Peradaban Mesopotamia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bulandari27 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(8 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
[[Berkas:Mesopotamia-Egypt trade routes.jpg|jmpl|Mesopotamia]]
[[Berkas:N-Mesopotamia and Syria (Indonesian version).svg|320px|jmpl|ka|Peta yang menunjukkan wilayah Mesopotamia]]
'''Mesopotamia''' (dari {{lang-grc|Μεσοποταμία}}: tanah di antara sungai-sungai; {{lang-ar|بلاد الرافدين}} (''bilād al-rāfidayn''); {{lang-syr|ܒܝܬ ܢܗܪܝܢ}} (''Beth Nahrain''): "tanah dari sungai-sungai" terletak di antara dua sungai besar, [[Efrat]] dan [[Tigris]]. Daerah yang kini menjadi Republik [[Irak]] itu pada zaman dahulu disebut Mesopotamia, yang dalam bahasa [[Yunani]] berarti "(daerah) di antara sungai-sungai". Dengan bidang tanah yang panjang dan sempit berbentuk seperti bulan sabit dan tanahnya yang subur, daerah ini juga disebut "[[Bulan Sabit Subur]]". Nama Mesopotamia sudah digunakan oleh para penulis [[Yunani]] dan [[Bahasa Latin|Latin]] kuno, seperti apa [[Polybius]] (abad 2 SM) dan [[Strabo]] (60 SM-20 MSM) atau 6000 SM-2000 SM. Tanah subur ini telah menumbuhkan banyak peradaban kuno yang megah dan secara kolektif dikenal sebagai sebagai peradaban Mesopotamia. Inilah peradaban paling awal di Asia Barat dan salah satu yang tertua di dunia.
 
Kepercayaan di Mesopotamia bermula dari kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Sumeria yang memuja banyak dewa. Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi) dan Dewa Ea (Dewa Air) merupakan dewa utama yang dipuja oleh bangsa Sumeria. Untuk memuja dewa-dewa, bangsa Sumeria membangun kuil yang dikenal dengan nama ziggurat yang bearti bangunan tinggi seperti gunung. Ziggurat dibuat lebih tinggi dari rumah penduduk. Kuil ini memiliki menara bertingkat-tingkat yang dilengkapi dengan tangga. <ref>{{Cite book|title=Sejarah dan Peradaban Dunia|last=Darmarastri|first=Hayu Adi|publisher=Pilar Pendidikan|year=2010|isbn=979145129x|location=Yogyakarta|page=12-13}}</ref>
Menurut keyakinan [[Kristen]] dan [[Yahudi]] seperti dalam [[Perjanjian Lama]], ada usaha menghubungkan keluarga [[Abraham]] (yang lalu disebut "Bapa Orang Beriman" dan diakui oleh tiga agama monoteistik dunia, [[Islam]], [[Kristen]], dan [[Yahudi]] ) dengan Mesopotamia. Dalam kitab [[Kejadian]] 11:31 dikatakan, pada suatu masa keluarga [[Abraham]] berpindah dari [[Ur Kaśdim]] ke [[Haran]] sebelum akhirnya berpindah ke [[Kanaan]] (Daerah [[Israel]] dan [[Palestina]] sekarang).
 
Lokasi [[Ur Kaśdim]] biasanya dirujuk pada ''Tell el-Muqayyar'', situs bekas reruntuhan Kota [[Ur]] kuno dari [[periode Sumeria]]. Sedangkan Haran terletak di bagian utara Mesopotamia, di tepi [[Sungai Efrat]]. Mesopotamia merupakan peradaban tertua di dunia yang terletak diantara dua sungai besar yaitu [[Sungai Efrat|Sungai Euphrat]] dan [[Sungai Tigris|Tigris]] (sekarang [[Irak]]). Luas kawasan peradaban ini mencapai kurang lebih 6.000 kilometer persegi. Bangsa Sumeria, Akkadia, Babylonia, Assyria dan [[Kekaisaran Babilonia Baru|Babylonia Baru]] merupakan bangsa-bangsa yang pernah mendiami daerah ini. Peradaban Mesopotamia ditandai dengan kehidupan pada segi agraris. Mereka mendiami daerah rawa yang dikeringkan sehingga menjadi lahan pertanian yang subur. Sarana irigasi dan sistem pengairan seperti parit dan kanal sudah dikenal pada peradaban ini.
 
