Sejarah Asia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
k membenarkan ejaan satu kata saja |
||
(29 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[File:Map_of_Asia.png|thumb|300px|right|Peta politik Asia dewasa ini]]
[[Berkas:Chinese silk, 4th Century BC.JPG| '''Sejarah Asia''' dapat dilihat sebagai sejarah kolektif
Kawasan stepa sudah sejak lama dihuni oleh kaum pengembara berkuda
Sejarah Asia
== Prasejarah ==
{{Utama|Prasejarah Asia}}
|url=http://www.uparchaeology.org/archae.pdf
|title=Second preliminary report of the excavations at Lahuradewa district
|publisher=Directorate of Archaeology (U.P,India)
|access-date=2016-08-31
|archive-date=2011-06-13
</ref>▼
|archive-url=https://web.archive.org/web/20110613040512/http://www.uparchaeology.org/archae.pdf
|dead-url=yes
▲}}</ref>
|url=http://www.kaogu.cn/en/detail.asp?ProductID=982
|title=New Archaeological Discoveries and Researches in 2004
|publisher=Institute of Archaeology
|accessdate=2007-09-18
|archive-date=2011-05-12
|archive-url=https://web.archive.org/web/20110512174808/http://www.kaogu.cn/en/detail.asp?ProductID=982
</ref>▼
|dead-url=yes
▲}}</ref>
Sekitar tahun 5500 SM, peradaban [[Tel Halaf|Halafi]]
Di kawasan selatan Mesopotamia
== Sejarah kuno ==
=== Zaman perunggu ===
{{Main|Timur Dekat Kuno}}
[[Zaman Tembaga]] bermula sekitar tahun 4500 SM, disusul [[Zaman Perunggu]] yang bermula sekitar tahun 3500 SM, menggantikan peradaban [[Neolitikum|Zaman Batu Muda]].
[[Peradaban Lembah Sungai Indus]] adalah peradaban Zaman Perunggu (3300–1300 SM;
Tiongkok dan [[Vietnam]] juga
Di [[Ban Chiang]],
=== Zaman
{{Main|Zaman Besi}}
Baris 49 ⟶ 55:
==== Timur Tengah ====
[[Kekaisaran Akhemeniyah|Wangsa Akhaimeni]] di [[Kekaisaran Persia]], didirikan oleh [[Koresh yang Agung|Koresy Agung]], menguasai wilayah luas yang membentang dari [[Yunani]] dan [[Turki]] sampai ke [[Sungai Indus]] dan Asia Tengah pada abad ke-6 sampai abad ke-4 SM. Kebijakan-kebijakan pemerintah Persia di antaranya adalah toleransi terhadap budaya-budaya lain, struktur pemerintahan yang sangat terpusat, dan pengembangan infrastruktur yang signifikan. Kelak, pada masa pemerintahan [[Darius I|Darius Agung]], wilayah-wilayah kekuasaan dipersatukan, suatu sistem birokrasi dikembangkan, kaum bangsawan diberi jabatan-jabatan militer, pemungutan cukai diatur dengan saksama, dan mata-mata disebar untuk menyelidiki kesetiaan kepala-kepala daerah. Agama utama di Persia kala itu adalah [[Zoroastrianisme]], yang diajarkan oleh filsuf [[Zoroaster]]. Agama ini memperkenalkan suatu bentuk awal [[monoteisme]] di wilayah itu. Agama ini melarang kurban hewan dan pemakaian ramuan-ramuan memabukkan dalam upacara-upacara keagamaan; serta memperkenalkan konsep keselamatan rohani melalui amal dan perbuatan pribadi, konsep [[akhir zaman]], dan konsep [[Pengadilan terakhir|penghakiman]] baik atas bangsa-bangsa maupun atas pribadi-pribadi dengan ganjaran [[surga]] atau [[neraka]]. Konsep-konsep ini kelak sangat mempengaruhi para penguasa dan rakyat kekaisaran Persia. Lebih
[[Aleksander Agung]] menaklukkan wangsa ini pada abad ke-4 SM, dan menciptakan suatu [[periode Hellenistik|zaman Helenistis]] yang berlangsung singkat. Ia tidak sanggup menegakkan stabilitas dan sesudah kematiannya, Persia pecah menjadi wangsa-wangsa kecil yang lemah, termasuk [[Kekaisaran Seleukia|wangsa Seleukia]], disusul oleh [[Kekaisaran Parthia]]. Menjelang akhir Zaman Kuno, Persia telah dikonsolidasikan kembali menjadi [[Kekaisaran Sasaniyah|Kekaisaran Sasania]] yang dikenal pula sebagai Kekaisaran Persia yang kedua.
