Keutamaan Uskup Roma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(22 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Distinguish|Supremasi kepausan|Keutamaan Petrus|Papisme|Hierokrasi}}
[[File:Decretals of Pope Boniface VIII - zoomed on the illustration (cropped).jpg|thumb|266x266px|[[Paus Bonifasius VIII]] bersama paradewan kardinal, ilustrasi di dalam [[dekretale]] (Kumpulan Surat Keputusan Paus) edisidari abad ke-14]]
{{Primasi, supremasi, dan infalibitas paus|expanded=batrik}}
 
'''Keutamaan Uskup Roma''' atau '''keutamaan paus''' adalah doktrin [[eklesiologi]]s Gereja Katolik tentang sikap hormat dan patuh yang patut diberikan [[uskup]]-uskup lain maupun takhta-[[takhta keuskupan]] mereka kepada [[paus (Gereja Katolik)|paus]]. Doktrin ini diterima pada tataran mendasardasarnya oleh [[Gereja Katolik]] maupun [[Gereja Ortodoks Timur]], sekalipun kedua Gereja ituini tidak sependapat mengenai hakikat keutamaan tersebut.
 
Sarjana Inggris yang juga seorang imam Katolik, [[Aidan Nichols]], mengemukakan di dalam bukunya bahwa "sesungguhnya cuma ada satu perkara hakiki yang memisahkan Gereja Ortodoks Timur dari Gereja Katolik, yaitu perkara keutamaan" Uskup Roma.{{sfn|Nichols|2010|p=313}} Peneliti Ortodoks Timur Prancis, Jean-Claude Larchet, mengemukakan di dalam bukunya bahwa dengan adanya kontroversi ''[[Filioque]]'', perbedaan-perbedaan di dalam penafsiran doktrin ini sedari dulu hingga sekarang masih menjadi sebab utama [[Skisma Timur-Barat|skisma]] di antara Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Timur.{{sfn|Larchet|2006|p=188}} Bagi sebagian pihak di dalam Gereja Ortodoks Timur, keutamaan Uskup Roma hanyalah keutamaan dalam arti lebih terhormat selaku ''[[primus inter pares]]'' (orang yang dituakan di antara rekan-rekan sederajat) tanpa kuasa efektif atas Gereja-Gereja lain.{{sfn|Speciale|2011}} Meskipun demikan, teolog-[[Teologi Kristen Ortodoks Timur|teolog Kristen Ortodoks]] lainnya memandang keutamaan sebagai kuasa berkewenangan, yaitu ekspresi, manifestasi, dan realisasi kuasa semua uskup dan kesatuan Gereja di dalam diri satu orang uskup.{{sfn|Schmemann|1995|p=165}}
Perbedaan dalam memandang doktrin ini menjadi salah satu penyebab [[Skisma Timur–Barat|skisma]] antara Gereja Romawi Barat dan Gereja Romawi Timur;{{sfn|Larchet|2006|p=188}} di mana Gereja Romawi Timur memandang aspek keutamaan keuskupan Roma sebagai ''{{lang|la|[[primus inter pares]]}}'' (yang pertama di antara yang sederajat) tanpa disertai kekuasaan efektif atas gereja-gereja lain;{{sfn|Speciale|2011}} meski ada juga beberapa teolog Gereja Ortodoks yang memandang keutamaan keuskupan Roma sebagai kekuasaan otoritatif: pengungkapan, manifestasi, dan realisasi kekuasaan dari semua uskup dan dari kesatuan Gereja ke dalam diri seorang uskup.{{sfn|Schmemann|1995|p=165}} Sebaliknya, Gereja Romawi Barat memandang keutamaan Uskup Roma (Paus) sebagai memiliki "kuasa penuh, tertinggi, dan universal atas keseluruhan Gereja, suatu kuasa yang dapat selalu ia jalankan tanpa hambatan",{{refn|{{KGK|882}}|}} suatu kuasa yang juga diatribusikannya kepada [[Dewan Uskup|segenap badan para uskup]] yang bersatu dengan sang paus.{{refn|{{KGK|883}}|}} Kuasa yang diatribusikannya kepada otoritas [[Primat (uskup)|primasial]] sang paus terbatas dalam hal-hal resmi, hukum, dogmatis, dan praktis.{{sfn|Phan|2000|pp=486–488}}{{sfn|Conte|2006}}
 
