Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Topik baru
k fix
 
Baris 71:
Pong kirpong lepong kirpong
 
Memasuki gerbang kota Sidikalang, sesayup lagu Cikala le pongpong singgah di pendengaran. Lagu sarat nasehat karya musisi tradisional Pakpak, Daulat Padang ini sangat dikenal masyarakat.  Lagu ngebeat yang dinyanyikan dengan penuh kegembiraan.
 
Inilah Indonesiaku, Negeri subur makmur, gemah lipah loh jinawi. Terbentang dari Sabang di belahan barat, hingga ujung timur Merauke. Negara kaya raya dengan potensi kekayaan alam, dihuni  oleh berbagai ras, suku bangsa, serta budaya yang berbeda-beda. Terikat kuat oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika.  Beraneka ragam bahasa dan tradisi, serta adat istiadat yang hidup di masyarakat menjadi aset budaya kearifan lokal serta  menjadikannya sebagai ciri khas Indonesia di mata dunia.
 
Sidikalang adalah salah satu lingkup kecil dari belahan negeri Indonesia. Sebuah distrik di Kabupaten Dairi Sumatra Utara.  Secara geografis  berada di barat laut Provinsi Sumatra Utara. Berada di ketinggian 1.006 m di bawah permukaan laut, terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan yang bervariasi. Lingkungan Sidikalang masih cukup alami dengan udara sejuk segar, jumlah penduduk masih seimbang dengan area wilayah. Hal inilah yang menjadikan Sidikalang, menjadi daerah hunian yang cukup nyaman. Sidikalang menjadi pusat kota, pusat perdagangan, pelayanan kesehatan, serta pelayanan umum lainnya.
 
Udara sejuk nyaman dengan secangkir kopi Sidikalang, nikmatnya tak terbilang. Sidikalang dan kopi adalah satu kesatuan  utuh, inilah yang membuat Dairi menjadi Kabupaten yang cukup dikenal di antero persada nusantara.
 
Melirik potensi alam berupa destinasi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Dairi lainnya adalah Sungai Lae Renun. Sungai yang terbentang dari Kecamatan Parbuluan hingga Kecamatan Tanah Pinem yang  selanjutya  menuju Aceh Tenggara. Lae Renun dimanfaatkan warga untuk pengairan sawah,  perikanan, serta kebutuhan air minum. Selain sebagai tirta amarta untuk warga, sungai ini juga dijadikan salah satu destinasi spot wisata arung jeram, areal sungai yang kaya akan aliran jeram dan batuan ini sangat digemari oleh para penggemar arung jeram.
 
Lain Sidikalang, lain juga Sungai Lae Renun, dan lain lagi dengan wisata Danau Tao Silalahi. Pantai terpanjang yang masih tampak natural, dengan berbagai kekayaan alam hayati serta keaneka ragaman flora fauna. Menjadikan lokasi ini tak hanya menjadi kekayaan wisata Kabupaten Dairi,  tetapi juga menjadi wisata andalan Sumatra Utara. Suasana sejuk segar membuat setiap pengunjung merasa sangat tenang dan nyaman. Kedai-kedai yang berderet menjajakan berbagai kuliner nikmat.
 
Tao Silalahi, menawarkan paket wisata alam, dengan bermalam di pinggir danau menggunakan  tenda, menikmati panorama malam nan indah permai sambil menikmati lezatnya ikan pora-pora bakar.  Jelang pagi ayo cepat bangun, berolahraga pagi dengan menelusuri bukit sambil menghangatkan badan. Ada hadiah keren luar biasa berupa lukisan karya Tuhan yang indah dan menakjubkan.  Bias sunrise yang dapat dinikmati dari bukit di Tao Silalahi, akan memesona netra  dan sangat menyentuh hati.
 
So, jangan hanya berfantasi, mari kita ke Dairi, untuk menikmati secangkir kopi, di tengah  panorama alam yang penuh sensasi.
 