Kepercayaan di Mesopotamia bermula dari kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Sumeria yang memuja banyak dewa. Dewa Anu (Dewa Langit), Dewa Enlil (Dewa Bumi) dan Dewa Ea (Dewa Air) merupakan dewa utama yang dipuja oleh bangsa Sumeria. Untuk memuja dewa-dewa, bangsa Sumeria membangun kuil yang dikenal dengan nama ziggurat yang bearti bangunan tinggi seperti gunung. Ziggurat dibuat lebih tinggi dari rumah penduduk. Kuil ini memiliki menara bertingkat-tingkat yang dilengkapi dengan tangga. <ref>{{Cite book|title=Sejarah dan Peradaban Dunia|last=Darmarastri|first=Hayu Adi|publisher=Pilar Pendidikan|year=2010|isbn=979145129x|location=Yogyakarta|page=12-13}}</ref>
== Geografi ==
{{Main|Geografi Mesopotamia}}
[[Berkas:Spread of Oecumene Mesopotamia.jpg|jmpl|Ruang lingkup budaya Mesopotamia, Babilonia, dan Assiria yang diketahui dari sumber-sumber dokumenter]]
Mesopotamia meliputi wilayah antara [[Sungai Efrat]] dan [[Sungai Tigris|Tigris]] yang sama-sama bersumber dari [[Dataran Tinggi Armenia]]. Kedua sungai ini juga mendapatkan tambahan pasokan air dari banyak [[anak sungai]], dan keseluruhan jaringan sungai ini mengaliri wilayah bergunung-gunung yang sangat luas. Jalur perjalanan darat di Mesopotamia lazimnya menyusuri Sungai Efrat karena tepian Sungai Tigris sebagian besar terjal dan sukar dilalui. Iklim wilayah ini semi-gersang dengan bentangan gurun yang luas di utara serta bentangan daerah berawa-rawa, berlumpur, dan bergelagah seluas 15.000 Km persegi (5.800 Mil persegi) di selatan. Jauh di ujung selatan, Efrat dan Tigris menyatu dan bermuara ke [[Teluk Persia]].
 