Kepada keutamaan paus, Gereja Katolik menisbatkan "[[supremasi kepausan|kuasa penuh, tertinggi, dan semesta atas segenap Gereja]], kuasa yang senantiasa dapat ia jalankan tanpa kendala apa-apa,"<ref>{{Cite CCC|2.1|882}}</ref> kuasa yang juga dinisbatkan kepada [[Dewan uskup|para uskup secara keseluruhan]] dalam persatuan dengan Sri Paus.<ref>{{Cite CCC|2.1|883}}</ref> Kuasa yang dinisbatkan Gereja Katolik kepada wewenang keutamaan Sri Paus memiliki batasan-batasan yang resmi, sah, dogmatis, dan praktis.{{sfn|Phan|2000|pp=486–488}}
Dalam [[Dokumen Ravenna]], yang dikeluarkan pada tahun 2007, perwakilan-perwakilan dari Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik Roma bersama-sama menyatakan bahwa kedua belah pihak dari Timur dan Barat menerima kenyataan tentang keutamaan Uskup Roma pada tingkatan universal, kendati terdapat perbedaan-perbedaan pemahaman mengenai bagaimana keutamaan ini dipraktikkan serta mengenai dasar-dasar biblis dan teologisnya.{{sfn|Ravenna Document|2007|loc=nn. 43–44}}
 
DalamDi dalam [[Dokumen Ravenna]], yang dikeluarkan pada tahun 2007, perwakilanwakil-perwakilan dariwakil Gereja Ortodoks dan Gereja Katolik Roma bersama-sama menyatakan bahwa kedua belah pihak daribaik Timur danmaupun Barat menerima kenyataan tentang keutamaan Uskup Roma pada tingkatantataran universalsemesta, kendatitetapi terdapatada perbedaan-perbedaan pemahamanpaham mengenai bagaimana keutamaan initersebut dipraktikkandijalankan sertamaupun mengenai dasar-dasarlandasan biblisAlkitabiah dan teologisnya.{{sfn|Ravenna Document|2007|loc=nn. 43–44}}
== Lihat pula ==
{{colTOC limit|23}}
 
* [[Dogma Katolik Roma]]
== Dogma di Gereja Katolik Latin dan Gereja-Gereja Katolik Timur ==
* [[Dokumen Ravenna]]
[[Dogma dalam Gereja Katolik|Dogma Katolik]] tentang keutamaan Uskup Roma termaktub di dalam kitab-kitab [[hukum kanon Gereja Katolik)|hukum kanonik]] Gereja Katolik, baik [[Kitab Hukum Kanonik 1983|''Kitab Hukum Kanonik'']] tahun 1983 (CIC 1983) yang digunakan [[Gereja Latin]] maupun ''[[Kitab Hukum Kanonik Gereja-Gereja Timur]]'' tahun 1990 (CCEO) yang digunakan [[Gereja-Gereja Katolik Timur]]. [[Konstitusi apostolik|Konstitusi dogmatis]] ''[[Lumen gentium]]'' yang ditetapkan [[Konsili Vatikan II]] tahun 1964 menyatakan bahwa "kuasa keutamaan Sri Paus berdasarkan jabatannya adalah kuasa selaku [[Vikaris Kristus|Wakil Kristus]] dan gembala segenap Gereja," dan merupakan kuasa "penuh, tertinggi, dan semesta atas segenap Gereja" yang "senantiasa bebas ia jalankan."{{sfn|LG|loc=n. 22}}{{sfn|DH|loc=n. 4146}} Di dalam ''Catholic Dictionary'', [[John Hardon]] menjelaskan bahwa keutamaan Uskup Roma adalah "keutamaan yurisdiksi, yang berarti kepemilikan kuasa penuh dan tertinggi atas pengajaran, pengundang-undangan, dan keimaman di dalam Gereja Katolik, bukan semata-mata dalam urusan iman dan moral melainkan juga dalam urusan tata tertib Gereja dan penyelenggaraan Gereja."{{sfn|Hardon|2013|loc=Primacy}}
 