Sidikalang, Februari 2023
Baris 95:
== Upacara Mardang Dalam Masyarakat Pakpak ==
 
RANGKAIAN KEGIATAN DALAM ACARA RITUS MARDANG    MASYRAKAT PAKPAK
 
MARDANG
Baris 103:
Proses menanam padi diladang dikenal dengan istilah mardang yang terbagi atas dua jenis pekerjaan yaitu Mertutak dan mengenah.
 
Mertutak  yaitu menugal dengan alat bantu tugal “sebatang kayu yang di runcingkan”. Mengenah adalah menabur benih di lubang hasil tugalan. Mertutak “Menugal” biasanya dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dikerjakan oleh perempuan dan anak-anak.
 
Mertutak “menugal” dilakukan sekitar 3- 4 orang sesuai dengan luas lahannya, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dilakukan sekitar 6-8 orang sesuai dengan luas lahannya. Biasanya pekerjaan Mardang “menanam” diawali waktu yang lebih cepat yakni sekitar jam 07.00 wib dan biasanya juga akan selesai sebelum pukul 14.00 wib.
Baris 111:
Pertama: Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
 
Kedua: Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan  sudah siap untuk diardangi,  pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang dan perlengkapan lainnya untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang. Sebelum memulai mardang, para pekerja terlebih dahulu membuat persodipen. Memohon kepada Tuhan agar semua pekerjaan nantinya berjalan lancar dan hasilnya juga memuasakan. Dan biasanya akan di buat juga persentabin kepada leluhur dan pengisi ladang agar semua berjalan baik.
 
Ketiga: Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut  ambil bagian dalam  kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
 
Keempat: Dalam kerja mardang para pekerja akan berjalan maju dalam menanam padi, di depan adalah para penutak(membuat lubang tempat di masukkannya padi untuk di tanam) dan di belakang akan di ikuti oleh pengenah.
Baris 159:
Isi dialog
 
Dalam hal ini dialog  yang di ucapkan bersifat umum dan tidak ada dialog khusus.hanya dialog ringan antara perempuan yang sedang bekerja
 
Contoh:
Baris 167:
(salam selamat kepada kita semua yang hadir disni , terima kasih banyak kami ucapkan kepada para kerabat yang sudah hadir dan turut membantu pekerjjann kami dalam membuka/ mengerjakan lahan ini )
 
Pekerja  : “ Njuah-njuah meraduna , kami pe merlolo ate ngo enggo i arahken ke na lako ki urupi dekket mereken geggoh i bagesen kerejo ta en ”
 
(Salam selamat juga, kami juga sangat senang karena telah di undang dan di percayakan ikut membantu dan memberikan tenaga dalam pekerjan kita ini)
Baris 175:
(meminta kepada Tuhan agar di berikan hasil yang melimpah dan juga para leluhur yang telah mendahului kita agar tetap ikut menjaga. )
 
Pekerja  : “ imo tuhu 
 
( semoga semua berjalan dengan baik)
Baris 181:
Setting lokasi
 
Dalam acara merambusi  lokasi yang di gunakan adalah lahan pertanian yang akan ditanami padi .
 
List property
Baris 191:
Pakain khusus
 
Dalam acara mardang  pakaian yang digunakan bersifat bebas dan biasanya di sebut pakaian berladang (ari-ari). Dan tambahan sebagai penutup kepala untuk menghindari terik matahari. Untuk laki-laki disebut dengan gonje-gonje dan untuk perempuan saong-saong
 
Mpama-mpama
 
Dalam acara menoto biasanya mpama yang digunakan bersifat bebas  dan candaan agar para pekerja tidak merasa bosan dan juga merasa terhibur.
 
Contoh mpama dalam masa proses menoto adalah
Baris 211:
Kain panjang i babo ganjela
 
keranjang  poda tertokor,
 
Laus meronan  pe nggo mela.
 