Lingkungan gersang yang membentang dari kawasan-kawasan [[pertanian tadah hujan]] di daerah utara sampai ke daerah selatan di mana pertanian dengan irigasi menjadi sangat penting jika orang mengharapkan perolehan surplus [[energi yang dihasilkan atas energi yang diinvestasikan]] (''Energy Returned On Energy Invested'', EROEI). Irigasi ini dipermudah oleh tingginya permukaan air tanah dan lelehan salju dari puncak-puncak tinggi [[Pegunungan Zagros]] di wilayah utara dan dari dataran tinggi Armenia, sumber air Sungai Tigris dan Efrat yang menjadi asal-muasal nama negeri itu. Manfaat irigasi bergantung pada kemampuan mengerahkan tenaga kerja yang memadai untuk membuat dan memelihara saluran-saluran air. Maka, faktor ini yang sejak permulaan zaman telah membantu pertumbuhan pemukiman-pemukiman perkotaan dan sistem kekuasaan politik yang terpusat.
Baris 22 ⟶ 19:
== Etimologi ==
[[Berkas:Tigr-euph.png|jmpl|ka|Peta yang men unjukkan [[sistem sungai Tigris-Efrat]], yang mendefinisikan Mesopotamia]]
[[Toponimi]] daerah ''Mesopotamia'' berasal dari akar kata [[bahasa Yunani kuno|Yunani Kuno]] μέσος (''mesos'') "tengah" dan ποταμός (''potamos'') "sungai" dan secara harfiah berarti"(negeri) di antara sungai-sungai". Toponimi ini digunakan dalam [[Septuaginta]] yang berbahasa Yunani itu (ca. 250 SM) sebagai terjemahan dari padanannya dalam [[bahasa Ibrani]] yaitu ''Naharaim''. Toponimi ini bahkan sudah lebih awal digunakan oleh bangsa Yunani sebagaimana yang dibuktikan dengan ''[[Anabasis Alexandri]]'', yang ditulis pada akhir abad ke-2 Masehi, namun secara khusus mengacu pada sumber-sumber dari zaman [[Alexander Agung]]. Dalam ''Anabasis'', Mesopotamia digunakan untuk menyebut wilayah yang membentang di timur [[Sungai Efrat]] di utara [[Suriah]]. Istilah [[bahasa Aram|Aram]] ''biritum / birit Narim'' berhubungan dengan konsep geografis serupa.<ref>{{citation |last1=Finkelstein |first1=J.J. |year=1962 |title=Mesopotamia |journal=Journal of Near Eastern Studies |volume=21 |issue=2 |pages=73–92 |jstor=543884 |doi=10.1086/371676 }}</ref> Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum diterapkan untuk semua tanah antara sungai Efrat dan [[Tigris]], sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari [[Suriah]] tetapi juga hampir semua [[Irak]] dan [[Turki]] tenggara.<ref name=fosterpolingerfoster>{{citation |title=Civilizations of ancient Iraq |last1=Foster |first1=Benjamin R. |last2=Polinger Foster |first2=Karen |year=2009 |publisher=Princeton University Press |location=Princeton |isbn=978-0-691-13722-3 }}</ref> Dataran [[stepa]] di sebelah barat sungai Efrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia.<ref name=canard>{{citation |last1=Canard |first1=M. |editor1-first=P. |editor1-last=Bearman |editor2-first=Th. |editor2-last=Bianquis |editor3-first=C.E. |editor3-last=Bosworth |editor4-first=E. |editor4-last=van Donzel |editor5-first=W.P. |editor5-last=Heinrichs |editor3-link=Clifford Edmund Bosworth |title=Encyclopaedia of Islam, Second Edition |year=2011 |publisher=Brill Online |location=Leiden |chapter=al-ḎJazīra, Ḏjazīrat Aḳūr or Iḳlīm Aḳūr |oclc=624382576 }}</ref><ref name=wilkinson2000>{{citation |last1=Wilkinson |first1=Tony J. |year=2000 |title=Regional approaches to Mesopotamian archaeology: the contribution of archaeological surveys |journal=Journal of Archaeological Research |volume=8 |issue=3 |pages=219–267 |issn=1573-7756 |doi=10.1023/A:1009487620969 }}</ref><ref name=matthews2003>{{citation |last=Matthews |first=Roger |title=The archaeology of Mesopotamia. Theories and approaches |year=2003 |publisher=Routledge |location=Milton Square |series=Approaching the past |isbn=0-415-25317-9 }}</ref> Perbedaan lebih lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang rendah atau Selatan Mesopotamia.<ref name=miqueletal>{{citation |last1=Miquel |first1=A. |last2=Brice |first2=W.C. |last3=Sourdel |first3=D. |last4=Aubin |first4=J. |last5=Holt |first5=P.M. |last6=Kelidar |first6=A. |last7=Blanc |first7=H. |last8=MacKenzie |first8=D.N. |last9=Pellat |first9=Ch. |editor1-first=P. |editor1-last=Bearman |editor2-first=Th. |editor2-last=Bianquis |editor3-first=C.E. |editor3-last=Bosworth |editor4-first=E. |editor4-last=van Donzel |editor5-first=W.P. |editor5-last=Heinrichs |editor3-link=Clifford Edmund Bosworth |title=Encyclopaedia of Islam, Second Edition |year=2011 |publisher=Brill Online |location=Leiden |chapter=ʿIrāḳ |oclc=624382576 |display-authors=9 }}</ref> Mesopotamia utara juga dikenal sebagai Jezirah, adalah daerah antara Efrat dan Tigris sampai ke [[Baghdad]].<ref name=canard/> Mesopotamia selatan terdiri dari Irak selatan, Kuwait, dan Iran bagian barat.<ref>{{Citation|url=http://books.google.com/books?id=nAemO6HmOgYC&pg=PA2 |title=Who Were The Babylonians?|work= Bill T. Arnold|year=2004|pages=2|postscript=}}</ref><ref>{{Citation|url=http://books.google.com/books?id=Ix4X-0QykDAC&pg=PT108&dq |title=From Adam to Noah-The Numbers Game: Why the Genealogy Puzzles of Genesis 5|work= Leonard Timmons|year=2012|pages=|postscript=}}</ref><ref>{{Citation|url=http://books.google.com/books?id=K-4OtwAACAAJ&d |title=Southern Mesopotamia During the Bronze Age|work= Lisa E. Gross|year=2003|pages=|postscript=}}</ref> Dalam penggunaan akademis modern, istilah Mesopotamia juga memiliki konotasi kronologis. Sering kali digunakan untuk merujuk daerah ini sampai dengan masa [[Penaklukan Muslim]]. Nama-nama seperti Suriah, Jezirah, dan Irak digunakan untuk menggambarkan wilayah tersebut setelah masa ini.<ref name=fosterpolingerfoster/><ref name=bahrani>{{citation |last1=Bahrani |first1=Z. |editor1-last=Meskell |editor1-first=L. |title=Archaeology under fire: Nationalism, politics and heritage in the Eastern Mediterranean and Middle East |year=1998 |publisher=Routledge |location=London |isbn=978-0-415-19655-0 |pages=159–174 |chapter=Conjuring Mesopotamia: imaginative geography a world past }}</ref> Istilah ini telah diperdebatkan bahwa eufimisme ini merupakan istilah [[Eurosentris]] yang disematkan pada daerah ini pada masa-masa perambahan orang Barat abad ke-19.<ref name=bahrani/><ref>Scheffler, Thomas; 2003. “ 'Fertile crescent', 'Orient', 'Middle East': the changing mental maps of Southeast Asia,” ''European Review of History'' 10/2: 253–272.</ref>
== Sejarah Mesopotamia ==
Sejarah Mesopotamia diawali dengan tumbuhnya sebuah peradaban, yang diyakini sebagai pusat peradaban tertua di dunia, oleh bangsa Sumeria. Bangsa [[Sumeria]] membangun beberapa kota kuno yang terkenal, yaitu Ur, Ereck, Kish, dll. Kehadiran seorang tokoh imperialistik dari bangsa lain yang juga mendiami kawasan Mesopotamia, bangsa [[Akkadia]], dipimpin Sargon Agung, ternyata melakukan sebuah penaklukan politis, tetapi bukan penaklukan kultural. Bahkan dalam berbagai hal budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi, sehingga era kepemimpinan ini sering disebut Jilid Sumeria-Akkadia. Campur tangan Sumeria tidak dapat diremehkan begitu saja, pada saat Akkadia terdesak oleh bangsa Gutti, bangsa Sumeria yang mendukung Akkadia, sehingga mereka masih dapat berkuasa di "tanah antara dua sungai-sungai" itu.
Baris 56 ⟶ 53:
=== Olahraga ===
[[Perburuan]] populer di kalangan raja-raja Asyur. [[Tinju]] dan [[gulat]] sering ditampilkan dalam seni rupa, dan beberapa bentuk permainan [[polo]] agaknya merupakan olahraga yang populer, dengan pemain yang duduk di atas pundak orang bukannya di atas punggung kuda.<ref>{{Citation|author=Karen Rhea Nemet-Nejat|title=Daily Life in Ancient Mesopotamia|year=1998}}</ref> Mereka juga memainkan ''majore'', sebuah permainan yang mirip [[sepak bola rugbi|rugbi]], tetapi dimainkan dengan sebuah bola yang terbuat dari kayu. Mereka juga memainkan sebuah [[permainan papan]] yang mirip dengan [[senet]] dan [[backgammon]], dan yang kini dikenal sebagai "[[Permainan Kerajaan dari Ur]]."
== Ekonomi dan pertanian ==
[[Berkas:Metal production in Ancient Middle East.svg|jmpl|Area-area tambang di [[Asia Barat]] Kuno. Warna kotak: cokelat untuk [[arsen]], merah untuk [[tembaga]], kelabu untuk [[timah]], cokelat kemerah-merahan untuk [[besi]], kuning untuk [[emas]], putih untuk [[perak]], hitam untuk [[timbal]]. Warna area: kuning untuk [[perunggu]] lakuran arsen, kelabu untuk perunggu lakuran timah.]]
 