Berdasarkan kanon 331 CIC 1983, "Uskup Gereja Roma" adalah "Wakil Kristus" sekaligus "gembala Gereja semesta di muka bumi."{{sfn|CIC|1983|loc=[https://www.vatican.va/archive/ENG1104/__P16.HTM c. 331]}} Di dalam ''New commentary on the Code of Canon Law'', Knut Walf mencermati bahwa istilah "Uskup Gereja Roma" hanya terdapat di dalam kanon ini, sementara istilah yang umum dipakai di dalam CIC 1983 adalah ''Pontif Roma''.{{sfn|Walf|2000|p=431}} Di dalam ''Code of Canon Law Annotated'', Ernest Caparros dll. mengulas bahwa kanon ini berlaku atas semua orang pribadi maupun kelompok umat beriman di dalam Gereja Latin, dari semua ritus dan jenjang hierarki, "bukan hanya dalam urusan iman dan moral, melainkan juga dalam segala urusan yang berkaitan dengan tata tertib dan penyelenggaraan Gereja di seluruh dunia."{{sfn|Caparros et al.|1993|p=273}} Di dalam ''[[Enchiridion symbolorum, definitionum et declarationum de rebus fidei et morum|Enchiridion symbolorum]]'', [[Heinrich Joseph Dominicus Denzinger|Heinrich Denzinger]], Peter Hünermann, dll. menyatakan bahwa Kristus membentuk Gereja bukan sebagai beberapa komunitas berlainan,{{sfn|DH|loc=n. 3303}} melainkan sebagai komunitas-komunitas yang dipersatukan oleh [[komuni penuh|persekutuan paripurna]] dengan Uskup Roma dan melalui [[kredo|pernyataan iman yang sama]] dengan Uskup Roma.{{sfn|DH|loc=n. 3060}}
 
Uskup Roma adalah subyek wewenang tertinggi atas Gereja-Gereja Katolik Timur ''[[sui iuris]]''.{{sfn|CCEO|1990|loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_P17.HTM c. 43]}} Menurut kanon 45 CCEO, "berdasarkan jabatannya" Uskup Roma memiliki "kuasa atas segenap Gereja" dan "keutamaan kuasa biasa atas semua [[eparki]] dan pengelompokannya" di dalam tiap-tiap Gereja Katolik Timur. Melalui jabatan "gembala tertinggi Gereja," Uskup Roma bersekutu dengan uskup-uskup lain dan dengan segenap Gereja, serta memiliki hak untuk memutuskan apakah wewenang tersebut dijalankan secara pribadi atau secara kolegial.{{sfn|CCEO|1990|loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_P19.HTM c. 45]}} "Keutamaan atas segenap Gereja" ini mencakup keutamaan atas batrik-batrik dan uskup-uskup eparki Katolik Timur,{{sfn|CCEO|1990|loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_P2K.HTM kanon 92], [http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_P5S.HTM kanon 208]}} atas penyelenggaraan lembaga-[[lembaga hidup bakti]],{{sfnm|CIC|1983|1loc=[https://www.vatican.va/archive/ENG1104/__P1Y.HTM kanon 591]|CCEO|1990|2loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_PBG.HTM c. 412]}} dan atas urusan kehakiman.{{sfnm|CIC|1983|1loc=[https://www.vatican.va/archive/ENG1104/__P5B.HTM c. 1417]|CCEO|1990|2loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_P19.HTM kanon 45], [http://www.intratext.com/IXT/ENG1199/_PTF.HTM kanon 1059]}}
 
Keutamaan Uskup Roma juga termaktub di dalam kanon 218 sampai kanon 221 [[Kitab Hukum Kanonik 1917|''Kitab Hukum Kanonik'']] tahun 1917 (CIC 1917).{{sfnm|Bachofen|1918|Woywod|1948|2pp=98–99}}
 
== Pengembangan doktrin ==
{{Main|Sejarah keutamaan paus}}
Gereja Katolik menegakkan doktrin keutamaan paus berlandaskan keutamaan di antara [[para rasul]] yang dianugerahkan Yesus kepada Petrus, sebagaimana diriwayatkan di dalam nas {{Alkitab|Matius 16:16-19}}ː{{sfn|PA|loc=[http://www.intratext.com/IXT/ENG0063/_PE.HTM ch. 1]||p=}}
{{quote|Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.|author=|title=|source=}}
Demikian pula di dalam nas {{Alkitab|Yohanes 21:15-17}}:
{{quote|...Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.|author=|title=|source=}}
 
