Rakai Watuhumalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Me iwan (bicara | kontrib)
k Kepustakaan: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(16 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{infobox royalty
'''Sri Maharaja Rakai Watuhumalang''' adalah raja kedelapan [[Kerajaan Medang]] ''periode Jawa Tengah'' yang memerintah sekitar tahun [[890]]-an.
|title = '''Sri Maharaja Rakai Watuhumalang'''<br>(menurut Prasasti Mantyasih)<br>
'''Rake Wunkalhumalang Dyah Jbang'''<br>(menurut Prasasti Wanua Tengah III)
|image =
|birth_name =
|father =
|mother =
|succession = Raja Medang ke-12
|reign = ( 21 November 894 - 10 Mei 898 M )
|predecessor = [[Rakai Gurunwangi]]
|successor = [[Dyah Balitung]]
|spouse =
|issue = [[Mpu Daksa]]
|religion = [[Hindu]]
|house = [[Wangsa Sanjaya|Sanjaya]]
}}
 
'''Dyah Jbang''' adalah Raja [[Medang]] yang memerintah sekitar tahun 894-898.<ref name=":22">Dwiyanto, Djoko. 1986. ''Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi''. Dalam ''PIA IV'' (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.</ref><ref name=":5">{{Cite book|last=Boechari|date=2013-07-08|url=https://books.google.co.id/books?id=RidIDwAAQBAJ&pg=PA469|title=Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-979-91-0520-2|language=id}}</ref>
== Masa Pemerintahan ==
Menurut daftar para raja [[Kerajaan Medang]] dalam [[prasasti Mantyasih]], Rakai Watuhumalang menjadi raja kedelapan menggantikan [[Rakai Kayuwangi]]. Prasasti tersebut dikeluarkan tahun [[907]] oleh [[Dyah Balitung]], yaitu raja sesudah Rakai Watuhumalang.
 
Dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]] (908), ia memerintah antara 21 November 894 s.d. 10 Mei 898 M.<ref>{{Cite book|last=Kebudayaan|first=Indonesia Departemen Pendidikan dan|date=1989|url=https://books.google.co.id/books?id=Xd3VAAAAMAAJ&q=dyah+tagwas+8+bulan&dq=dyah+tagwas+8+bulan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiTzajx1JbnAhWTT30KHWZ6BesQ6AEIKDAA|title=Pemugaran Candi Brahma, Prambanan, Candi Sambisari, Taman Narmada|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Arif|first=H. A. Kholiq|date=2010-01-01|url=https://books.google.co.id/books?id=UE5nDwAAQBAJ&pg=PA302&dq=tagwas+5+February+A.D.+885&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwisrqqN1pbnAhW6I7cAHYdfC4sQ6AEIKDAA#v=onepage&q=tagwas%205%20February%20A.D.%20885&f=false|title=MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=978-979-25-5331-4|language=id}}</ref>
Rakai Watuhumalang sendiri tidak meninggalkan prasasti atas nama dirinya. Sementara itu prasasti Panunggalan tanggal [[19 November]] [[896]] menyebut adanya tokoh bernama '''Sang Watuhumalang Mpu Teguh''', namun tidak bergelar [[maharaja]], melainkan hanya bergelar [[haji]] (raja bawahan).
 
Namanya dikenal dalam [[Prasasti Mantyasih]] dan [[Prasasti Wanua Tengah III]].<ref name=":02">{{Cite book|date=1975|url=https://books.google.co.id/books?id=q9g0kIn3IVUC&q=gwas+Er+Hangat&dq=gwas+Er+Hangat&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi-y-Xep4rnAhUCH7cAHfRXDgQQ6AEIKDAA|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuno|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|language=id}}</ref>
Tidak dapat dipastikan apakah Mpu Teguh identik dengan Rakai Watuhumalang. Apabila keduanya benar-benar tokoh yang sama, maka dapat dibayangkan bahwa masa pemerintahan Rakai Watuhumalamg sangat singkat. Pada tahun [[896]] ia masih menjadi raja bawahan, sedangkan pada tahun [[899]] (prasasti Telahap) yang menjadi raja sudah bernama [[Dyah Balitung]].
 
== Identifikasi Isi Prasasti Panunggalan ==
RakaiDalam Watuhumalang sendiri tidak meninggalkan prasasti atas nama dirinya. Sementara itu prasasti[[Prasasti Panunggalan]] tanggal [[19 November]] [[896]] menyebut adanya tokoh bernama '''Sang Watuhumalang Mpu Teguh''', namun tidak bergelar [[maharaja]], melainkan hanya bergelar [[haji]] (raja bawahan).
 
Sementara dalam [[Prasasti Wanua Tengah III]] (908), menyebutkan Rake Wunkalhumalang Dyah Jbang.
 
Kemudian dalam [[Prasasti Mantyasih]] (907), menyebutkan Sri Maharaja Rakai Watuhumalang.
 
Dari perpaduan ketiga prasasti tersebut, maka dapat diperkirakan klo tokoh Mpu Teguh berbeda dengan Dyah Jbang.
 
Hasil Identifikasi Kemungkinan Mpu Teguh menjabat sebagai kepala daerah Watuhumalang untuk menggantikan posisi Dyah Jbang, karena Dyah Jbang memerintah di Pusat sebagai Maharaja Medang.
 