Budi daya tanaman pangan yang dibantu sistem irigasi menyebar dari pegunungan Zagros ke arah selatan bersama dengan peradaban Samara dan peradaban Hadji Muhammed sejak sekitar 5,000 SM.<ref name="Cengage Learning, 1 Jan 2010 ">{{Citation | url =https://books.google.com/?id=jvsVSqhw-FAC&pg=PA29&dq=mesopotamian+agriculture#v=onepage&q=mesopotamian%20agriculture&f=false|title= The Earth and Its Peoples: A Global History |author1=Richard Bulliet |author2=Pamela Kyle Crossley |author3=Daniel Headrick |author4=Steven Hirsch |author5=Lyman Johnson |author6=David Northup |publisher=Cengage Learning, 1 Jan 2010 | accessdate =2012-05-30 | isbn =0538744383 | date =2010-01-01}}</ref> Kuil-kuil Sumeria berfungsi sebagai [[bank]] dan mengembangkan [[ekonomi|sistem pinjaman dan kredit]] skala besar pertama, tetapi bangsa Babilonia yang mengembangkan sistem [[bank komersial|perbankan dagang]] yang pertama. Perekonomian Mesopotamia dalam satu dan lain hal dapat dibandingkan dengan [[ilmu ekonomi pasca-Keynes]], tetapi dengan suatu pendekatan yang cenderung "apa saja boleh".<ref name=Sheila>Sheila C. Dow (2005), "Axioms and Babylonian thought: a reply", ''Journal of Post Keynesian Economics'' '''27''' (3), p. 385-391.</ref>
 
Sejak permulaan sejarah Mesopotamia sampai dengan zaman [[Ur III]], kuil-kuil menguasai sampai dengan sepertiga dari seluruh lahan yang ada, namun jumlah itu menurun dari waktu ke waktu seiring peningkatan kepemilikan tanah oleh pihak istana dan orang-orang pribadi. [[Ensí|Ensi]] adalah kata yang digunakan sebagai sebutan bagi orang yang bertugas mengatur pekerjaan untuk segala macam usaha pertanian di lahan-lahan milik kuil. Rakyat jelata diketahui sebagai golongan yang paling sering bekerja di bidang pertanian sebagai petani penggarap, khususnya di lahan-lahan milik kuil atau istana.<ref name="H. W. F. Saggs">{{{Citatio||titl==Babylonian||ur==https://books.google.com/?id=BPdLxEyHci0C&pg=PA58&lpg=PA58&dq=agricultural+practice+in+Babylonia#v=onepage&q=agricultural%20practice%20in%20Babylonia&f=fals||yea==200||autho==H. W. F. Saggs - Professor Emeritus of Semitic Languages at University College, Cardif||publishe==University of California Press, 1 Jun 200||isb==978052020222||accessdat==29 May 201}} ISBN 0-520-20222-8</ref>
 