Sekalipun mengakui bahwa "Perjanjian Baru tidak memuat catatan eksplisit apa pun mengenai pewarisan kepemimpinan Petrus, dan pewarisan wewenang rasuli pada umumnya pun tidak benar-benar jelas,"{{sfn|ARCIC I|1981|loc=n. 6}} Gereja Katolik beranggapan bahwa doktrinnya memiliki [[perke doctrine|sejarah perkembangan]]nya, dan bahwa ajarannya tentang berbagai pokok bahasan semisal [[Tritunggal]], keilahian [[Kristus]], dan kemanunggalan dwikodrat Kristus di dalam satu pribadi, berkembang sebagai hasil ikhtiar mengulik konsekuensi-konsekuensi dari kebenaran terwahyu mula-mula yang pada awalnya tampak samar. "Berkat pertolongan Roh Kudus, pemahaman akan kenyataan-kenyataan maupun perkataan-perkataan warisan iman dapat bertumbuh di dalam kehidupan Gereja 'melalui perenungan dan kajian umat beriman yang menyelami perkara-perkara ini di dalam hati mereka', khususnya 'telaah teologis [yang] memperdalam pengetahuan akan kebenaran terwahyu.'"<ref>{{Cite CCC|2.1|94}}</ref>
 
Oleh karena itu, merupakan suatu kekeliruan jika berharap menemukan doktrin keutamaan paus yang sudah matang sempurna pada abad-abad pertama, sehingga gagal menginsafi kenyataan sejarah Gereja.{{sfn|Schatz|1996|pp=1–3}} Ketokohan paus selaku pemimpin Gereja sedunia berkembang seiring bergulirnya waktu, karena ketokohan uskup selaku pemimpin Gereja lokal tampaknya muncul sesudah zaman rasul-rasul.{{efn|"Tidaklah lebih muskil Santo Ignasius tidak bersurat perihal paus kepada orang-orang Yunani di Asia, ketimbang Santo Paulus tidak bersurat perihal uskup kepada jemaat di Korintus. [...] Tidak ada doktrin yang ditetapkan sebelum timbul pelanggaran terhadapnya."{{sfn|Newman|1888|p=151}}}}
 
Bilamana berwacana tentang doktrin keutamaan paus, Kardinal [[John Henry Newman]] mengemukakan pandangan bahwa Kitab Suci Kristen, yang tidak berisi jawaban-jawaban siap-pakai bagi pertanyaan-pertanyaan semisal ada tidaknya pengampunan bagi dosa-dosa pascabaptis, dan perlu tidaknya kanak-kanak dibaptis, sedikit demi sedikit menjadi lebih jelas seiring dengan terjadinya beragam peristiwa. Pemikirannya ia rangkum dengan kalimat berikut ini:
{{quote|[...] perkembangan-perkembangan agama Kristen dibuktikan sudah terbetik di dalam perenungan Sang Pujangga Ilahinya, oleh argumen yang paralel dengan argumen yang kita pakai untuk menyimpulkan adanya kecerdasan di dalam tatanan dunia jasmaniah. Dalam arti apapun juga, kebutuhan dan pemenuhannya adalah bukti adanya perencanaan dalam ciptaan kasatmata, jadi demikian pula celah-celah, jika boleh kita gunakan kata itu, yang muncul di dalam struktur syahadat asli Gereja, membersitkan kemungkinan bahwa perkembangan-perkembangan tersebut, yang tumbuh menyeruak dari kebenaran-kebenaran yang tergeletak di sekitar celah-celah itu, dimaksudkan sebagai tambalannya."{{sfn|Newman|1888|p=63|ps=, dikutip di dalam {{harvtxt|Misner|1976|p=72}} dari edisi karya tulis Newman yang berbeda.}}}}
 
Para penulis semisal [[Nikolay Afanásiev]] dan [[Alexander Schmemann]] telah mengemukakan di dalam buku mereka bahwa frasa "memimpin di dalam ''[[agape]]''", yang dipakai untuk menyifatkan Gereja Roma di dalam surat [[Ignasius dari Antiokhia|Ignasius Uskup Antiokhia]] kepada jemaat di Roma pada awal abad ke-2, mengandung definisi keutamaan-semesta Gereja Roma.{{sfn|Schmemann|1995|pp=163–164}} Meskipun demikian, penulis Katolik Klaus Schatz mengingatkan bahwasanya merupakan suatu kekeliruan jika surat ini dan bahkan [[Surat Klemens yang Pertama|Surat Pertama Klemens]] yang lebih tua lagi (nama Klemens baru ditambahkan kemudian hari) dipahami sebagai pernyataan-pernyataan ajaran Katolik yang sudah matang tentang keutamaan paus, yang dengannya Gereja Roma mencampuri urusan-urusan Gereja Korintus, menasihati Gereja Korintus dengan nada berwibawa, bahkan berbicara atas nama Tuhan.{{sfn|Schatz|1996|pp=4–6}} Kemudian hari, barulah ungkapan Ignasius Uskup Antiokhia tersebut dapat ditafsirkan, sebagaimana yang dimufakati oleh wakil-wakil Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks, bermakna bahwa "Roma, selaku Gereja yang 'memimpin di dalam cinta kasih' seturut frasa Santo Ignasius Uskup Antiokhia (''Kepada Jemaat di Roma'', Prakata), menduduki tempat pertama di dalam ''taxis'', dan bahwa oleh karena itu Uskup Roma adalah ''protos'' di antara para batrik".{{sfn|Ravenna Document|2007|loc=n. 41}}
 