== Hubungan dengan Rakai Kayuwangi ==
Baris 13 ⟶ 38:
Hubungan antara Rakai Watuhumalang dengan raja sebelumnya, yaitu [[Rakai Kayuwangi]] juga belum jelas. Nama putra mahkota zaman [[Rakai Kayuwangi]] adalah Mahamantri Hino Mpu Aku, yang kemungkinan besar berbeda dengan Rakai Watuhumalang.
 
Ditemukan pula prasasti atas nama Maharaja Rakai Gurunwangi ([[prasasti Munggu Antan]], 887) dan atas nama Maharaja [[Rakai Limus]] Dyah Dewendra (prasasti[[Prasasti Poh Dulur]], 890). Padahal keduanya tidak terdapat dalam daftar para raja versi [[prasasti Mantyasih]]. Mungkin, pada akhir pemerintahan [[Rakai Kayuwangi]] telah terjadi perpecahan di lingkungan [[Kerajaan Medang]].
Sementara itu, menurut prasasti Telahap, permaisuri [[Dyah Balitung]] merupakan cucu dari Rakai Watan Mpu Tamer, yaitu istri raja yang dimakamkan di Pastika. Menurut analisis Pusponegoro dan Notosutanto, raja yang dimakamkan di Pastika adalah [[Rakai Pikatan]], ayah dari [[Rakai Kayuwangi]].
Baris 19 ⟶ 44:
Apabila [[Dyah Balitung]] benar-benar menantu Rakai Watuhumalang, berarti Rakai Watuhumalang adalah putra (atau mungkin menantu) [[Rakai Pikatan]] yang lahir dari selir bernama Rakai Watan Mpu Tamer. Sedangkan [[Rakai Kayuwangi]] lahir dari permaisuri bernama [[Pramodawardhani]]. Dengan kata lain, Rakai Watuhumalang adalah saudara tiri (atau mungkin ipar) [[Rakai Kayuwangi]], raja sebelumnya.
 
== Jalannya PeristiwaKutipan ==
{{reflist|2}}
Apabila dugaan-dugaan di atas benar-benar terjadi, maka jalannya peristiwa dalam sejarah [[Kerajaan Medang]] dapat ditafsirkan sebagai berikut.
 
== Referensi ==
[[Rakai Pikatan]] memiliki beberapa orang anak, antara lain Rakai Gurunwangi (prasasti Plaosan) dan [[Rakai Kayuwangi]] (prasasti Argapura). Sedangkan Rakai Watuhumalang mungkin juga putra [[Rakai Pikatan]] atau mungkin menantunya. Sementara itu hubungan dengan Rakai Limus Dyah Dewendra masih belum dapat diperkirakan.
 
Sepeninggal [[Rakai Pikatan]], putra yang bungsu ditunjuk menjadi raja, yaitu [[Rakai Kayuwangi]]. Rakai Gurunwangi yang lebih tua merasa cemburu. Pada akhir pemerintahan adiknya, ia pun memisahkan diri dan menjadi [[maharaja]] tandingan ([[prasasti Munggu Antan]]).
Mungkin perpecahan dalam keluarga tersebut menimbulkan peperangan yang berakibat kematian [[Rakai Kayuwangi]] dan putra mahkotanya, yaitu Rakai Hino Mpu Aku. Takhta [[Kerajaan Medang]] kemudian jatuh kepada Rakai Watuhumalang yang semula hanya sebagai raja bawahan.
 
Rakai Watuhumalang memiliki putra bernama [[Mpu Daksa]] (prasasti Telahap) dan menantu bernama [[Dyah Balitung]] (prasasti Mantyasih). [[Dyah Balitung]] inilah yang mungkin berhasil menjadi pahlawan dalam menaklukkan Rakai Gurunwangi dan Rakai Limus sehingga takhta pun jatuh kepadanya sepeninggal Rakai Watuhumalang.
 
Pada akhir pemerintahan [[Dyah Balitung]] terjadi persekutuan antara [[Mpu Daksa]] dengan Rakai Gurunwangi (prasasti Taji Gunung). Kiranya pemerintahan [[Dyah Balitung]] berakhir oleh kudeta yang dilakukan kedua tokoh tersebut.
 
== Kepustakaan ==
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* [[Slamet Muljana]]. 2005. ''Menuju Puncak Kemegahan'' (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
* Teguh Asmar & Nuriah. 1985. ''PRASASTI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL JILID I''. Jakarta: Museum Nasional
 
{{kotak mulais-start}}
{{kotakSuccession suksesibox|jabatan=Raja Kerajaan Medang{{br}}'''<small>{{nowrap|Menurut (periode JawaWanua Tengah III}}</small><br>([[Wangsa Syailendra]])|tahun=sesudah21 November 896?894 - 10 sebelumMei 899?898 M|pendahulu=[[Rakai KayuwangiGurunwangi]]|pengganti=[[Dyah Balitung]]}}
{{kotak selesaiEnd}}
 
[[Kategori:Raja Medang]]
[[Kategori:Kerajaan Medang]]
[[Kategori:TokohWangsa JawaSailendra]]
 
 
{{Indo-bio-stub}}