Kondisi geografi Mesopotamia selatan hanya memungkinkan penyelenggaraan pertanian jika dikelola dengan irigasi dan drainase yang baik. Kenyataan ini berdampak besar pada evolusi peradaban Mesopotamia awal. Kebutuhan irigasi mendorong bangsa Sumeria, dan selanjutnya bangsa Akkadia, untuk membangun kota-kota mereka di sepanjang tepian sungai Tigris dan Efrat serta cabang-cabangnya. Kota-kota besar seperti Ur dan Uruk, bertempat di sekitar anak-anak Sungai Efrat, sedangkan kota-kota lain, khususnya Lagash, didirikan dekat cabang-cabang Sungai Tigris. Sungai-sungai juga memiliki manfaat lain sebagai sumber pasokan ikan (baik sebagai bahan pangan atau sebagai pupuk), gelagah, dan lempung (untuk bahan bangunan). Berkat irigasi, [[ketahanan pangan|pasokan pangan]] di Mesopotamia sebanding dengan pasokan pangan di padang-padang rumput Kanada.<ref>Roux, Georges, (1993) "Ancient Iraq" (Penguin)</ref> Lembah sungai Tigris dan lembah Sungai Efrat merupakan bagian timur laut dari bentangan [[Hilal Subur]] yang juga meliputi lembah Sungai Yordan dan lembah Sungai Nil. Jika semakin dekat dengan sungai membuat lahan menjadi subur dan baik untuk ditanami, maka sebaliknya jarak yang semakin jauh dari sungai membuat lahan menjadi kering dan sebagian besar tidak dapat dihuni. Itulah sebabnya perkembangan [[irigasi]] sangat penting artinya bagi para penduduk Mesopotamia. [[Inovasi]] bangsa Mesopotamia lainnya adalah pengendalian laju air dengan [[bendungan]] serta pemanfaatan saluran-saluran air. Orang-orang yang mula-mula menempati tanah yang subur di Mesopotamia mempergunakan [[bajak|luku]] kayu untuk menggemburkan [[tanah]] sebelum ditanami [[jelai]], [[bawang]], [[anggur]], [[lobak]], maupun [[apel]]. Penduduk Mesopotamia terbilang di antara orang-orang pertama yang membuat [[bir]] dan [[Anggur (minuman)|tuak anggur]]. Dilibatkannya keterampilan dalam bertani di Mesopotamia membuat para petani tidak bergantung pada [[Perbudakan|budak belian]] untuk merampungkan pengerjaan lahan-lahan mereka, akan tetapi ada pula beberapa pengecualian. Tingginya risiko mempekerjakan budak belian (budak belian melarikan diri atau memberontak) membuat banyak petani menghindarinya. Meskipun sungai-sungai menjadi penyokong hidup penduduk Mesopotamia, sungai-sungai juga menghancurkannya dengan banjir yang kerap meluap dan meluluh-lantakkan seisi kota. Cuaca Mesopotamia yang sukar ditebak sering kali tidak berpihak pada para petani; tanaman-tanaman pangan sering dirusak cuaca sehingga orang perlu memelihara sumber-sumber pangan cadangan seperti lembu dan biri-biri. Seiring berlalunya waktu, daerah-daerah paling selatan di Mesopotamia menderita akibat meningkatnya [[salinitas|kadar garam]] pada tanah, sehingga mengakibatkan kota-kota lambat-laun ditinggalkan orang dan terjadi pemusatan kekuasaan di Akkadia yang letaknya jauh lebih ke utara.
== Pemerintahan ==
Geografi Mesopotamia sangat berdampak pada perkembangan politik di wilayah itu. Di antara sungai dan kali, orang-orang Sumeria mendirikan kota-kota perdana dengan saluran-saluran irigasinya yang terpisahkan satu sama lain oleh bentangan gurun atau rawa yang luas dan terbuka, tempat berkeliaran suku-suku pengembara. Komunikasi antar kota-kota terisolasi itu sulit dan kadang berbahaya jika dilakukan. Oleh karena itu, masing-masing kota Sumeria menjadi sebuah [[negara kota]] yang merdeka dan gigih mempertahankan kemerdekaannya. Kadang-kadang salah satu kota akan mencoba menaklukkan dan mempersatukan kota-kota yang sewilayah dengannya, tetapi upaya-upaya semacam itu mendapat perlawanan dan tertumbuk pada kegagalan selama berabad-abad. Akibatnya, sejarah politik Sumeria penuh dengan peperangan yang berlangsung tanpa henti. Pada akhirnya Sumeria pun dipersatukan oleh [[Eannatum]], tetapi persatuan itu rapuh dan gagal bertahan, karena bangsa Akkadia berjaya menaklukkan Sumeria pada 2331 SM hanya satu generasi sesudahnya. Kekaisaran Akkadia adalah kekaisaran pertama yang mampu bertahan melampaui satu generasi dan menyelenggarakan alih kepemimpinan raja-raja secara damai. Umur kekaisaran ini relatif singkat, karena ditaklukkan bangsa Babilonia setelah bertahan selama beberapa generasi.
 
=== Raja-raja ===
{{Further|Daftar Raja Sumeria|Daftar Raja Babel|Daftar Raja Asyur}}
Bangsa Mesopotamia percaya bahwa raja-raja dan ratu-ratu mereka adalah keturunan dari warga Kota Dewa-[[Dewa]], tetapi tidak seperti bangsa [[Sejarah Mesir Kuno|Mesir Kuno]], mereka tidak pernah meyakini bahwa raja-raja mereka adalah dewa-dewa sejati.<ref name="Robert Dalling 2004">{{Citation|author=Robert Dalling|title=The Story of Us Humans, from Atoms to Today's Civilization|year=2004}}</ref> Sebagian besar raja-raja menggelar dirinya “raja semesta alam” atau “raja agung”. Gelar lainnya yang lazim dipakai adalah “[[gembala]]”, karena raja-raja harus memperhatikan peri kehidupan rakyatnya.
 