Mufakat yang sama menandaskan sebagai berikut:
{{Quote|Di dalam sejarah Timur maupun Barat, setidaknya sampai abad kesembilan, diakui sejumlah prerogatif, senantiasa dalam konteks konsiliaritas, sejalan dengan keadaan pada masa itu, bagi ''protos'' atau ''kefale'' pada tiap-tiap tingkatan gerejawi yang ada, yaitu di tingkat lokal bagi uskup selaku ''protos'' para presbiter dan umat di keuskupannya, di tingkat regional bagi metropolit selaku ''protos'' para uskup di provinsinya, serta bagi batrik selaku ''protos'' para metropolit di kebatrikannya, dan di tingkat universal bagi Uskup Roma selaku ''protos'' para batrik. Pembedaan tingkatan ini tidak menghilangkan kesetaraan sakramental masing-masing uskup maupun kekatolikan masing-masing Gereja lokal.{{sfn|Ravenna Document|2007|loc=n. 44}}}}<!--
 
=== Dasar klaim keutamaan ===
==== Petrus dan Paulus ====
The evolution of earlier tradition established both Peter and Paul as the forefathers of the bishops of Rome, from whom they received their position as chief shepherd (Peter) and supreme authority on doctrine (Paul).{{sfn|Schimmelpfennig|1992|p=27}} To establish her primacy among the churches of the Western half of the empire, the bishops of Rome relied on a letter written in 416 by Innocent I to the Bishop of Gubbio, to show how subordination to Rome had been established. Since Peter was the only apostle (no mention of Paul) to have worked in the West, thus the only persons to have established churches in Italy, Spain, Gaul, Sicily, Africa, and the Western islands were bishops appointed by Peter or his successors. This being the case then, all congregations had to abide by the regulations set in Rome.{{sfn|Schimmelpfennig|1992|p=39}}
 
===== Keutamaan Rasul Petrus =====
{{Main|Keutamaan Petrus}}
[[File:São Pedro (c. 1529) - Grão Vasco (Museu Nacional Grão Vasco).png|300px|thumb|''[[Santo Petrus (Grão Vasco)|Santo Petrus]]'', karya [[Grão Vasco]] sekitar tahun 1529, menampilakan Petrus dengan segala [[Regalia dan insignia kepausan|tanda kebesaran paus]]]]
Because of its association with the supposed position of Peter among the apostles, the function that, within the Catholic Church, is exercised by the Bishop of Rome among the bishops as a whole is referred to as the Petrine function, and is generally believed to be of divine institution, in the sense that the historical and sociological factors that influenced its development are seen as guided by the Holy Spirit. Not all Catholic theologians see a special providential providence as responsible for the result, but most see the papacy, regardless of its origin, as now essential to the Church's structure.{{sfn|Miller|1980|p=203}}
 
The presence of Peter in Rome, not explicitly affirmed in, but consistent with, the New Testament, is explicitly affirmed by Clement of Rome, Ignatius of Antioch, [[Irenaeus of Lyon]] and other early Christian writers – and no other place has ever claimed to be the location of his death.{{sfn|Farmer|2004}}{{sfn|Boadt2008|p=88}} The same witnesses imply that Peter was the virtual founder of the Church of Rome,{{sfn|Farmer|2004}} though not its founder in the sense of initiating a Christian community there.{{sfn|O'Malley|2010|p=11}} They also speak of Peter as the one who initiated its episcopal succession,{{sfn|Farmer|2004}} but speak of [[Pope Linus|Linus]] as the first bishop of Rome after Peter, although some hold today that the Christians in Rome did not act a single united community under a single leader until the 2nd century.{{sfn|O'Malley|2010|p=11}}
 
