Malaikat jatuh: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
 
(27 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
[[File:"The Fallen Angels" by Albano IMG 3886.JPG|thumb|''Malaikat-Malaikat Jatuh'' (1893) karya [[Salvatore Albano (pematung)|Salvatore Albano]] di [[Museum Brooklyn]] [[Kota New York]]]]
 
'''Malaikat jatuh''' dalam istilah [[Agamaagama Abrahamik]] adalah [[malaikat]] yang terusir dari surga. Istilah literal "malaikat jatuh" tidak terdapat kitab suci agama-agama Abrahamik mana pun, tetapi digunakan untuk menggambarkan malaikat-malaikat yang tersingkir dari surga<ref name="ReferenceY">{{harvnb|Azaiez|Reynolds|Tesei|Zafer|2016|p=72}}</ref> atau malaikat-malaikat ber[[dosa|berdosa]]. Malaikat-malaikat semacam ini kerap menggoda umat manusia untuk berbuat dosa.
 
Gagasan malaikat jatuh berasal dari [[Kitab Henokh]], sebuah [[Pseudepigrafa#Ilmu-ilmu klasika dan Alkitab|pseudopigraf]] Yahudi, dan dari asumsi bahwa "[[anak-anak Allah]]" ({{lang-he|בני האלוהים}}, ''bənê haĕlōhîm'') yang disebutkan dalam {{Alkitab|Kejadian 6:1-4}} adalah malaikat-malaikat. Pada kurun waktu menjelang penyusunan kitab suci [[Perjanjian Baru]], beberapa sekte [[agama Yahudi|Yahudi]] dan banyak [[Bapa Gereja]], menafsirkan frasa "anak-anak Allah" di dalam Kejadian 6:1-4 sebagai malaikat-malaikat jatuh. Para pemuka agama [[Yahudi Rabinik|Yahudi Rabani]] maupun agama Kristen selepas abad ke-3 menolak kitab-kitab Henokh maupun anggapan bahwa perkawinan menyimpang di antara malaikat-malaikat dan anak-anak perempuan manusia menghasilkan para raksasa. Dokrin Kristen menandaskan bahwa dosa malaikat-malaikat jatuh sudah berdosa sebelum manusia diciptakan. Oleh karena itu, malaikat-malaikat jatuh diidentikkan dengan malaikat-malaikat pengikut [[Setan]] yang memberontak melawan Allah, dan dianggap sama dengan [[demon|roh-roh jahat]]. Meskipun demikian, menjelang akhir [[Periode Bait Suci Kedua|zaman Bait Suci Kedua]], roh-roh jahat dianggap bukan malaikat-malaikat jatuh melainkan arwah raksasa-raksasa keturunan mereka. Menurut alur penafsiran ini, malaikat-malaikat jatuh menghampiri anak-anak perempuan manusia, sehingga lahirlah suatu kaum yang disebut "[[Nefilim|orang-orang raksasa]]" di dalam Alkitab. Untuk membersihkan dunia dari makluk-makhluk hasil persilangan itu, Allah menurunkan [[Airair Bahbah]] yang membinasakan tubuh mereka. Meskipun tubuh mereka sudah binasa, arwah mereka terus bergentayangan sebagai roh-roh jahat.
 
Bukti-bukti kepercayaan tentang adanya malaikat-malaikat jatuh di kalangan umat Islam dapat dirunut sampai pada riwayat-riwayat yang dinisbatkan kepada [[sahabat Nabi|para sahabat]] [[Muhammad]], misalnya [[Ibnu Abbas]] (619–687) dan [[Abdullah bin Mas'ud]] (594–653).{{sfn|Ayoub|1984|p=74}} Meskipun demikian, sejumlah ulama Islam menentang gagasan malaikat jatuh dengan menegaskan bahwa menurut ayat-ayat Alquran, malaikat adalah makhluk-makhluk yang saleh, misalnya ayat ke-49 Surah An Nahl dan ayat ke-6 Surah At Tahrim, meskipun tidak ada ayat yang menandaskan bahwa para malaikat kebal terhadap dosa.<ref name="ReferenceZ">{{harvnb|Hoffman|2012|p=189}}</ref> Salah seorang penentang pertama gagasan malaikat jatuh adalah [[Hasan al-Bashri|Hasan Albasri]] (642–728), [[asketisme|zahid Muslim]] yang berpengaruh. Ia menjadikan ayat-ayat Alquran yang menandaskan kesalehan para malaikat sebagai dalil pendukung doktrin infalibilitas para malaikat, sekaligus menafsir ulang ayat-ayat yang menyiratkan keberadaan malaikat-malaikat jatuh. Oleh karena itu, ia membaca kata ''mala'ikah'' (malaikat) yang digunakan sebagai sebutan untuk [[Harut dan Marut]] di dalam ayat ke-102 Surah Al Baqarah, menjadi ''malikayni ''(dua raja) bukannya ''malakayni'' (dua malaikat). Dengan demikian, Hasan Albasri menyifatkan Harut dan Marut sebagai manusia-manusia biasa. Ia juga menganjurkan keyakinan bahwa [[Iblis]] tergolong bangsa [[jin]], bukan mantan malaikat.{{sfn|Badawi|Haleem|2008|p=864}} Tingkat falibilitas yang pasti dari para malaikat pun tidak jelas, bahkan di kalangan para ulama yang menerima gagasan malaikat jatuh. Menurut salah satu pendapat yang umum, impekabilitas hanya berlaku pada malaikat-malaikat yang diutus, atau selama mereka tetap menjadi malaikat.{{sfn|Teuma|1980|p=15–16}}
Baris 67:
 