=== Kekuasaan ===
Ketika tumbuh menjadi sebuah kekaisaran, wilayah kekuasaan Asyur dibagi-bagi menjadi daerah-daerah yang disebut [[provinsi]]. Tiap-tiap provinsi dinamakan menurut nama kota utamanya, seperti [[Niniwe]], [[Samaria]], [[Damsyik]], dan [[Arpad, Suriah|Arpad]]. Semua provinsi dikepalai gubernurnya masing-masing yang bertugas memastikan setiap orang membayar pajaknya. Para gubernur juga wajib menghimpun pasukan untuk maju berperang dan menyalurkan tenaga kerja bila ada pembangunan kuil. Seorang gubernur juga bertanggung jawab atas penerapan hukum di provinsi yang dipimpinnya. Cara ini memudahkan pengendalian sebuah kekaisaran besar. Walaupun sebelumnya cuma sebuah [[negara berdaulat|negara]] kecil di Sumeria, Babel tumbuh pesat selama masa pemerintahan [[Hammurabi]]. Ia dikenal sebagai “pencipta aturan hukum”, dan segera [[Babel]] menjadi salah satu kota utama di Mesopotamia. Kelak Babel disebut Babilonia, yang berarti "gapura dewa-dewa." Kota ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran terbesar dalam sejarah.
 
=== Peperangan ===
[[Berkas:Stele of Vultures detail 01-transparent.png|jmpl|ka|270px|alt3=See caption|Sekeping pecahan dari [[Prasasti Burung Nazar]] yang memperlihatkan pasukan perang yang sedang berbaris, zaman dinasti awal III, 2600–2350 SM]]
[[Berkas:Raminathicket2.jpg|jmpl|ka|250px|Salah satu dari dua patung ''[[domba dalam belukar]]'' yang ditemukan di pemakaman kerajaan di [[Ur]], 2600-2400 SM]]
Dengan berakhirnya zaman kekuasaan [[Uruk]], tumbuh kota-kota bertembok dan banyak desa terpencil dari [[zaman Ubaid]] ditinggalkan yang menyiratkan adanya peningkatan kekerasan yang dilakukan secara berkelompok. Seorang raja awal yaitu [[Lugalbanda]] diduga telah membangun tembok putih mengitari kota itu. Begitu negara-[[negara kota]] mulai tumbuh, lingkup jangkauan pengaruh mereka pun saling tumpang-tindih sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara kota lainnya, khususnya menyangkut tanah dan terusan-terusan. Perdebatan-perdebatan ini dicatat pada [[loh tanah liat|loh-loh lempung]] beberapa ratus tahun sebelum pecah perang-perang besar—catatan pertama mengenai peperangan ditulis sekitar 3200 SM. Namun, belum menjadi suatu kelaziman sampai kira-kira 2500 SM. Seorang raja [[Dinasti Awal II]] (Ensi) Uruk di Sumer, Gilgamesh (2600 SM), disanjung karena keberhasilannya dalam bertempur melawan [[Humbaba]], penjaga Pegunungan Aras, dan kelak dalam banyak sajak dan kidung ia dipuja-puji pula sebagai makhluk dua pertiga dewa dan hanya sepertiga manusia. Tugu [[Prasasti Burung Nazar]] yang berasal dari akhir zaman [[Dinasti Awal III]] (2600–2350 SM), yang dibuat untuk memperingati kemenangan [[Eannatum]] dari [[Lagash]] atas kota tetangga saingannya [[Umma]], adalah monumen tertua di dunia yang dibuat sebagai pernyataan pujian atas sebuah tindakan pembantaian.<ref>Winter, Irene J. (1985). "After the Battle is Over: The 'Stele of the Vultures' and the Beginning of Historical Narrative in the Art of the Ancient Near East". In Kessler, Herbert L.; Simpson, Marianna Shreve. Pictorial Narrative in Antiquity and the Middle Ages. Center for Advanced Study in the Visual Arts, Symposium Series IV. 16. Washington DC: National Gallery of Art. pp. 11–32. ISSN 0091-7338.</ref> Mulai saat itu sampai seterusnya, peperangan dijadikan bagian dari sistem politik Mesopotamia. Sesekali sebuah kota yang netral dapat bertindak selaku penengah bagi dua kota yang saling berseteru. Keadaan ini mendorong terbentuknya persatuan-persatuan antar-kota yang kelak berkembang menjadi negara-negara kedaerahan.<ref name="Robert Dalling 2004"/> Tatkala kekaisaran-kekaisaran terwujud, mereka pun maju berperang tetapi lebih sering melawan negara-negara asing. Raja Sargon misalnya, menaklukkan seluruh kota di Sumeria, beberapa kota di Mari, dan kemudian maju berperang melawan Suriah utara. Banyak dinding istana Asiria dan Babilonia dihiasi dengan gambar-gambar mengenai pertempuran-pertempuran yang berhasil dimenangkan dan musuh yang lari kocar-kacir atau bersembunyi dibalik rumpun-rumpun gelagah.
 