{{Quote|Classic Roman Catholic tradition maintained that the universal primacy of the bishop of Rome was divinely instituted by Jesus Christ. This was derived from the Petrine texts, and from the gospel accounts of {{bibleref2|Matthew|16:17‑19|RSVCE|Matthew (16:17‑19)}}, {{bibleref2|Luke|22:32|RSVCE|Luke (22:32)}} and {{bibleref2|John|21:15‑17|RSVCE|John (21:15‑17)}} according to the Roman tradition, they all refer not simply to the historical Peter, but to his successors to the end of time. Today, scriptural scholars of many traditions agree that it is possible to discern in the New Testament an early tradition that attributes a special position to Peter among Christ's twelve apostles. The Church built its identity on them as witnesses, and responsibility for pastoral leadership was not restricted to Peter. In {{bibleref2|Matthew|16:19|RSVCE}}, Peter is explicitly commissioned to "bind and loose"; later, in {{bibleref2|Matthew|18:18|RSVCE}}, Christ directly promises all the disciples that they will do the same. Similarly, the foundation upon which the Church is built is related to Peter in {{bibleref2|Matthew|16:16|RSVCE}}, and to the whole apostolic body elsewhere in the New Testament (cf. {{bibleref2|Ephesians|2:20|RSVCE|Eph. 2:20}}).{{sfn|Clapsis|2000}}}} -->
 
===== Peran Paulus dalam pendirian Gereja Roma =====
[[Ireneus|Ireneus Uskup Lyon]] (Tahun 189) mengemukakan di dalam karya tulisnya bahwa [[Santo Petrus|Petrus]] dan [[Paulus dari Tarsus|Paulus]] mendirikan Gereja di Roma dan mengangkat [[Paus Linus|Linus]] menjadi [[uskup]], cikal bakal suksesi takhta Keuskupan Roma.{{efn|"[...] Gereja yang teramat agung, teramat purba, dan tersohor di seantero jagat, didirikan dan dilembagakan di Roma oleh dua rasul teramat mulia, Petrus dan Paulus; demikian pula iman yang diwartakan kepada umat manusia, yang terwariskan hingga ke zaman kita melalui suksesi uskup-uskup. [...] Rasul-rasul yang terberkati itu, sesudah mendirikan Gereja di Roma, selanjutnya mempercayakan jabatan uskup ke dalam tangan Linus."{{sfn|Irenaeus|''Against heresies'' 3.3|loc=}}|name=|group=}} Meskipun bukan keduanya yang membawa masuk agama Kristen ke Roma, "kedatangan, karya pelayanan, dan teristimewa kemartiran Petrus dan Paulus merupakan peristiwa-peristiwa semifinal yang sungguh-sungguh membentuk Gereja Roma. Dari zaman kedua rasul inilah, bukan sebelumnya, bermula suatu suksesi teratur uskup-uskup yang ditahbiskan secara layak."{{sfn|Tajra|1994|p=180}}
 
== LihatBaca pulajuga ==
{{Columns-list|colwidth=30em|
* [[KolegialitasDogma dalam (Gereja Katolik)]]
* [[Donasi Konstantinus]]
* [[Hamba parasegala hamba Allah]]
* [[Infalibilitas kepausanPaus]]
* [[Kolegialitas dalam Gereja Katolik]]
* [[Kekuasaan temporal (kepausan)]]
* [[Konsiliarisme]]
* [[Kolegialitas (Gereja Katolik)]]
* [[Konsili Vatikan I]]
* [[Kekuasaan temporal (kepausan)Takhta Suci|Kuasa temporer paus]]
* [[Kuria Roma]]
* [[Neo-ultramontanismeNeoultramontanisme]]
* [[Perbedaan-perbedaan teologis Ortodoksdi Timurantara Gereja Katolik Romadan Gereja Ortodoks Timur]]
* [[Pontifex Maximus]]
* [[Reformasi Gregorian]]
* [[Sejarah kepausan]]
* [[Translatio imperii]]
* [[Ultramontanisme]]
* ''[[Unam Sanctam]]''
}}
* [[Phocas|Kaisar Phocas]]
 
== Keterangan ==
{{EndDiv}}
{{Notelist}}
 
== Referensi ==