Langkah Lama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k fix
 
(21 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{wikify}}
'''Langkah Lama''' merupakan agama adat atau kepercayaan asli [[Orang Talang Mamak|Suku Talang Mamak]] (Salah satu suku pedalaman di [[Riau]]) yang berorientasi kepada paham [[animisme]]. Agama ini mengakui eksistensi dan melakukan pemujaan terhadap roh-roh [[Leluhur|nenek moyang]] (sebutan mereka: ninik-datuk) dan [[Makhluk gaib|mahluk halus]] (khususnya penghuni hutan). Mayoritas dari mereka masih menganut Agama Adat Talang Mamak. Bagi Orang yang sudah memeluk Agama Islam, mereka menyebut dirinya sebagai penganut Langkah Baru. Hal demikian dimaksud untuk membedakan antara mereka dengan Orang Talang Mamak yang masih menganut Agama Adat Langkah Lama<ref>{{Cite web|url=http://www.wacana.co/2010/07/langkah-lama-agama-adat-talang-mamak/|title=Langkah Lama; Agama Adat Talang Mamak|last=Agnes|first=Priscilla|date=12 Juli 2010|website=wacana|access-date=6 April 2019}}</ref>. Orang-orang Talang Mamak yang sudah beragama Islam cenderung menyamakan diri sama dengan Masyarakat [[Melayu Riau|Melayu]]. Orang langkah baru sering melakukan interaksi dengan orang luar dan umumnya memiliki anak yang berpendidikan relatif lebih tinggi<ref>{{Cite web|url=http://www.utusanriau.co/index.php?/det/36225|title=Mengenal Suku-Suku Asli Adat Terpencil di Provinsi Riau|last=|first=|date=4 Februari 2018|website=utusanriau|access-date=6 April 2019}}</ref>.
'''Langkah Lama''' Merupakan aliran kepercayaan yang berasal dari [[Suku Talang Mamak]] di Riau. Agama ini bersifat [[animisme]] dikarenakan kepercayaan adanya roh [[leluhur]] atau disebut ninik-datuk, dan juga mahkluk mahkluk gaib disebut juga mahkluk halus.
 
Bagi Orang yang berasal dari Suku Talang Mamak yang memeluk [[Islam]] mereka menyebut diri mereka dengan sebutan Langkah Baru. Hal ini dilakukan untuk membedakan antara pemeluk Langkah Lama dan Islam.<ref>{{Cite web|url=http://www.wacana.co/2010/07/langkah-lama-agama-adat-talang-mamak/|title=Langkah Lama; Agama Adat Talang Mamak|last=Agnes|first=Priscilla|date=12 Juli 2010|website=wacana|access-date=6 April 2019}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/news/read/110801/buhul-adat-suku-talang-mamak|title=Buhul Adat Suku Talang Mamak|last=Soedjatmoko|first=|last2=Rahardian|first2=Binsar|date=15 Oktober 2005|website=liputan6|access-date=6 April 2019}}</ref>
== Kontroversi ==
Sementara bagi Suku Talang Mamak yang menganut Langkah Lama, akan menyebut Orang dari suku mereka yang memeluk Islam sebagai Orang Melayu. Menurut mereka, yang membedakan mereka dengan suku [[Melayu]] adalah agama yang dianut.
[[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia|Mahkamah Konsitusi]] (MK) akhirnya mengabulkan permohonan uji materiil Pasal 61 Ayat (1) & (2), dan Pasal 64 Ayat (1) & (5) UU Nomor 23 Tahun 2006  ''jo'' UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan UU Administrasi Kependudukan (UU Adminduk) yang diajukukan oleh empat orang Penghayat Kepercayaan: Nggay Mehang Tana, Pagar Damanra Sirait, Arnol Purba, dan Carlim<ref>{{Cite web|url=https://programpeduli.org/blog/setelah-konstitusi-mengakui-penghayat-kepercayaan/|title=Setelah Konstitusi Mengakui Penghayat Kepercayaan|last=Firmansyah|first=Nurul|date=|website=programpeduli|access-date=6 April 2019}}</ref>.
 