Ncuak kayu merdahan,
Baris 283:
 
 
Penjelasan  dari rangkaian acara mardang  .  
 
orotdaerah.com – Mardang adalah suatu tradisi kebersamaan menanam page (padi) yang dilakukan masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara. Tradisi mardang identik dengan budisaya padi darat dengan menabur benih padi secara bergotong-royong oleh keluarga dan sekelompok masyarakat. Kegiatan ini bisa  juga disebut sebagai suatu kearifan lokal yang mempermudah dan mempercepat proses penanaman padi di daerah itu.
 
Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
 
Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan  sudah siap untuk diardangi,  pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang.  
 
Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut  ambil bagian dalam  kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
 
Setelah selesai mardang, sukut biasnya menjamu pekerja makan siang di ladangnya tersebut. Jamuan yang sangat  nikmat, apalagi nasi dan lauknya masih hangat karena dimasak di tengah ladang. Makanan hangat nan lezat itu membuat rasa letih bekerja selama mardang hilang karena semangat kerja dan jalinan silaturahim dalam kebersamaan.
 
Mardang tidak hanya kegiatan menabur dan menanam benih padi, tapi juga berlanjut ke tahap memelihara benih hingga tumbuh. Semangat bergotong-royong, saling membantu, kebersamaan, silaturahmi dan kepedulian sosiallah yang ditonjolkan. Inilah alasan sehingga tradisi mardang ini patut tetap dipelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai wujud kerja sama yang baik dan rasa perduli.
Baris 308:
== Upacara Mardang Dalam Masyarakat Pakpak ==
 
RANGKAIAN KEGIATAN DALAM ACARA RITUS MARDANG    MASYRAKAT PAKPAK
 
MARDANG
Baris 316:
Proses menanam padi diladang dikenal dengan istilah mardang yang terbagi atas dua jenis pekerjaan yaitu Mertutak dan mengenah.
 
Mertutak  yaitu menugal dengan alat bantu tugal “sebatang kayu yang di runcingkan”. Mengenah adalah menabur benih di lubang hasil tugalan. Mertutak “Menugal” biasanya dikerjakan oleh laki-laki maupun perempuan, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dikerjakan oleh perempuan dan anak-anak.
 
Mertutak “menugal” dilakukan sekitar 3- 4 orang sesuai dengan luas lahannya, sedangkan Mengenah “menabur” biasanya dilakukan sekitar 6-8 orang sesuai dengan luas lahannya. Biasanya pekerjaan Mardang “menanam” diawali waktu yang lebih cepat yakni sekitar jam 07.00 wib dan biasanya juga akan selesai sebelum pukul 14.00 wib.
Baris 324:
Pertama: Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
 
Kedua: Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan  sudah siap untuk diardangi,  pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang dan perlengkapan lainnya untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang. Sebelum memulai mardang, para pekerja terlebih dahulu membuat persodipen. Memohon kepada Tuhan agar semua pekerjaan nantinya berjalan lancar dan hasilnya juga memuasakan. Dan biasanya akan di buat juga persentabin kepada leluhur dan pengisi ladang agar semua berjalan baik.
 
Ketiga: Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut  ambil bagian dalam  kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
 
Keempat: Dalam kerja mardang para pekerja akan berjalan maju dalam menanam padi, di depan adalah para penutak(membuat lubang tempat di masukkannya padi untuk di tanam) dan di belakang akan di ikuti oleh pengenah.
Baris 372:
Isi dialog
 
Dalam hal ini dialog  yang di ucapkan bersifat umum dan tidak ada dialog khusus.hanya dialog ringan antara perempuan yang sedang bekerja
 
Contoh:
Baris 380:
(salam selamat kepada kita semua yang hadir disni , terima kasih banyak kami ucapkan kepada para kerabat yang sudah hadir dan turut membantu pekerjjann kami dalam membuka/ mengerjakan lahan ini )
 
Pekerja  : “ Njuah-njuah meraduna , kami pe merlolo ate ngo enggo i arahken ke na lako ki urupi dekket mereken geggoh i bagesen kerejo ta en ”
 
(Salam selamat juga, kami juga sangat senang karena telah di undang dan di percayakan ikut membantu dan memberikan tenaga dalam pekerjan kita ini)
Baris 388:
(meminta kepada Tuhan agar di berikan hasil yang melimpah dan juga para leluhur yang telah mendahului kita agar tetap ikut menjaga. )
 
Pekerja  : “ imo tuhu 
 
( semoga semua berjalan dengan baik)
Baris 394:
Setting lokasi
 
Dalam acara merambusi  lokasi yang di gunakan adalah lahan pertanian yang akan ditanami padi .
 