=== Kekristenan Mula-Mula ===
Selama periode sebelum berkembangnya agama Kristen, hubungan seksual antara para [[Penjaga (malaikat)|Penjaga]] dan wanita manusia sering dilihat sebagai kejatuhan pertama para malaikat.<ref>{{harvnb|Boyd|19972014|p=138}}</ref> Kekristenan menerima tulisan-tulisan Henokh setidaknya sampai abad ketiga.<ref name="Patricia Crone page 4" /> Banyak [[Bapa Gereja]] seperti [[Ireneus|Irenaeus]], [[Yustinus Martir]], [[Klemens dari Aleksandria]], dan [[Lactantius]]<ref name="Reed 2005 14, 15">{{harvnb|Reed|2005|pp=14, 15}}</ref>{{sfn|Reed|2005|pp=149}} menerima hubungan antara mitos turunnya malaikat dengan anak-anak Allah dalam {{Alkitab|Kejadian 6:1-4}}.<ref name="Reed 2005 14, 15" /> Akan tetapi, beberapa [[Asketisme|asketis]], seperti [[Origenes]] (sekitar tahun 184 - 253),{{sfn|Bradnick|2017|p=30}} menolak penafsiran tersebut. Menurut para Bapa Gereja yang menolak doktrin Origenes, para malaikat ini bersalah karena telah melampaui batas-batas natur mereka dan ingin meninggalkan kediaman surgawi mereka untuk mengalami pengalaman sensual.{{sfn|Reed|2005|pp=163}} Irenaeus menyebutkan para malaikat yang jatuh sebagai yang murtad, yang akan dihukum dengan api yang kekal. [[Yustinus Martir]] (sekitar tahun 100 - 165) mengidentifikasi [[Paganisme|dewa-dewa kafir]] sebagai malaikat yang jatuh atau keturunan iblis yang menyamar. Yustinus juga menganggap mereka bertanggung jawab atas penganiayaan terhadap orang Kristen selama abad-abad pertama.{{sfn|Reed|2005|pp=62}} [[Tertulianus]] dan Origenes juga menyebut malaikat-malaikat yang jatuh sebagai guru-guru [[astrologi]].<ref>{{harvnb|Hegedus|2007|p=127}}</ref>
 
Origen mungkin adalah yang pertama kali mengidentifikasikan raja [[Babilonia|Babel]], yang digambarkan sebagai "bintang timur" yang jatuh dalam {{Alkitab|Yesaya 14:1-17}}, sebagai malaikat yang jatuh.<ref>{{harvnb|Russell|1987|p=130}}</ref>{{sfn|Almond|2016|p=42}} Gambaran ini ditafsirkan secara [[Tipologi (teologi)|tipologis]] sebagai baik malaikat maupun raja manusia. Dengan demikian, gambaran bintang timur atau malaikat yang jatuh digunakan untuk menggambarkan Iblis oleh para penulis Kristen mula-mula,<ref>{{harvnb|Charlesworth|2010|p=149}}</ref><ref>{{harvnb|Schwartz|2004|p=108}}</ref> mengikuti persamaan [[Lucifer]] dengan Iblis pada abad pra-Kristen.<ref>{{cite web|url=http://jewishencyclopedia.com/articles/10177-lucifer |title=Lucifer |publisher=Jewish Encyclopedia |access-date=2014-03-11}}</ref>
Baris 75:
[[File:Innichen Pfarrkirche St.Michael 3 - Deckenfresco Engelssturz.jpg|thumb|Fresco menggambarkan kejatuhan malaikat yang memberontak (1760), oleh Christoph Anton Mayr. Gereja Paroki St. Michael, Innichen, [[Tyrol|Tyrol Selatan]]]]
 
Tema mengenai malaikat jatuh dibahas dalam sejumlah [[katekismus]], termasuk katekismus Uskup [[George Hay]] yang menjawab pertanyaan "Dosa apa yang menyebabkan mereka jatuh?": "Dosa itu adalah kecongkakan, yang muncul dari keindahan dan anugerah agung yang telah Allah anugerahkan kepada mereka. Karena melihat diri mereka sendiri sebagai makhluk yang begitu mulia, mereka jatuh cinta pada diri mereka sendiri, dan, melupakan Allah yang menciptakan mereka, ingin menjadi setara dengan Pencipta mereka." Akibat dari kejatuhan ini adalah, "mereka segera kehilangan semua anugerah supranatural dan keindahan surgawi mereka: mereka diubah dari malaikat yang mulia menjadi iblis yang mengerikan; mereka diusir dari surga, dan dihukum ke dalam siksaan neraka, yang telah dipersiapkan untuk mereka."<ref>{{cite book|chapter=[[s:Works of the Right Rev. Bishop Hay of Edinburgh/Volume 1/Chapter 4|Chapter 4: On The Creation And Fall Of The Angels]]|title=Works of the Right Rev. Bishop Hay of Edinburgh|year=1871|publisher=William Blackwood and Sons|first=Rev. George|last=Hay|author-link=George Hay (bishopuskup)}}</ref>
 
