarena melalukandalam berbagaipembangunan upacaraMasjid keagamaanini hinggapun melibatkanmendapat seluruhbantuan unsurdari masyarakat etnis agamaasli lainsetempat di daerahbawah Kotaperintah KupangRaja dan[[Taebenu]] Raja Timor Barat [[Timor Loro Manu]] ketika sekitarnyaitu.
Karena itu tak heran kalau masjid ini banyak didatangi warga luar NTT untuk mengetahui keberadaan mesjid yang tergolong tertua di wilayah Pulau Timor ini, dan sekaligus mejadi objek wisata rohani di Kota Kupang, saat ini.
 
Sehingga masyarakat Tabenu merasa turut serta memiliki tanggungjawab untuk menjaga keberadaan Masjid Agung Al Baitul Qadim. Hal ini terwujud dengan sikap penjagaan yang mereka tunjukkan dan wujudkan dalam pergaulan mereka sehari-hari.
Masjid dengan arsitektur khas yang menggabungkan unsur budaya [[Flores Timur]] dengan [[Arab]] itu merupakan simbol perlawanan warga Airmata terhadap penjajahan [[Kolonial Belanda|Belanda]] dan [[Jepang]]<ref>[http://www.antara.co.id/berita/1253118391/masjid-agung-al-baitul-qadim-tertua-di-timor Antara - Sejarah Masjid Agung Al-Baitul Qadim]</ref>.
Bahkan kaum penjajah kala itu mencoba menghancurkan masjid tersebut namun selalu gagal.
 
Ikatan Persatuan ini diperkuat dan diperluas dengan adanya hubungan perkawinan dengan berbagai suku setempat membuat Masjid Agung Al Baitul Qadim semakin jelas menjadi sebuah simbol Pemersatu yang mengikat hati-hati setiap warga Timor.
Masjid Agung Al Baitul Qadim yang unik, kini telah menurunkan tujuh Imam Kepala Pendahulu diantaranya, Birando bin Sya Ban, Ali bin Birando, Djamaludin, Abdul Gani, Tahin bin Ali Birando dan Birando bin Tahir.
 
Sehingga dengan keadaan ini masyarakat "Kampung Imam dan Kampung Raja" dapat dengan aman menjalankan beraneka ragam bentuk ritual Keagamaan dengan tenang dan tidak mendapatkan gangguan.
 
Keragaman bentuk ritual ini sungguh indah terlihat dan nyaman terasa dan semua itu berpusat di Masjid Agung Al Baitul Qadim maka tak ayal lagi hal ini menjadi sebab banyaknya pengunjung dari luar NTT yang berdatangan ke Masjid Agung Al Baitul Qadim hanya untuk mengetahui keberadaan mesjid yang tergolong tertua di wilayah Pulau Timor ini sembari melakukan perjalanan wisata rohani di Kota Kupang.
 
Masjid dengan arsitektur khas yang menggabungkan unsur budaya [[Flores Timur]] dengan [[Budaya Arab|Arab]] itu merupakan simbol perlawanan warga Airmata terhadap penjajahan [[Portugis]], [[Kolonial Belanda|Belanda]] dan [[Jepang]].<ref>[http://www.antara.co.id/berita/1253118391/masjid-agung-al-baitul-qadim-tertua-di-timor Antara - Sejarah Masjid Agung Al-Baitul Qadim]</ref>.
Bahkan kaum penjajah kala itu mencoba menghancurkan Masjid Agung Al Baitul Qadim tersebut dengan berbagai cara namun Alhamdulillah dengan perlindungan Allah usaha mereka itu selalu berakhir dengan kegagalan.
 
Masjid Agung Al Baitul Qadim yang unik, kini telah menurunkan tujuh Imam Kepala Pendahulu diantaranya Sya'ban bin Sanga, Birando bin Sya Ban'ban, AliAlidin bin Birando, Djamaludinbin Sya'ban, AbdulAli Ganibin Birando bin Sya'ban, TahinTahir bin Ali bin Birando bin Sya'ban dan Birando bin Tahir bin Ali bin Birando bin Sya'ban.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{DEFAULTSORT:Agung Al-Baitul Qadim}}
{{Masjid di Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Agung Al-Baitul Qadim}}
[[Kategori:Masjid di IndonesiaNusa Tenggara Timur]]
[[Kategori:Kota Kupang]]
[[Kategori:Masjid Kesultanan|Agung Al baitul Qadim]]