Nirok Nanggok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2 |
k fix |
||
Baris 2:
== Asal Mula Nirok Nanggok ==
Nama Nirok Nanggok berasal dari nama alat yang digunakan untuk mencari ikan, yaitu "Tirok" dan "Tanggok". Tirok adalah
Sedangkan tanggok adalah semacam
Tradisi Nirok Nanggok merupakan [[acara]] yang sakral, sehingga pelaksanaannya dimulai dengan tahapan yang cukup panjang dan terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi.Tradisi ini dipimpin oleh seorang dukun air daerah setempat dan disaksikan pemuka kampung dan masyarakat setempat. Tradisi ini memiliki fungsi menumbuhkan kekompakan dan mempertebal kepatuhan warga karena warga hanya mengambil ikan untuk kebutuhan saji makan bersama dan juga tidak melakukan ekspoliatasi secara besar-besaran. Selain tradisi masyarakat Belitung, kegiatan ini merupakan wujud kearifan lokal yang memuat [[kaidah]] matematis.<ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>
Baris 11:
Nirok nanggok adalah salah satu [[tradisi]] masyarakat Belitung yang memuat etnomatematika. Berdasarkan ketentuan tradisi Nirok Nanggok disimpulkan bahwa tidak ada seorang peserta yang mengetahui letak keberadaan ikan, karena kondisi air yang keruh berwarna gelap dan bercampur lumpur. Dengan harapan menggunakan "tirok" dan "tanggok" mereka dapat menemukan ikan di aSr. sehingga objek kajian tradisi Nirok Nanggok ada kaitannya dengan kaidah dalam dunia pendidikan matematika yaitu pada konsep teori peluang atau biasa dikenal dengan ''[[Peluang (matematika)|probability]].'' karena harapan merupakan salah satu pokok kajian dalam teori peluang.
Dalam tradisi ini, tidak ada peserta yang bisa memastikan bahwa peluang seorang lebih besar dari peserta lain,
Begitulah tentang kajian kaidah matematis pada tradisi nirok nanggok masyarakat Belitung. Jadi, teori peluang merupakan teori yang hanya memprediksi bukan memberi suatu kepastian. Sehingga teori ini tidak lepas dari kata-kata harapan atau peluang, dengan maksud bahwa suatu kejadian mungkin akan terjadi dan mungkin juga tidak terjadi. Hasil kajian ini mengindikasikan bahwa para leluhur yang hidup zaman dahulu di tanah Belitung merepresentasikan kaidah matematis tertentu dalam acara-acara tradisional yang sakral.<ref>{{Cite web|title=Perpustakaan Digital Budaya Indonesia|url=https://budaya-indonesia.org/|website=budaya-indonesia.org|access-date=2021-10-22}}</ref>
|