Dalam hal sejarah, teologi malaikat jatuh diperkirakan berakar pada [[Kitab Henokh (disambiguasi)|literatur Henokh]], yang mulai ditolak oleh orang Kristen pada abad ketiga. Anak-anak Allah kemudian diidentikkan hanya dengan orang-orang saleh, lebih tepatnya dengan keturunan Set yang telah digoda oleh wanita-wanita keturunan Kain. Penyebab kejahatan digeser dari kekuatan superior malaikat, ke manusia itu sendiri, dan ke awal sejarah: pengusiran Setan dan para malaikatnya di satu sisi dan dosa asal manusia di sisi lain.<ref name="Patricia Crone page 4">{{harvnb|Crone|2016|p=4}}</ref><ref>{{harvnb|Reed|2005|p=218}}</ref> Namun, Kitab Para Penjaga, yang mengidentifikasikan anak-anak Allah sebagai malaikat jatuh, tidak ditolak oleh orang [[Kekristenan Suriah|Kristen Syria]] atau [[Gereja Tewahedo Ortodoks Etiopia]].<ref name="Patricia Crone page 5">{{harvnb|Crone|2016|p=5}}</ref> Karya [[Agustinus dari Hippo]], [[de Civitate Dei]] (abad ke-5), menjadi pendapat utama [[demonologi]] Barat dan [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]].<ref name="ReferenceC">{{harvnb|Bradnick|2017|p=39}}</ref> Dia menolak tulisan-tulisan Henokh dan menyatakan bahwa satu-satunya asal mula malaikat yang jatuh adalah pemberontakan Setan.<ref name="Heinz Schreckenberg 1992">{{harvnb|Schreckenberg|Schubert|1992|p=253}}</ref><ref name="ReferenceD">{{harvnb|Bradnick|2017|p=42}}</ref> Akibatnya, malaikat yang jatuh disamakan dengan setan dan digambarkan sebagai entitas spiritual non-seksual.<ref name="ReferenceE">{{harvnb|Raymond|2010|p=77}}</ref> Sifat persis dari tubuh spiritual mereka menjadi topik perdebatan selama [[Abad Pertengahan]].<ref name="ReferenceC"/> Agustinus mendasarkan deskripsinya tentang setan pada persepsinya tentang [[Daimon]] Yunani.<ref name="ReferenceC"/> Daimon dianggap sebagai makhluk spiritual, yang terdiri dari materi halus, sebuah gagasan yang juga digunakan untuk malaikat yang jatuh oleh Agustinus.<ref name="ReferenceF">{{harvnb|Bradnick|2017|p=40}}</ref> Namun, para malaikat ini menerima tubuh halus mereka hanya setelah kejatuhan mereka.<ref name="ReferenceF" /> Para sarjana di kemudian hari mencoba menjelaskan rincian sifat spiritual mereka, dengan menyatakan bahwa tubuh halus itu merupakan campuran api dan udara, tetapi mereka masih terdiri dari unsur-unsur material. Yang lain menyangkal adanya hubungan fisik dengan unsur-unsur material, menggambarkan malaikat yang jatuh sebagai entitas spiritual murni.<ref>{{harvnb|Bradnick|2017|p=49}}</ref> Tetapi bahkan mereka yang percaya bahwa malaikat yang jatuh memiliki tubuh halus tidak percaya bahwa mereka dapat menghasilkan keturunan.<ref>{{harvnb|Russell|1987|p=210}}</ref><ref>{{harvnb|Bradnick|2017|p=45}}</ref>
 
[[Agustinus]], dalam karyanya [[de Civitate Dei]] menggambarkan dua kota (Civitates) yang berbeda dan berlawanan satu sama lain seperti terang dan kegelapan.<ref name="ReferenceG">{{harvnb|Horn|20101997|p=158}}</ref> Kota duniawi disebabkan oleh tindakan pemberontakan para malaikat yang jatuh dan dihuni oleh orang-orang jahat dan setan (malaikat yang jatuh) yang dipimpin oleh Iblis. Di sisi lain, kota surgawi dihuni oleh orang-orang benar dan para malaikat yang dipimpin oleh Tuhan.<ref name="ReferenceG" /> Meskipun, pembagian [[Ontologi|ontologisnya]] ke dalam dua kerajaan yang berbeda menunjukkan kemiripan dengan dualisme [[Maniisme|Manichean]], Agustinus berbeda dalam hal asal-usul dan kuasa kejahatan. Dalam karya-karya Agustinus, kejahatan berasal dari [[kehendak bebas]]. Agustinus selalu menekankan [[kedaulatan Allah]] atas para malaikat jatuh.{{sfn|Forsyth|2020|p=405}} Oleh karena itu, penduduk kota duniawi hanya dapat beroperasi dalam kerangka kerja yang diberikan Tuhan.<ref name="ReferenceD" /> Pemberontakan para malaikat juga merupakan akibat dari [[Kehendak bebas|kebebasan memilih]] yang diberikan Tuhan. Malaikat yang taat diberikan anugerah, yang memberi mereka pemahaman yang lebih dalam tentang sifat Allah dan tatanan dunia. Diterangi oleh anugerah yang Tuhan berikan, mereka menjadi tidak mampu merasakan keinginan untuk berbuat dosa. Akan tetapi, malaikat-malaikat lain tidak diberkati dengan anugerah itu, sehingga mereka tetap mampu berbuat dosa. Setelah para malaikat ini memutuskan untuk berbuat dosa, mereka jatuh dari surga dan menjadi setan.<ref>{{harvnb|Russell|1987|p=211}}</ref> Dalam pandangan Agustinus tentang malaikat, mereka tidak dapat bersalah karena keinginan daging karena mereka tidak memiliki daging, tetapi mereka dapat bersalah karena dosa-dosa yang berakar pada roh dan akal budi seperti [[kesombongan]] dan [[Iri|iri hati]].<ref>{{harvnb|Bradnick|2017|p=47}}</ref> Akan tetapi, setelah mereka mengambil keputusan untuk memberontak kepada Allah, mereka tidak dapat berbalik.<ref>{{harvnb|Raymond|2010|p=72}}</ref><ref>{{harvnb|Bradnick|2017|p=44}}</ref> [[Katekismus Gereja Katolik]] tidak mengartikan "kejatuhan para malaikat" secara harfiah, tetapi sebagai penolakan yang radikal dan tidak dapat dibatalkan terhadap Allah dan pemerintahan-Nya oleh beberapa malaikat yang, meskipun diciptakan sebagai makhluk yang baik, dengan bebas memilih yang jahat, dosa mereka tidak dapat diampuni karena karakter yang tidak dapat dibatalkan dari pilihan mereka, bukan karena cacat dalam belas kasihan ilahi yang tak terbatas.<ref>{{cite web|url=https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1C.HTM |title=Catechism of the Catholic Church, "The Fall of the Angels" (391–395) |publisher=Vatican.va |access-date=2012-07-03 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20120904224955/https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P1C.HTM |archive-date=2012-09-04 }}</ref>
 