Aliran Kepercayaan Langkah Lama pada Suku Talak Mamak juga sering disebut dengan Islam Langkah Lama. Penyebutan kata Islam di depan frasa Langkah Lama mungkin ada kaitannya dengan kepercayaan masyarakat tersebut dengan eksistensi Tuhan dalam konsep Islam dan [[Nabi Muhammad|Nabi Muhammad SAW]]. Yang jelas mereka juga sering menyebut dirinya sebagai Orang Adat untuk membedakan mereka dengan yang menjadi [[Muslim]] atau sudah menganut agama lain, misal [[Katholik]]. Orang Talak Mamak penganut Langkah Lama juga mengklaim diri mereka sebagai Orang Adat. Hal ini karena mereka masih menunjukkan identitas sukunya dengan jelas, masih mewarisi tradisi leluhur (misal, berambut panjang, memakai sorban/songkok, atau gigi hitam karena makan pinang). dan masih melaksanakan upacara-upacara adat secara ketat.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.aman.or.id/wp-content/uploads/2014/05/Paper-Talang-Mamak.pdf|title=Talang Mamak: Hidup Terjepit Di Atas Tanah Dan Hutannya Sendiri - Potret Konflik Kehutanan Antara Masyarakat Adat Talang Mamak Di Kabupaten Indrairi Hulu, Provinsi Riau Dengan Industri Kehutanan|last=Gilung|first=|date=|website=aman|access-date=6 April 2016}}</ref>
Alasan pemohon, aturan pengosongan kolom agama dalam Kartu Keluarga (KK) dan KTP elektronik dalam UU tersebut telah merugikan hak konstitusional dan tidak berpihak terhadap status kewarganegaraan penghayat kepercayaan. Implikasinya, akan menyulitkan mereka ketika hendak mengakses dokumen kependudukan (akta nikah atau akta kelahiran) bahkan ketika mereka akan mencari pekerjaan. Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XIV/2016 (Putusan MK 97/2016), MK akhirnya mengabulkan permohonan tersebut secara keseluruhan.
 
Beberapa upacara atau ritual adat dalam aliran ini bertentangan dengan agama-agama Samawi (Islam, Kristen atau Katholik). Misal, dalam salah satu prosesi pesta perkawinan Talak Mamak diadakan judi dan sabung ayam.<ref name=":1" /> Prosesi ini merupakan syarat mutlak, sah atau tidaknya perkawinan itu. Contoh lainnya adalah Upacara Adat Batambak. Inti dari upacara ini adalah menghormati roh-roh orang yang sudah meninggal.
 
== Kontroversi ==
[[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia|Mahkamah Konsitusi]] (MK) akhirnya mengabulkan permohonan uji materiil terhadap Pasal 61 Ayat (1) & (2), dan Pasal 64 Ayat (1) & (5) UU Nomor 23 Tahun 2006   ''jo'' UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan UU Administrasi Kependudukan (UU Adminduk) yang diajukukandiajukan oleh empat orang perwakilan Penghayat Kepercayaan: Nggay Mehang Tana, Pagar Damanra Sirait, Arnol Purba, dan Carlim.<ref>{{Cite web|url=https://programpeduli.org/blog/setelah-konstitusi-mengakui-penghayat-kepercayaan/|title=Setelah Konstitusi Mengakui Penghayat Kepercayaan|last=Firmansyah|first=Nurul|date=|website=programpeduli|access-date=6 April 2019|archive-date=2019-04-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190406052941/https://programpeduli.org/blog/setelah-konstitusi-mengakui-penghayat-kepercayaan/|dead-url=yes}}</ref>.
 
Alasan pemohon, aturan pengosongan kolom agama dalam Kartu Keluarga (KK) dan KTP elektronik dalam UU tersebut telah merugikan hak konstitusional dan tidak berpihak terhadap status kewarganegaraan penghayatPenghayat kepercayaanKepercayaan. Implikasinya, akan menyulitkan mereka ketika hendak mengakses dokumenDokumen kependudukanKependudukan (akta nikah atau akta kelahiran), bahkan ketika mereka akan mencari pekerjaan. Melalui Putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XIV/2016 (Putusan MK 97/2016<ref>{{Cite web|url=https://mkri.id/public/content/persidangan/putusan/97_PUU-XIV_2016.pdf|title=Putusan Mahkamah Konstitusi No. 97/PUU-XIV/2016|last=|first=|date=|website=mkri|access-date=6 April 2019}}</ref>), MK akhirnya mengabulkan permohonan tersebut dikabulkan secara keseluruhan.
dan dicantumkan dalam kolom KTP. Orang Suku Talang Mamak mengapresiasi Putusan MK itu.
 
Meski Putusan MK 97/2016 diapresiasi oleh, khususnya, Orang Suku Talang Mamak,<ref>{{Cite web|url=https://news.okezone.com/read/2017/11/08/340/1810305/suku-pedalaman-riau-apresiasi-putusan-mk-soal-penghayat-kepercayaan-di-ktp|title=Suku Pedalaman Riau Apresiasi Putusan MK Soal Penghayat Kepercayaan di KTP|last=Tanjung|first=Banda Haruddin|date=8 November 2017|website=okezone|access-date=6 April 2019}}</ref> namun putusan tersebut masih menjadi kontroversi. Orang Talang Mamak berharap di kolom KTP ada kolom agama '''Islam Langkah Lama'''. Sedangkan pemerintah menafsirkan Putusan MK tersebut sebagai pencantuman "Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa".<ref>{{Cite web|url=https://www.voaindonesia.com/a/penghayat-kepercayaan-setelah-putusan-mk-dan-kolom-ktp/4340417.html|title=Penghayat Kepercayaan: Setelah Putusan MK dan Kolom KTP|last=Sucahyo|first=Nurhadi|date=10 April 2018|website=voaindonesia|access-date=6 April 2019}}</ref>
<br />
 
== Referensi ==
<references />
{{sedang ditulis}}
 
[[Kategori:Kepercayaan tradisional Indonesia]]