Tumenggung Jalil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib)
k Merapikan artikel
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 4:
 
== Tumenggung Jalil Menyusun Kekuatan ==
Jalil diberi gelar [[Tumenggung Macan Negakha]] oleh [[Sultan Tamjidullah II]], karena itulah ia dikenal juga dengan sebutan Tumenggung Jalil. Kemudian Tumenggung Jalil memihak kepada mangkubumi PengikhanPangeran Hidayatullah dan diberi [[gelar]] [[Kiai Adipati Anom Dinding Radin]] oleh [[Pengikhan Hidayatullah]]. Pada tahun [[1859]] Tumenggung Jalil telah menyusun kekuatan di [[Banua Lima]]. Tumenggung Jalil membuat pos-pos penjagaan di sekitar [[Babirik, Hulu Sungai Utara|Babirik]], [[Distrik Alabio|Alabio]] dan [[Amuntai Selatan, Hulu Sungai Utara|Sungai Banar]]. Di sekitar [[Masjid Amuntai]] didirikan [[benteng]]. Di [[sungai]] dibuat rintangan-rintangan sehingga mempersulit bagi [[kapal]] yang akan lewat.
 
== Pertempuran di Amuntai, Balangan dan Tabalong ==
Pada awal [[Februari]] [[1860]], Belanda mengerahkan kapal-kapal perang ''Admiral van Kingsbergen'' dan kapal ''Bernet'' dengan beberapa ratus serdadu dan pasukan meriam dipimpin oleh [[Mayor]] [[Gustave Verspijck]]. Kapal perang itu akhirnya sampai di [[Distrik Alabio|Alabio]], dan seterusnya terpaksa menggunakan kapal atau perahu yang lebih kecil karena rintangan yang banyak di sungai. Pertempuran terjadi di sekitar Masjid Amuntai. Dari masjid inilah keluar prajurit-prajurit rakyat yang tidak mengenal lelah menyerbu dengan hanya bersenjatakan [[Payan]], [[parang bungkul]] dan [[mandau]] dengan meneriakkan [[Allahu Akbar]] menyerbu Belanda. Korban berjatuhan dan perang terjadi. Semangat membela [[agama]] dan berjuang melawan [[orang kafir]] dan mati dalam perang itu adalah semangat patriotisme yang tinggi yang mengisi dada setiap rakyat yang bertempur melawan penjajah Belanda. Benteng di sekitar masjid dipertahankan dengan kuat di bawah pimpinan Matia atau Mathiyassin, pembantu utama Tumenggung Jalil dengan gagah berani menyerbu serdadu Belanda. Beratus-ratus yang menjadi [[syuhada]] dalam pertempuran itu, 44 orang di antaranya dimakamkan di [[Kaludan Besar, Banjang, Hulu Sungai Utara|Kaludan]]. Rumah-rumah penduduk ikut menjadi korban terbakar serta kampung di sekitarnya menjadi saksi kepahlawanan rakyat [[Amuntai]] mempertahankan agama. Di antara kampung yang musnah adalah Kampung [[Karias Dalam, Banjang, Hulu Sungai Utara|Karias]], dan di antara rumah penduduk yang musnah terdapat rumah Tumenggung Jalil.
 
Di bekas benteng yang hancur, dijadikan Belanda [[bivak]], [[benteng]] baru terletak di pertemuan [[sungai Balangan]] dan [[sungai Tabalong]]. Pertempuran ini terjadi pada [[9 Februari]] [[1860]]. Pasukan-pasukan [[Pangeran Hidayatullah]] yang tersebar di sekitar [[Barabai, Hulu Sungai Tengah|Barabai]] bergabung dengan pasukan Tumenggung Jalil dan dapat menahan gerakan serdadu Belanda di sekitar Pantai Hambawang. Dalam [[pertempuran]] yang terjadi di [[Lampihong, Balangan|Lampihong]] di antara [[serdadu]] Belanda yang menjadi korban adalah Kapten De Jong. Pertempuran ini menyebabkan serdadu Belanda mundur. Bantuan serdadu Belanda kemudian diangkut dengan [[kapal perang]] ''Boni'' pada tanggal [[15 Mei]] [[1860]] menuju dan memudiki [[sungai Tabalong]]. Sebelum mencapai [[daerah Tabalong]], serdadu Belanda menghadapi serbuan rakyat di sepanjang sungai yang dilewati. Sesampai di [[Distrik Tabalong|daerah Tabalong]], terjadi pertempuran dengan pasukan Tumenggung Jalil. Perlawanan rakyat cukup sengit menyebabkan serdadu Belanda terpaksa mundur ke [[daerah Kelua]] dan [[Distrik Amuntai|Amuntai]]. Baru pada bulan [[Juni]] [[1860]] Belanda berhasil menduduki daerah Tabalong. Serdadu Belanda menghadapi perlawanan dari pasukan Pangeran Hidayatullah, pasukan Tumenggung Jalil dan pasukan Pangeran [[Antasari]] dengan [[Tumenggung Surapati]] yang berpusat di [[Tanah Dusun]].
Baris 13:
== Benteng Batu Mandi dan Benteng Tabalong ==
Tumenggung Jalil kemudian membuat benteng di Batu Mandi dan dari benteng ini dapat memutuskan hubungan serdadu Belanda antara Barabai dan Lampihong. Benteng ini terletak di atas sebuah [[bukit]] dan di sekitarnya diberi rintangan-rintangan, seperti parit-parit, lubang perangkap, tali jerat dan potongan pohon kayu besar yang sewaktu-waktu dapat digulingkan dari atas bukit. Benteng ini dipercayakan kepada Penghulu Mudin. Ketika serdadu Belanda menyerbu dan menaiki bukit yang dijadikan benteng ini, banyak sekali korban dari pihak Belanda, karena jebak (ranjau) yang dibuat. Di antara yang jatuh korban adalah pimpinan penyerbuan ini Sersan van de Bosch. Karena gagal menaiki benteng tersebut, serdadu Belanda menembaki benteng ini dengan meriam dari bawah.
Sementara itu Pengikhan Antasari memperkuat benteng Tabalong. Pengikhan Antasari menaikkan bendera di atas benteng itu, yaitu [[bendera]] [[merah]] dengan [[dua]] buah [[keris]] bersilang.
 
Benteng Batu Mandi dipersiapkan dengan sungguh-sungguh oleh Pengikhan Antasari dan Pengikhan Hidayatullah. Disamping itu terdapat pula Pengikhan Syarif Umar (ipar Pengikhan Hidayatullah) dan Pengikhan Usman (kemenakan Pengikhan Hidayatullah). Sedangkan Tumenggung Jalil mempersiapkan pertahanan di sepanjang sungai Balangan. Sebelum sampai ke benteng ini, terdapat kubu-kubu pertahanan di batang Balangan. Di [[daerah Batang Alai]] terdapat kekuatan dibawah pimpinan Demang Jaya Negara Seman dan Kiai Jayapati. Pusat kekuatan telah dibagi dan dipencar-pencar Pengikhan Antasari tetap bertahan di sekitar Amuntai, [[Kelua, Tabalong|Kalua]] dan Tabalong, sedangkan Jalil berada di pusat kekuatan di Pasimbi, yang berusaha menghambat gerakan serdadu Belanda menuju Batu Mandi. Kubu-kubu pertahanan Jalil selain di Pasimbi, juga terdapat di [[Lampihong]], [[Layap, Paringin, Balangan|Layap]], [[Paringin Selatan, Balangan|Muara Pitap]] dan lain-lain.