List property
Baris 404:
Pakain khusus
 
Dalam acara mardang  pakaian yang digunakan bersifat bebas dan biasanya di sebut pakaian berladang (ari-ari). Dan tambahan sebagai penutup kepala untuk menghindari terik matahari. Untuk laki-laki disebut dengan gonje-gonje dan untuk perempuan saong-saong
 
Mpama-mpama
 
Dalam acara menoto biasanya mpama yang digunakan bersifat bebas  dan candaan agar para pekerja tidak merasa bosan dan juga merasa terhibur.
 
Contoh mpama dalam masa proses menoto adalah
Baris 424:
Kain panjang i babo ganjela
 
keranjang  poda tertokor,
 
Laus meronan  pe nggo mela.
 
Ncuak kayu merdahan,
Baris 496:
 
 
Penjelasan  dari rangkaian acara mardang  .  
 
orotdaerah.com – Mardang adalah suatu tradisi kebersamaan menanam page (padi) yang dilakukan masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara. Tradisi mardang identik dengan budisaya padi darat dengan menabur benih padi secara bergotong-royong oleh keluarga dan sekelompok masyarakat. Kegiatan ini bisa  juga disebut sebagai suatu kearifan lokal yang mempermudah dan mempercepat proses penanaman padi di daerah itu.
 
Dalam tradisi Mardang, masyarakat Pakpak memelihara rasa dan sikap saling membantu secara suka rela, membina hubungan sosial yang baik serta kebersamaan keluarga dengan masyarakat sekitar. Sehingga kegiatan ini tidak hanya untuk mempercepat selesainya suatu pekerjaan tetapi juga menjalin silaturahim dengan lingkungan. Inilah kearifan lokal yang harus tetap kita pelihara.
 
Setelah sebidang ladang selesai dikerjakan pemilik lahan dan  sudah siap untuk diardangi,  pihak sukut (pemilik lahan/tuan rumah) mengajak keluarga dan sekelompok masyarakat untuk mardang di ladangnya. Sukut berperan mempersiapkan benih serta menyediakan jamuan makan siang untuk kelompok masyarakat yang ikut mardang.  
 
Pada saat mardang, daholi (laki-laki) biasanya manutak (membuat lubang kecil-kecil berbaris-baris untuk tempat benih padi) sedangkan daberru (perempuan) membagi-bagikan benih yang sudah dicampur dengan insektisida serta pupuk pada lubang kecil tersebut. Semua pekerja turut  ambil bagian dalam  kegiatan kerja sama mardang ini, sehingga semangat kerja semakin terpacu oleh semangat gotong royong.
 
Setelah selesai mardang, sukut biasnya menjamu pekerja makan siang di ladangnya tersebut. Jamuan yang sangat  nikmat, apalagi nasi dan lauknya masih hangat karena dimasak di tengah ladang. Makanan hangat nan lezat itu membuat rasa letih bekerja selama mardang hilang karena semangat kerja dan jalinan silaturahim dalam kebersamaan.
 
Mardang tidak hanya kegiatan menabur dan menanam benih padi, tapi juga berlanjut ke tahap memelihara benih hingga tumbuh. Semangat bergotong-royong, saling membantu, kebersamaan, silaturahmi dan kepedulian sosiallah yang ditonjolkan. Inilah alasan sehingga tradisi mardang ini patut tetap dipelihara dan diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai wujud kerja sama yang baik dan rasa perduli.