=== Gereja Ortodoks ===
Baris 97:
[[File:Adam honored.jpg|thumb|upright|left|Penggambaran [[Iblis]], muka hitam dan tanpa rambut (bagian atas-kanan gambar). Ia menolak untuk menyembah bersama malaikat lain]]
 
Konsep malaikat jatuh diperdebatkan dalam Islam.{{sfn|Welch|1980|p=756}} Penentangan terhadap kemungkinan adanya malaikat yang berbuat salah dapat dilihat sejak [[Hasan al-Bashri]].{{efn|"Tidak ada kesepakatan di antara para ulama mengenai ketidakberdosaan para malaikat. Mayoritas, tentu saja, berpendapat bahwa mereka tidak berdosa. Mereka mulai dari Al-Quran dan merujuk pada ayat-ayat tertentu yang berbicara tentang hal itu, seperti (66: 6 dan (21:20). Hasan dianggap sebagai salah satu perwakilan pertama dari doktrin ini, tetapi ia jelas terlihat selangkah lebih maju daripada orang-orang sezamannya: ia tidak puas dengan ayat-ayat yang mendukungnya, tetapi mencoba menafsirkan ulang ayat-ayat yang menentangnya secara berbeda." "In der Frage nach der Sündlosigkeit der Engel herrscht keine Einstimmigkeit unter den Gelehrten. Die Mehrheit vertritt freilich, die Ansicht, dass sie sündlos sind. Sie geht vom Koran aus und beruft sich auf einzelne Verse, die dafür sprechen, wie zum Beispiel (66:6 und (21:20). Zu ihnen wird Hasan als einer der ersten Vertreter dieser Lehre gezählt. Er scheint aber offentsichtlich noch einen Schritt weiter mit dieser Frage gekommen zu sein als seine Zeitgenossen. Er begnüngte sich nicht mit den Versen, die dafür sprechen, sondern versuchte, auch die Verse, die gerade dagegen sprechen, anders zu interpretieren."{{sfn|Hamdan|2006|p=291–292}}}} Di sisi lain, [[Abu Hanifah]] (wafat tahun 767 M), pendiri mazhab Hanafi, membedakan malaikat yang taat, malaikat yang tidak taat, dan malaikat kafir, yang juga berbeda dari [[jin]] dan setan.{{sfn|Khan|Iqbal|2005|p=153}} [[Al-Taftazani]] (1322 M -1390 M) berpendapat bahwa malaikat bisa saja tergelincir ke dalam kesalahan dan ditegur, seperti [[Harut dan Marut]], tetapi tidak bisa menjadi kafir, seperti Iblis.<ref>Austin P. {{sfn|Evans ''A commentary on the Creed of Islam'' Translated by Earl Edgar Elder Columbia University Press, New York |1980 isbn 8369-9259-8 |p. =135</ref>}} Para cendekiawan Muslim kontemporer berpendapat bahwa bahkan jika malaikat jatuh dipertimbangkan, mereka secara konseptual berbeda dengan malaikat yang jatuh dalam Kekristenan, karena mereka tetap melayani Tuhan dan tidak menjadi musuh Tuhan.<ref>Serdar, Murat. "Hıristiyanlık ve İslâm’da Meleklerin Varlık ve Kısımları." Bilimname 2009.2 (2009).
</ref>
 
[[File:FallenAngelsHarutandMarut.jpg|thumb|upright|Malaikat [[Harut dan Marut]] dihukum dengan cara digantung di atas sumur, tanpa rambut dan sayap (sekitar 1703)]]
[[Al-Qur'an|Al-Quran]] menyebutkan kejatuhan [[Iblis]] dalam beberapa [[Surah]]. [[Surah al-Anbiya'|Surah Al-Anbiya]] menyatakan bahwa malaikat yang mengklaim kehormatan Ilahi akan dihukum dengan neraka.<ref>T.C. t.c Istanbul Bilimler Enstitütüsü Sosyal Bilimler Enstitüsü Temel Islam bilimeri Anabilim dali yüksek Lisans Tezi Imam Maturidi'nin Te'vilatu'l-Kur'an'da gaybi Konulara Yaklasimi Elif Erdogan 2501171277 Danisman Prof. Dr. Yaşar Düzenli İstanbul 202</ref> Selanjutnya, Surah 2:102 menyiratkan bahwa sepasang malaikat yang jatuh memperkenalkan sihir kepada manusia. Namun, sepasang malaikat ini tidak menemani Iblis. Malaikat jatuh bekerja dengan cara yang sama sekali berbeda dalam Al-Quran dan [[Tafsir]].{{sfn|El-Zein|1995|p=232}} Menurut kitab [[Ismailiyah|Ismaili]] [[Umm al-Kitab (kitab Ismaili)|Umm al-Kitab]], [[Azazil]] membanggakan dirinya lebih unggul daripada Tuhan sehingga ia dibuang ke langit yang lebih rendah dan berakhir di bumi.<ref name="ReferenceA">{{harvnb|Auffarth|Stuckenbruck|2003|p=161}}</ref> Iblis sering digambarkan dirantai di lubang neraka yang paling dalam ([[Sijjin]]) oleh berbagai ulama, termasuk [[Fakhr al-Din al-Razi]] (1150-1210).<ref>Syria in Crusader Times: Conflict and Co-Existence.&nbsp;(2020).&nbsp;Vereinigtes Königreich:&nbsp;Edinburgh University Press.</ref> dan, menurutMenurut [[Al-Tha'alibi]] (961-1038), [[Qisas Al-Anbiya]], memerintahkan pasukannya yang terdiri atas para malaikat pemberontak (shayāṭīn) dan jin yang paling ganas ([[ifrit]]) dari sana.<ref>Robert Lebling ''Legends of the Fire Spirits: Jinn and Genies from Arabia to Zanzibar'' I.B.Tauris 2010 {{ISBNsfn|978-0-857-73063-3Lebling|2014|p=30}} p. 30</ref> Dalam sebuah riwayat [[Syiah]] dari [[Ja'far al-Shadiq]] (700 atau 702-765), [[Idris]] ([[Henokh (leluhur Nuh)|Henokh]]) bertemu dengan seorang malaikat, yang kemudian ditimpa murka Allah, dan sayap serta rambutnya dipotong. Setelah Idris berdoa untuknya kepada Allah, sayap dan rambutnya dipulihkan. Sebagai gantinya, mereka berteman dan atas permintaannya, malaikat tersebut membawa Idris ke surga untuk bertemu dengan malaikat maut..<ref>Muham Sakura Dragon ''The Great Tale of Prophet Enoch (Idris) In Islam'' Sakura Dragon SPC {{ISBN|978-1519952370}}</ref> Dalam tradisi Syiah, kerub yang disebut Futrus diusir dari surga dan jatuh ke bumi dalam bentuk seekor ular.<ref>Kohlberg, E. (2020). In Praise of the Few. Studies in Shiʿi Thought and History</ref>
 
