Pandu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(51 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{about|tokoh ''Mahabharata''|organisasi|Kepanduan}}
{{TMH Infobox|
| Image = Raja Pandu
| Caption =
| Nama = Pandu
| Devanagari = पाण्डु
|
| Kitab = ''[[Mahabharata]]''; ''[[Purana]]''
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
|
| Anak = [[Pandawa|Lima Pandawa]].
* Dari Kunti: [[Yudistira]], [[Bima (Mahabharata)|Bima]], dan [[Arjuna]].
* Dari Madri: [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
| Tokoh = ''Mahabharata''
| Kasta = kesatria
| Tempat = [[Hastinapura]]
| Dinasti = [[Dinasti Kuru|Kuru]]
| Ayah = [[Wicitrawirya]]{{br}}[[Byasa]] (''de facto'')
| Ibu = [[Ambalika]]
}}
{{HastinaRaja}}
'''Pandu'''
Pandu memiliki dua orang istri, yaitu [[Kunti]] dan [[Madri]].
Kata ''Pāṇḍu'' dalam [[bahasa Sanskerta]] berarti pucat. ''Mahabharata'' mendeskripsikan bahwa kulitnya memang pucat atau kekuningan.<ref name="pale">{{Cite web|title=The Mahabharata, Book 1: Adi Parva: Sambhava Parva: Section CVI|url=https://www.sacred-texts.com/hin/m01/m01107.htm|access-date=2020-08-31|website=www.sacred-texts.com}}</ref>
== Kelahiran ==
== Pemerintahan ==
▲Ayah Pandu adalah [[Wicitrawirya]] dan ibunya adalah [[Ambalika]]. Saat Wicitrawirya wafat, ia belum memiliki keturunan. Maka Ambalika diserahkan kepada Bagawan [[Byasa]] agar diupacarai sehingga memperoleh anak. Ambalika disuruh oleh [[Satyawati]] untuk mengunjungi Byasa ke dalam kamar sendirian, dan di sana ia akan diberi anugerah. Ia juga disuruh agar terus membuka matanya supaya jangan melahirkan putera yang buta ([[Dretarastra]]) seperti yang telah dilakukan [[Ambika]]. Maka dari itu, Ambalika terus membuka matanya namun ia menjadi pucat setelah melihat rupa Sang Bagawan ([[Byasa]]) yang luar biasa. Maka dari itu, Pandu (puteranya), ayah para [[Pandawa]], terlahir pucat.
''Mahabharata'' mendeskripsikan Pandu sebagai seorang pemanah yang mahir. Ia diajari ilmu perang dan tata negara oleh pamannya, [[Bisma]]. Saat dewasa, atas saran dari menteri [[Widura]], Pandu diangkat sebagai Raja Kuru meskipun merupakan putra kedua, sebab putra pertama ([[Dretarastra]]) terlahir dalam kondisi [[buta]]. Pandu memimpin tentara [[Dretarastra]] dan juga memerintah kerajaan demi kakaknya. Pandu menaklukkan wilayah [[Kerajaan Dasarna|Dasarna]], [[Kerajaan Kasi|Kashi]], [[Kerajaan Anga|Anga]], [[Kerajaan Wanga|Wanga]], [[Kerajaan Kalinga|Kalinga]], [[Kerajaan Magadha|Magadha]], dan lain-lain.<ref>{{cite book|last=Menon|first=[translated by] Ramesh|title=The Mahabharata : a modern rendering|url=https://archive.org/details/mahabharatamoder0000unse|year=2006|publisher=iUniverse, Inc.|location=New York|isbn=9780595401871}}</ref>
== Pernikahan ==