=== Hukum ===
{{See also|Hukum perkawinan Mesopotamia}}
Negara-negara kota Mesopotamia menyusun naskah hukum mereka dengan bersumber pada keputusan-keputusan peradilan dan undang-undang raja-raja. Naskah hukum [[Urukagina]] dan [[Lipit Isytar]] telah ditemukan. Naskah hukum paling terkenal berasal dari [[Hammurabi]], yang termasyhur setelah kematiannya berkat perangkat aturan hukum yang disusunnya, yakni [[Kodeks Hammurabi|Naskah Hukum Hammurabi]] (disusun ca. 1780 SM), yang merupakan salah satu perangkat hukum tertua yang pernah ditemukan dan salah satu contoh dokumen sejenis yang berasal dari Mesopotamia Kuno. Hammurabi menetapkan 200 lebih aturan hukum bagi Mesopotamia. Kajian atas aturan-aturan ini menunjukkan makin lemahnya hak-hak perempuan, dan makin kejamnya perlakuan terhadap budak belian<ref>Fensham, F. Charles (19620, "Widow, Orphan, and the Poor in Ancient near Eastern Legal and Wisdom Literature"
(Journal of Near Eastern Studies Vol. 21, No. 2 (Apr., 1962)), pp. 129-139</ref>
== Seni rupa ==
{{main|Seni rupa Mesopotamia}}
[[Seni rupa]] Mesopotamia menyaingi [[Seni Mesir Kuno|Seni rupa Mesir Kuno]] baik dari segi kemegahan, kecanggihan, maupun tingkat kerumitannya di kawasan barat [[Eurasia]] sejak milenium ke-4 SM sampai wilayah itu ditaklukkan [[Kekaisaran Akhemeniyah]] [[Persia]] pada abad ke-6 SM. Peninggalan seni rupa Mesopotamia sebagian besar berupa jenis patung batu dan tanah liat yang sangat tahan lama sifatnya; hanya sedikit peninggalan berupa lukisan yang mampu menyintasi zaman, namun peninggalan-peninggalan itu menyiratkan bahwa lukisan-lukisan Mesopotamia umumnya berupa pembubuhan warna pada pola-pola hiasan geometris dan tumbuh-tumbuhan, meskipun sebagian besar patung-patung juga diwarnai.
 
Pada [[Zaman Uruk|zaman melek-aksara perdana]], tatkala Mesopotamia berada di bawah kekuasaan [[Uruk]], dihasilkan karya-karya yang canggih seperti [[Bejana Warka]] dan stempel-[[stempel silinder]]. [[Singa Betina Guennol]] adalah sebuah patung [[batugamping|batu gamping]] kecil yang menarik dari [[Elam]] sekitar 3000–2800 SM, berwujud separuh manusia dan separuh singa.<ref>Frankfort, 24–37</ref> Tidak lama sesudah zaman itu, muncul sejumlah patung berwujud imam-imam dan pemuja-pemuja bermata besar, sebagian besar terbuat dari pualam dengan tinggi mencapai satu kaki, yang tampak tengah menghadiri upacara penyembahan [[Berhala (Islam)|berhala]] di kuil, namun hanya sejumlah kecil patung-patung ini yang menyintas.<ref>Frankfort, 45–59</ref> Patung-patung dari zaman [[Sumeria]] dan [[Kekaisaran Akkadia|Akkadia]] umumnya bermata besar membelalak dan berjanggut panjang pada sosok pria. Banyak pula mahakarya yang telah ditemukan di makam kerajaan di [[Ur]] ([[circa|ca.]] 2650 SM), termasuk dua patung ''[[domba dalam belukar]]'', ''[[lembu tembaga]]'', dan sebuah kepala lembu pada salah satu di antara lira-[[lira dari Ur]].<ref>Frankfort, 61–66</ref>
 
Dari zaman-zaman berikutnya sebelum bangkitnya Kekaisaran Asiria Baru, seni rupa Mesopotamia menyintas dalam beberapa wujud yaitu stempel-stempel silinder, patung-patung utuh yang relatif kecil, dan relief-relief dalam berbagai ukuran, termasuk plakat-plakat murah dari gerabah cetakan untuk rumah tinggal, sebagian berkaitan dengan keagamaan dan sebagian lagi tampaknya tidak.<ref>Frankfort, Chapters 2–5</ref> [[Relief Burney]] adalah sebuah plakat [[terakota]] dengan tingkat kerumitan yang tidak seperti biasanya dan relatif besar ukurannya (20 x 15&nbsp;inci) memperlihatkan sesosok dewi bersayap dan berkaki burung pemangsa, dikawal burung-burung hantu dan singa-singa. Relief ini berasal dari abad ke-18 atau ke-19 SM, dan mungkin pula merupakan hasil cetakan.<ref>Frankfort, 110–112</ref> Tugu-tugu batu [[prasasti]], persembahan-[[persembahan nazar]], atau plakat-plakat peringatan kemenangan-kemenangan perang dan pesta-pesta perayaan, ditemukan pula di kuil-kuil, yang tidak seperti barang-barang sejenis keluaran pemerintah yang lebih resmi sifatnya, tidak memuat cukup banyak tulisan untuk menjelaskan barang-barang itu;<ref>Frankfort, 66–74</ref> Kepingan tugu [[Prasasti Burung Nazar]] adalah sebuah contoh awal peninggalan barang-barang bertulisan,<ref>Frankfort, 71–73</ref> dan [[Prasasti Obelisk Hitam|Obelisk Hitam]] [[Salmaneser III]] dari Asyur adalah peninggalan bertulisan yang besar dan kokoh dari zaman kemudian.<ref>Frankfort, 66–74; 167</ref>
 