Beberapa cendekiawan non-Muslim belakangan berpendapat bahwa [[Uzair]], yang menurut Surah 9:30 disebut sebagai anak Allah oleh orang Yahudi, pada awalnya merujuk pada malaikat yang jatuh.{{sfn|Wasserstrom|1995|p=183}} Meskipun para penafsir hampir seluruhnya sepakat untuk mengidentifikasikan Uzair sebagai [[Ezra]],{{efn|Meski demikian, sebuah riwayat yang dikaitkan dengan [[Ibnu Hazm]] menyatakan bahwa malaikat [[Sandalphon]] menyalahkan orang-orang Yahudi karena memuja Metatron sebagai "anak Tuhan" "10 hari setiap tahun".{{sfn|Lazarus-Yafeh|2004|p=32}}}} tidak ada bukti sejarah bahwa orang Yahudi menyebutnya sebagai anak Allah. Dengan demikian, Al-Quran mungkin merujuk bukan kepada Ezra duniawi, tetapi kepada Ezra surgawi, mengidentifikasikannya dengan Henokh surgawi, yang kemudian diidentifikasikan dengan [[Metatron|malaikat Metatron]] (yang juga disebut YHWH yang lebih rendah) dalam [[Mistisisme Merkabah|mistik merkabah]].{{sfn|Crone|2016|p=16}}
 
=== Iblis ===
Al-Quran berulang kali menceritakan tentang kejatuhan Iblis. Menurut Al-Quran 2:30, para malaikat keberatan dengan niat Allah untuk menciptakan manusia, karena mereka akan menyebabkan kerusakan dan pertumpahan darah,<ref name="ReferenceH">Alberdina {{sfn|Houtman, Tamar |Kadari, Marcel |Poorthuis, Vered |Tohar ''Religious Stories in Transformation: Conflict, Revision and Reception'' Brill |2016 {{ISBN|978-9-004-33481-6p=66}} p. 66</ref> sesuai dengan kisah dalam [[Kitab Henokh]] dan [[Kitab Yobel]]. Hal ini terjadi setelah para malaikat mengamati manusia yang melakukan ketidakbenaran.<ref>Alberdina {{sfn|Houtman, Tamar |Kadari, Marcel |Poorthuis, Vered |Tohar ''Religious Stories in Transformation: Conflict, Revision and Reception'' Brill |2016 {{ISBN|978-9-004-33481-6p=70}} p. 70</ref> Namun, setelah Allah memperlihatkan keunggulan pengetahuan [[Adam]] dibandingkan dengan para malaikat, Dia memerintahkan mereka untuk bersujud. Hanya Iblis yang menolak untuk mengikuti perintah tersebut. Ketika Allah menanyakan alasan di balik penolakan Iblis, dia membanggakan dirinya lebih unggul dari Adam, karena dia terbuat dari api. Kemudian Allah mengusirnya dari surga. {{sfn|Waardenburg|2008|p=38}}
 
Pada [[Makiyah|periode Makiyah]] awal, Iblis muncul sebagai malaikat yang direndahkan.<ref>Jacques Waardenburg ''Islam: Historical, Social, and Political Perspectives'' Walter de Gruyter, 2008 {{ISBNsfn|978-3-110-20094-2Waardenburg|2008|p=38}} p. 38</ref> Namun karena ia disebut sebagai jin dalam Surah 18:50, beberapa ulama berpendapat bahwa Iblis sebenarnya bukanlah malaikat, melainkan sebuah entitas yang terpisah, dengan menyatakan bahwa ia hanya diperbolehkan bergabung dengan para malaikat sebagai hadiah atas kesalehan sebelumnya. Oleh karena itu, mereka menolak konsep malaikat yang jatuh dan menekankan kemuliaan malaikat dengan mengutip ayat-ayat Al-Quran tertentu seperti 66:6 dan 16:49, yang membedakan antara malaikat yang sempurna dan jin yang dapat berbuat dosa. Namun, pengertian jinni tidak dapat secara jelas mengecualikan Iblis sebagai malaikat.<ref>Mustafa {{sfn|Öztürk ''The Tragic Story of Iblis (Satan) in the Qur'an'' Journal of Islamic Research, |2009|p. =136</ref>}} Menurut [[Abdullah bin Abbas|Ibnu Abbas]], malaikat yang menjaga [[jinan]] (surga) disebut Jinni, seperti halnya manusia yang berasal dari [[Makkah|Mekah]] disebut Makki, tetapi mereka tidak terkait dengan ras jin.<ref>Al{{sfn|al-Tabari J. |Madelung|Cooper W.F. Madelung and A. |Jones ''The commentary on the Quran by Abu Jafar Muhammad B. Jarir al-Tabari being an abbridged translation of Jamil' al-bayan 'an ta'wil ay al-Qur'an'' Oxford University Press Hakim Investment Holdings |1987|p. =239</ref><ref>Mahmoud M. Ayoub ''Qur'an and Its Interpreters, The, Volume 1, Band 1'' SUNY Press }}{{ISBNsfn|978-0791495469Ayoub|1984|p=75}} p. 75</ref> Para ulama lain menyatakan bahwa jin adalah segala sesuatu yang tersembunyi dari pandangan manusia, baik malaikat maupun makhluk tak kasat mata lainnya, dengan demikian memasukkan Iblis ke dalam kelompok malaikat. {{sfn|Houtman|Kadari|Poorthuis|Tohar|2016|p=71}}
 