Pandu menikahi [[Kunti]] (putri angkat Raja [[Kuntiboja]] dari Bangsa [[Yadawa]]) setelah mengikuti suatu [[sayembara]]. Pernikahan tersebut mendekatkan hubungan antara bangsawan Yadawa (keluarga [[Kresna]] dan [[Baladewa]]) dengan [[Dinasti Kuru]]. Tak lama setelah pernikahannya dengan Kunti, [[Bisma]] mencari istri kedua bagi Pandu. Maka ia berangkat menuju [[kerajaan Madra]] untuk menjodohkan putri Madri kepada Pandu. Niat Bisma diterima baik oleh [[Salya]], Raja Madra. [[Madri]] pun menikah dengan Pandu.<ref>{{Cite book|last=Debalina|url=https://books.google.com/books?id=9hfHDwAAQBAJ&q=bhishma+gets+pandu+married+with+Madri&pg=PT123|title=Into the Myths: A Realistic Approach Towards Mythology and Epic|date=2019-12-20|publisher=Partridge Publishing|isbn=978-1-5437-0576-8|language=en}}</ref>
== Pengasingan diri ==
Dikisahkan bahwa saat berburu di hutan, tanpa sengaja Pandu memanah seorang [[resi]] bernama [[Kindama]] yang sedang [[hubungan seksual|bersenggama]] dalam wujud rusa. Atas perbuatan tersebut, sang resi mengutuk Pandu agar kelak ia meninggal seketika apabila bersenggama dengan wanita. Maka dari itu, Pandu tidak bisa memiliki anak dengan cara bersenggama.<ref name="ramankuty"/> Setelah dikutuk Resi Kindama, Pandu merasa bahwa perannya sebagai raja telah sia-sia apabila tidak mampu memiliki keturunan. Maka ia memutuskan untuk meninggalkan istana bersama kedua istrinya dan hidup seperti pertapa, sedangkan takhta kerajaan diserahkan kepada kakaknya, [[Dretarastra]].<ref name="ramankuty">{{cite book|last=Ramankutty|first=P.V.|title=Curse as a motif in the Mahābhārata|year=1999|publisher=Nag Publishers|location=Delhi|isbn=9788170814320|edition=1.}}</ref> Menurut kitab ''[[Adiparwa]]'', Pandu dan kedua istrinya menuju hutan di wilayah perbukitan Satasringga.
Kelima putra pandu dikenal sebagai [[Pandawa]]. Berita kelahiran mereka disampaikan ke Hastinapura. Dengan demikian, Pandu memiliki pewaris yang sah.
== Kematian ==
Lima belas tahun setelah ia hidup di tengah hutan, ketika [[Kunti]] dan putra-putranya berada jauh, Pandu mencoba untuk [[hubungan seksual|bersenggama]] dengan [[Madri]]. Atas tindakan tersebut, Pandu tewas sesuai dengan kutukan yang diucapkan oleh resi yang pernah dibunuhnya. Madri pun merasa bersalah karena telah menerima ajakan dari Pandu. Saat upacara [[kremasi|pembakaran jenazah]], Madri memutuskan untuk membakar dirinya sendiri (''[[sati (praktik)|sati]]'') untuk menyusul suaminya. Sebelumnya, ia menitipkan putra kembarnya agar dirawat oleh Kunti.<ref>{{Cite book|last=Fang|first=Liaw Yock|url=https://books.google.com/books?id=yIv3AwAAQBAJ&q=madri+suicide&pg=PA76|title=A History of Classical Malay Literature|date=2013|publisher=Institute of Southeast Asian|isbn=978-981-4459-88-4|language=en}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop voorstellende Pandu TMnr 3582-33.jpg|ka|240px|jmpl|Pandu dalam versi pewayangan Jawa.]]
Dalam pewayangan, tokoh Pandu ([[Bahasa Jawa]]: ''Pandhu'') merupakan putra [[Byasa]] dan [[Ambalika]], janda [[Wicitrawirya]]. Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki
Pandu
▲==Versi Pewayangan Jawa==
▲Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacad di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali berjumpa [[Abyasa]]. Para [[dalang]] mengembangkan kisah masa muda Pandu yang hanya tertulis singkat dalam ''[[Mahabharata]]''. Misalnya, Pandu dikisahkan selalu terlibat aktif membantu perkawinan para sepupunya di [[Mandura]].