Ditaklukkannya seluruh Mesopotamia dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh bangsa Asyur menjadikan negeri itu lebih besar dan lebih makmur daripada sebelumnya, serta dipajangnya karya seni yang sangat memukau di istana-istana dan tempat-tempat umum dimaksudkan pula untuk menyaingi semarak seni rupa negeri tetangga mereka, Kekaisaran Mesir. Bangsa Asyur mengembangkan sebuah gaya seni berupa latar-latar yang sangat luas diisi relief-relief pipih naratif yang ditata dengan sangat rinci pada batu untuk istana-istana, menampilkan adegan-adegan peperangan atau perburuan; [[British Museum]] memiliki sekumpulan relief semacam itu. Bangsa Asyur menghasilkan sangat sedikit patung yang dipahat utuh, kecuali untuk sosok-sosok raksasa penjaga, kerapkali berwujud [[lamassu]] berkepala manusia, yang dipahat menjadi relief timbul pada dua sisi balok persegi, dengan bagian kepala berupa pahatan utuh (dan juga kelima tungkainya, sehingga tampak terpahat utuh dari masing-masing sisi balok). Bahkan sebelum menguasai Mesopotamia mereka telah meneruskan tradisi pembuatan stempel silinder dengan rancangan-rancangan yang sering kali tampak hidup dan penuh cita rasa seni.<ref>Frankfort, 141–193</ref>
== Arsitektur ==
[[Berkas:SumerianZiggurat.jpg|jmpl|ka|Rekonstruksi dari rekaan tampilan sebuah [[ziggurat]] Sumeria]]
{{Main|Arsitektur Mesopotamia}}
Kajian mengenai seni bina Mesopotamia Kuno didasarkan pada bukti-bukti [[arkeologi]] yang tersedia seperti gambar-gambar berwujud bangunan, dan naskah-naskah tentang pelaksanaan pembangunan. Karya-karya ilmiah biasanya berkonsentrasi pada kuil-kuil, istana-istana, tembok-tembok dan gerbang-gerbang kota, serta bangunan-bangunan monumental lainnya. Namun, sesekali dihasilkan pula karya ilmiah terkait seni bina rumah tinggal.<ref>{{Citation|first=Sally|last=Dunham|chapter=Ancient Near Eastern architecture|title=A Companion to the Ancient Near East|editor=Daniel Snell|location=Oxford|publisher=Blackwell|year=2005|pages=266–280|isbn=0-631-23293-1}}</ref> Survei permukaan dalam lingkup arkeologi juga telah memungkinkan pembuatan kajian mengenai tata ruang perkotaan di kota-kota Mesopotamia awal.
 
Batu-bata merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan karena tersedia dekat dan terjangkau, sedangkan batu bangunan harus didatangkan dari tempat-tempat yang cukup jauh dari sebagian besar kota-kota itu. [[Ziggurat]] adalah bentuk bangunan yang paling menonjol, dan kota-kota sering kali memiliki gerbang-gerbang besar. Yang paling masyhur dari gerbang-gerbang itu adalah [[Gerbang Ishtar|Gerbang Isytar]] dari kota Babel yang dibangun pada era Babilonia Baru, dihiasi hewan-hewan yang dibentuk pada batu-bata beraneka warna, dan sebagian besar kini menjadi koleksi [[Pergamon Museum]] di [[Berlin]].
 
Sisa-sisa bangunan yang paling menonjol dari zaman awal Mesopotamia adalah gugus-gugus bangunan kuil di [[Uruk]] dari milenium ke-4 SM, kuil-kuil dan istana-istana di situs-situs periode [[Zaman Dinasti Awal (Mesopotamia)|Dinasti Awal]] di lembah [[Sungai Diyala]] seperti Khafajah dan Tell Asmar, sisa-sisa peninggalan [[Dinasti ketiga Ur]] di [[Nippur]] (Tempat suci [[Enlil]]) dan [[Ur]] (Tempat suci [[Sin (mitologi)|Nanna]]), sisa-sisa peninggalan dari pertengahan [[Zaman Perunggu]] di situs-situs Suriah-Turki seperti [[Ebla]], [[Mari, Suriah|Mari]], [[Alalakh]], [[Aleppo]] dan [[Kultepe]], istana-istana dari akhir Zaman Perunggu di [[Bogazkoy]] (Hattusha), [[Ugarit]], [[Asyur]] dan [[Nuzi]], istana-istana dan kuil-kuil Zaman Besi di situs-situs [[Asyur|Assiria]] ([[Kalhu]]/Nimrud, [[Khorsabad]], [[Nineveh]]), [[Babilonia]] ([[Babel]]), [[Urartu]] ([[Tushpa]]/Van, Kalesi, Cavustepe, Ayanis, [[Armavir, Armenia|Armavir]], [[Yerevan|Erebuni]], [[Bastam]]) dan [[Negara-negara Suriah-Het|Het Baru]] ([[Carchemish|Karkamis]], [[Tell Halaf]], [[Karatepe]]). Rumah-rumah sebagian besar diketahui dari sisa-sisa peninggalan era Babilonia Baru di Nippur dan Ur. Yang menonjol dari antara sumber-sumber tertulis mengenai pendirian bangunan dan ritual-ritual yang terkait dengannya adalah silinder-silinder Gudea dari milenium ke-3 SM, demikian pula prasasti-prasasti kerajaan Assiria dan Babilonia dari [[Zaman Besi]].
 
== Referensi ==