Dalam Surah 15:36, Allah mengabulkan permintaan Iblis untuk membuktikan ketidaklayakan manusia. Surah 38:82 juga menegaskan bahwa intrik Iblis untuk menyesatkan manusia diizinkan oleh kuasa Allah.<ref name="ReferenceI">Alberdina {{sfn|Houtman, Tamar |Kadari, Marcel |Poorthuis, Vered |Tohar ''Religious Stories in Transformation: Conflict, Revision and Reception'' Brill |2016 {{ISBN|978-9-004-33481-6p=71}} p. 71</ref> Namun, seperti yang disebutkan dalam Surah 17:65, upaya Iblis untuk menyesatkan hamba-hamba Allah ditakdirkan untuk gagal.<ref name{{sfn|Houtman|Kadari|Poorthuis|Tohar|2016|p="ReferenceI" />71}} Kisah Iblis dalam Al-Quran sejajar dengan kisah malaikat jahat lainnya dalam Kitab Yobel yang terdahulu: Seperti Iblis, [[Mastema]] meminta izin Tuhan untuk menggoda manusia, dan keduanya memiliki kekuatan yang terbatas, yaitu tidak dapat menipu hamba-hamba Tuhan.<ref>Alberdina {{sfn|Houtman, Tamar |Kadari, Marcel |Poorthuis, Vered |Tohar ''Religious Stories in Transformation: Conflict, Revision and Reception'' Brill |2016 {{ISBN|978-9-004-33481-6p=72}} p. 72</ref> Namun, motif ketidaktaatan Iblis tidak berasal dari mitologi Penjaga, tetapi dapat ditelusuri kembali ke [[Gua Harta Karun]], sebuah karya yang mungkin menjadi penjelasan standar dalam agama [[Kekristenan proto-ortodoks|Kristen Proto-Ortodoks]] tentang kejatuhan Iblis sebagai malaikat<ref name.{{sfn|Houtman|Kadari|Poorthuis|Tohar|2016|p="ReferenceH" />66}} Menurut penjelasan ini, Iblis menolak untuk bersujud di hadapan Adam, karena dia adalah "api dan roh" dan karenanya Iblis diusir dari surga.<ref>Paul {{sfn|Houtman|Kadari|Poorthuis|Tohar|2016|p=66}}{{sfn|van Geest, Marcel |Poorthuis, Els |Rose ''Sanctifying Texts, Transforming Rituals: Encounters in Liturgical Studies'' Brill |Rouwhorst|2017 {{ISBN|978-9-004-34708-3p=83}} p. 83</ref><ref name="ReferenceH" /> Tidak seperti pendapat mayoritas dalam agama Kristen, gagasan bahwa Iblis mencoba merebut tahta Tuhan adalah hal yang asing dalam Islam dan tidak terpikirkan oleh Islam yang menganut [[monoteisme]] yang ketat.<ref>Amira {{sfn|El-Zein ''Islam, Arabs, and Intelligent World of the Jinn'' Syracuse University Press 2009 {{ISBN|978-08156507062007|p=45}} p. 45</ref>
 
=== Harut dan Marut ===
[[Harut dan Marut]] adalah sepasang malaikat yang disebutkan dalam Surah 2:102 yang mengajarkan sihir. Meskipun alasan di balik keberadaan mereka di bumi tidak disebutkan dalam Al-Quran, narasi berikut ini telah dikanonisasi dalam tradisi Islam.<ref>Stephen Burge ''Angels in Islam: Jalal al-Din al-Suyuti's al-Haba'ik fi akhbar al-mala'ik'' Routledge 2015 {{ISBNsfn|978-1136504747Burge|2015|p=8}} p. 8</ref> [[Tafsir Al-Qur'an|Penafsir Al-Quran]], [[Tabari|Thabari]], mengaitkan kisah ini dengan [[Ibnu Masud]] dan [[Ibnu Abbas]]<ref>Amira {{sfn|El-Zein ''Islam, Arabs, and the Intelligent World of the Jinn'' Syracuse University Press |2009 {{ISBN|978-0815650706p=40}} p. 40</ref>, dan juga didukung oleh [[Ahmad bin Hanbal]].<ref>Reynolds, Gabriel Said, “Angels”, in: Encyclopaedia of Islam, THREE, Edited by: Kate Fleet, Gudrun Krämer, Denis Matringe, John Nawas, Everett Rowson. Consulted online on 16 October 2019 <http://dx.doi.org/10.1163/1573-3912_ei3_COM_23204> Erste Online-Erscheinung: 2009 Erste Druckedition: {{ISBNsfn|978-9004181304Reynolds|2009}}, 2009, 2009-3</ref> Secara ringkas, para malaikat mengeluhkan perilaku buruk manusia dan mengajukan permohonan untuk membinasakan mereka. Oleh karena itu, Allah memberikan sebuah ujian untuk menentukan apakah para malaikat akan berbuat lebih baik atau tidak dalam jangka waktu yang lama. Para malaikat diberikan dorongan yang mirip dengan manusia, dan setan berkuasa atas mereka. Para malaikat memilih dua (atau dalam beberapa kisah tiga) di antara mereka sendiri. Namun, di Bumi, para malaikat ini menghibur dan bertindak berdasarkan hasrat seksual dan menjadi berdosa karena penyembahan berhala, di mana mereka bahkan membunuh saksi atas tindakan mereka yang tidak bersalah. Karena perbuatan mereka, mereka tidak diizinkan untuk naik ke surga lagi.<ref>Hussein {{sfn|Abdul-Raof ''Theological Approaches to Qur'anic Exegesis: A Practical Comparative-Contrastive Analysis'' Routledge |2012 {{ISBN|978-1-136-45991-7p=155}} p. 155</ref>
 