=== Keluarga ===▼
Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan kitab ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putra kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian
▲Pandu kemudian menikah dengan [[Kunti]] setelah berhasil memenangkan sayembara di negeri [[Mandura]]. Ia bahkan mendapatkan hadiah tambahan berupa [[Dewi Madrim]] setelah berhasil mengalahkan [[Salya]], kakak sang dewi. Di tengah jalan ia juga berhasil mendapatkan satu putri lagi bernama [[Gendari]] dari negeri Plasajenar setelah mengalahkan kakaknya yang bernama Prabu Gendara. Putri yang terakhir ini kemudian diserahkan kepada [[Dretarastra]], kakak Pandu.
=== Akhir riwayat ===
▲Pandu naik takhta di [[Hastina]] menggantikan [[Abyasa]] dengan bergelar '''Prabu Pandu Dewanata''' atau '''Prabu Gandawakstra'''. Ia memerintah didampingi [[Gandamana]] pangeran [[Pancala]] sebagai [[patih]]. Tokoh [[Gandamana]] ini kemudian disingkirkan oleh [[Sengkuni]], adik [[Gendari]] secara licik.
Kematian Pandu dalam pewayangan bukan karena bersenggama dengan [[Madri]], melainkan karena berperang melawan Prabu Tremboko, muridnya sendiri. Dikisahkan bahwa Madri mengidam ingin bertamasya naik Lembu [[Nandini]], [[wahana]] [[Batara Guru]]. Pandu pun naik ke kahyangan mengajukan permohonan istrinya. Sebagai syarat, ia rela berumur pendek dan masuk [[neraka]]. Batara Guru mengabulkan permohonan itu. Pandu dan Madri pun bertamasya di atas punggung Lembu Nandini. Setelah puas, mereka mengembalikan [[lembu]] itu kepada Batara Guru. Beberapa bulan kemudian, Madri melahirkan bayi kembar bernama [[Nakula]] dan [[Sadewa]].
Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari [[
▲===Keluarga===
▲Dari kedua istrinya, Pandu mendapatkan lima orang putra yang disebut [[Pandawa]]. Berbeda dengan ''[[Mahabharata]]'', kelimanya benar-benar putra kandung Pandu, dan bukan hasil pemberian [[dewa]]. Para [[dewa]] hanya dikisahkan membantu kelahiran mereka. Misalnya, [[Batara Darma]] membantu kelahiran [[Puntadewa]], dan [[Batara Bayu]] membantu kelahiran [[Bimasena]].
==
{{Silsilah Pratipa}}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
----
▲Sesuai kesanggupannya, Pandu pun berusia pendek. Akibat adu domba dari [[Sengkuni]], Pandu pun terlibat peperangan melawan muridnya sendiri, seorang raja raksasa dari Pringgadani bernama Prabu Tremboko. Perang ini dikenal dengan nama '''Pamoksa'''. Dalam perang itu Tremboko gugur terkena anak panah Pandu, namun ia sempat melukai paha lawannya itu menggunakan keris Kyai Kalanadah.
▲Atas perjuangan putra keduanya, yaitu [[Bimasena]] beberapa tahun kemudian, Pandu akhirnya mendapatkan tempat di [[sorga]]. Versi lain yang lebih dramatis mengisahkan Pandu tetap memilih hidup di [[neraka]] bersama [[Madrim]] sesuai janjinya kepada [[dewa]]. Baginya, tidak menjadi masalah meskipun ia tetap tinggal di [[neraka]], asalkan ia dapat melihat keberhasilan putra-putranya di dunia. Perasaan bahagia melihat darma bakti para [[Pandawa]] membuatnya serasa hidup di [[sorga]].
{{start box}}
{{succession box|
before=[[Wicitrawirya]]|
years=[[Dinasti Kuru]]|
title=Raja [[Hastinapura]]|
after=[[Dretarastra]]}}
Baris 81:
{{Tokoh Mahabharata}}
{{tokoh mitologi hindu}}
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Raja dalam mitologi Hindu]]
|