Mungkin nama Harut dan Marut berasal dari agama [[Zoroastrianisme|Zoroaster]] dan berasal dari dua orang Amesha yang bernama Haurvatat dan Ameretat.<ref>Patricia {{sfn|Crone. The Book of Watchers in the Qurān, |2016|p. =10</ref>}} Meskipun Al-Quran memberikan nama-nama Iran kepada para malaikat yang telah jatuh itu, para mufassir mengenalinya sebagai nama-nama yang diambil dari [[Kitab Para Penjaga]]. Sejalan dengan [[3 Henokh]], [[al-Kalbi]] (737 M - 819 M) menamai tiga malaikat yang turun ke bumi, dan dia bahkan memberi mereka nama-nama seperti dalam Kitab Henokh. Dia menjelaskan bahwa salah satu dari mereka kembali ke surga dan dua lainnya berganti nama menjadi Harut dan Marut.<ref>Patricia {{sfn|Crone. The Book of Watchers in the Qurān, pp. |2016|p=10–11</ref>}} Namun, seperti dalam kisah Iblis, kisah Harut dan Marut tidak mengandung jejak pemberontakan malaikat. Sebaliknya, kisah-kisah tentang malaikat yang jatuh berkaitan dengan persaingan antara manusia dan malaikat.<ref>Patricia {{sfn|Crone. The Book of Watchers in the Qurān, |2016|p. =11</ref>}} Seperti yang ditegaskan dalam Al-Quran, Harut dan Marut diutus oleh Allah dan, tidak seperti para [[Penjaga (malaikat)|Penjaga]], mereka hanya mengajari manusia sihir atas seizin Allah<ref>Annette Yoshiko {{sfn|Reed ''Fallen Angels and the Afterlives of Enochic Traditions in Early Islam'' University of Pennsylvania |2015 |p. =6</ref>}} seperti halnya Iblis yang hanya dapat menggoda manusia atas seizin Allah.<ref>Alberdina {{sfn|Houtman, Tamar |Kadari, Marcel |Poorthuis, Vered |Tohar ''Religious Stories in Transformation: Conflict, Revision and Reception'' Brill |2016 {{ISBN|978-9-004-33481-6p=78}} p. 78</ref>
 
== Karya Sastrasastra ==
[[File:Paradise_Lost_12.jpg|thumb|[[Lucifer]] diusir dari [[surga]], menggambarkan "Kejatuhan Lucifer". Ilustrasi oleh [[Gustave Doré]] untuk karya [[John Milton]], ''[[Paradise Lost]]'' (1866)]]
Dalam [[Komedi Ketuhanan|''La Divina Commedia'']] (1308-1320) karya [[Dante Alighieri]], para malaikat yang jatuh menjaga Kota Dis yang mengelilingi lingkaran neraka yang lebih rendah. Mereka menandai sebuah transisi: Sementara di lingkaran-lingkaran sebelumnya para pendosa dihukum karena dosa-dosa yang tidak dapat mereka hindari, berikutnya lingkaran neraka diisi oleh para pendosa yang memberontak terhadap Tuhan dengan sengaja, seperti malaikat jatuh atau bidat Kristen.{{sfn|Fowlie|1981|p=70}}
 
Dalam puisi epik abad ke-17 karya [[John Milton]], [[Paradise Lost|''Paradise Lost'']], malaikat yang taat dan malaikat yang jatuh memainkan peran penting. Mereka muncul sebagai individu yang rasional:{{sfn|Milner|20142017|loc=bab 5}} kepribadian mereka mirip dengan manusia.{{sfn|Ježik|2014|p=4}} Malaikat yang jatuh dinamai berdasarkan entitas dari mitologi Kristen dan Pagan, seperti [[Molokh]], [[Chemosh]], [[Dagon]], [[Belial]], [[Beelzebub|Beelzebul]], dan [[Iblis]] ([[Setan (Kristen)|Setan]]) sendiri.{{sfn|Ježik|2014|p=2}} Mengikuti kisah kanonik Kristen, Iblis meyakinkan para malaikat lain untuk hidup bebas dari hukum-hukum Tuhan, kemudian mereka diusir dari surga.{{sfn|Ježik|2014|p=4}} Puisi epik ini dimulai dengan malaikat jatuh di neraka. Penggambaran pertama tentang Tuhan dalam buku ini diberikan oleh para malaikat jatuh, yang menggambarkan-Nya sebagai seorang tiran yang patut dipertanyakan dan menyalahkan-Nya atas kejatuhan mereka.{{sfn|Myers|2012|p=54, 59}} Diusir dari surga, para malaikat jatuh membangun kerajaan mereka sendiri di kedalaman neraka, dengan ibu kota yang disebut [[Pandæmonium (Paradise Lost)|Pandæmonium]]. Tidak seperti kebanyakan representasi Kristen sebelumnya tentang neraka, neraka bukanlah tempat utama bagi Tuhan untuk menyiksa orang-orang berdosa, melainkan kerajaan para malaikat jatuh. Para malaikat jatuh bahkan membangun istana, bermain musik dan berdebat dengan bebas. Namun demikian, tanpa tuntunan ilahi, para malaikat jatuh itu sendiri yang mengubah neraka menjadi tempat penderitaan.{{sfn|Myers|2012|p=60}}
 
Konsep malaikat jatuh memainkan peran penting dalam berbagai puisi [[Alfred de Vigny]].{{sfn|Bamberger|2010|p=4}} Dalam ''Le Déluge'' (1823),{{sfn|Majewski|1989|p=157}} putra dari seorang malaikat dan seorang wanita belajar dari bintang-bintang tentang banjir besar. Dia mencari perlindungan dengan kekasihnya di [[Gunung Ararat]], berharap ayah malaikatnya akan menyelamatkan mereka. Namun karena dia tidak muncul, mereka terjebak oleh banjir. ''Éloa'' (1824) bercerita tentang seorang malaikat perempuan yang diciptakan oleh air mata Yesus. Dia mendengar tentang seorang malaikat laki-laki yang diusir dari surga, kemudian dia berusaha menghiburnya, tetapi malah mengalami kebinasaan.{{sfn|Bamberger|2010|p=4}}
Baris 160:
* {{cite book|last1=El-Zein|first1=Amira|title=Islam, Arabs, and the Intelligent World of the Jinn|date=2009|publisher=Syracuse University Press|location=Syracuse, New York|isbn=978-0-8156-5070-6|url=https://books.google.de/books?id=JjTctEZXHCQC|language=en|oclc=1027043707|ref={{sfnref|El-Zein|2009}}}}
* {{Cite thesis|last1=El-Zein|first1=Amira|title=The evolution of the concept of the Jinn from pre-Islam to Islam|type=PhD|date=1995|publisher=Đại học Georgetown|location=Washington, D.C.|url=https://de.scribd.com/doc/32732591/The-Evolution-of-the-Concept-of-the-Jinn|ref={{sfnref|El-Zein|1995}}}}
* {{cite book|first=Austin P.|last=Evans|title=A commentary on the Creed of Islam|publisher=Columbia University Press|location=New York|date=1980|ref={{sfnref|Evans|1980}}}}
* {{cite book|last1=Flinn|first1=Frank K.|title=Encyclopedia of Catholicism|date=2007|publisher=Infobase Publishing|location=New York|isbn=978-0-8160-7565-2|oclc=191044725|url=https://books.google.de/books?id=gxEONS0FFlsC|language=en|ref={{sfnref|Flinn|2007}}}}
* {{cite book|last1=Forsyth|first1=Neil|title=The Old Enemy: Satan and the Combat Myth|date=2020|publisher=Princeton University Press|location=Princeton|isbn=978-0-691-21460-3|oclc=1159167110|url=https://books.google.de/books?id=E9PgDwAAQBAJ|language=en|ref={{sfnref|Forsyth|2020}}}}
Baris 207 ⟶ 208:
*{{Cite magazine|last1=Silver|first1=Larry|title=Jheronimus Bosch and the Origins of Evil|journal=Journal of Historians of Netherlandish Art|date=30 Juni 2009|volume=1|issue=1|doi=10.5092/jhna.2009.1.1.5|url=https://jhna.org/articles/jheronimus-bosch-issue-of-origins/|language=en|ref={{sfnref|Silver|2009}}}}
* {{cite book|last1=Stewart|first1=Charles|title=Demons and the Devil: Moral Imagination in Modern Greek Culture|date=2016|publisher=Princeton University Press|isbn=978-1-4008-8439-1|oclc=1030351896|jstor=/j.ctt1dxg867|url=https://books.google.de/books?id=5QjfDAAAQBAJ|language=en|ref={{sfnref|Stewart|2016}}}}
* {{cite book|last1=Stuckenbruck|first1=Loren T.|last2=Boccaccini|first2=Gabriele|title=Enoch and the Synoptic Gospels: Reminiscences, Allusions, Intertextuality|date=2016|publisher=SBL Press|location=Atlanta, Georgia|isbn=978-0-88414-118-1|url=https://books.google.de/books?id=eeMPDQAAQBAJ|language=en|ref={{sfnref|Stuckenbruck|Boccaccini|2016}}}}
* {{cite book|last1=Stoyanov|first1=Yuri|title=The Other God: Dualist Religions from Antiquity to the Cathar Heresy|date=2000|publisher=Yale University Press|location=New Haven, CT; Luân Đôn|isbn=978-0-300-08253-1|page=1000829970|url=https://books.google.de/books?id=Bco_AQAAQBAJ|language=en|ref={{sfnref|Stoyanov|2000}}}}
* {{Cite magazine|last1=Suter|first1=David|title=Fallen Angel, Fallen Priest: The Problem of Family Purity in I Enoch 6-16|journal=Hebrew Union College annual|date=1979|volume=50|jstor=23503354|url=https://ixtheo.de/Record/1650130074|publisher=Hebrew Union College Press|language=en|issn=0360-9049|ref={{sfnref|Suter|1979}}}}
Baris 220 ⟶ 221:
 
== Bacaan tambahan ==
* {{cite book|last=Ashley|first=Leonard R.N.|author-link=Leonard R. N. Ashley|title=The complete book of devils and demons|url=https://archive.org/details/completebookofde0000ashl|publisher=[[Skyhorse Pub.]]|location=New York|isbn=978-1616083335|date=September 2011}}
 
== Pranala luar ==