Baris 87 ⟶ 93:
=== Timur Tengah Islam ===
{{See also|Budaya Islam|Ilmu pengetahuan di dunia Islam pada Zaman Pertengahan}}
[[Kekhalifahan]] Islam dan negara-[[negara Islam]] lainnya mengambil alih kekuasaan atas Timur Tengah, [[Kaukasus]], dan Asia Tengah selama [[penaklukan Islam|penaklukan kaum Muslim]]
Di awal Zaman Pertengahan pada 500, Timur Tengah terdiri atas negara-negara kecil yang lemah; dua negara yang paling terkemuka adalah [[Kekaisaran Sasaniyah|Kekaisaran Sasania]] di Persia (sekarang Iran), dan Kekaisaran Bizantium di Turki. Di semenanjung Arabia (sekarang [[Arab Saudi]]), suku-suku pengembara [[Suku Badui (Arab)|Badawi]] mendominasi wilayah padang pasir, tempat mereka menyembah berhala-berhala dan hidup dalam puak-puak kecil yang saling berkerabat.{{sfn|Stearns|2011|page=138}} Urbanisasi dan pertanian sangat terbatas, kecuali di beberapa daerah dekat pesisir pantai. [[Mekah]] dan [[Madinah]] adalah dua di antara kota-kota yang menjadi pangkalan-pangkalan dagang di antara [[Afrika]] dan [[Eurasia]]. Perdagangan menjadi urat nadi kehidupan kota, sehingga sebagian besar warganya adalah para saudagar.
Baris 93 ⟶ 99:
==== Kekaisaran Islam perdana ====
{{main|Kekhalifahan Umayyah}}
[[Berkas:Muhammad 11.jpg|
Sejak 613 sampai pada 630, [[Muhammad]] menyebarkan agama Islam di gurun Arabia, berpuncak pada kemenangannya di [[Mekah]]. Ia kemudian mempersatukan suku-suku Arab menjadi sebuah Kekaisaran Islam yang dikepalai oleh seorang pemimpin agama dan politik, [[khalifah]]. Gabungan suku-suku Arab ini kelak maju menaklukkan Kekaisaran Sasania serta wilayah-wilayah yang kini disebut [[Suriah]], [[Palestina]], [[Mesir]], dan [[Libya]].{{sfn|Stearns|2011|page=148=149}} Sebuah bala pasukan laut Arab dibentuk dan tak lama kemudian menguasai Mediterania, membuat Kekaisaran Bizantium tidak berdaya dalam kepungannya sampai berabad-abad kemudian.{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}} Permasalahan-permasalahan seputar penentuan para khalifah pengganti Muhammad berakibat meletusnya [[Perang Riddah]] dan pada akhirnya mengakibatkan perpecahan [[Sunni]]-[[Syi'ah]], dua golongan umat Islam yang saling bertentangan; kaum Sunni pada akhirnya menjadi golongan yang dominan dan mendirikan [[Kekhalifahan Umayyah|Kekhalifahan Umawiyah]].{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}}
Baris 100 ⟶ 106:
==== Kekaisaran Abbasiyah ====
{{main|Kekhalifahan Abbasiyah}}
[[Berkas:Abbasid Caliphate most extant.png|230px|
Kekaisaran Umawiyah mengalami kemunduran sejak permulaan abad ke-8 tatkala para pemimpinnya makin lama makin menjauh dari rakyat, terutama dari para pejuang yang telah mempertaruhkan nyawa dalam perang-perang penaklukan.{{sfn|Stearns|2011|page=151}} Sebuah golongan politik baru, Bani Abbas, bergabung dengan golongan-golongan yang memendam kekecewaan, yakni para pejuang, kaum Syi'ah, dan kaum Mawali, kemudian menumbangkan Bani Umayyah pada 750 dalam [[Pertempuran Zab]]. Sisa-sisa Bani Umayyah melarikan diri ke [[Iberia|Semenanjung Iberia]], kemudian mendirikan di sana sebuah kerajaan Islam merdeka, [[Kekhalifahan Kordoba]]. Pembentukan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] bermula dengan pemindahan ibu kota ke [[Baghdad]] di Persia (sekarang Irak) pada 762, dan bersamaan dengan itu terjadi pula penerapan tata lembaga politik Persia, seperti pembentukan monarki absolut yang berkuasa penuh secara mutlak tanpa tentangan, serta suatu birokrasi yang lebih baik di bawah kepemimpinan seorang [[Wazir]] yang mengambil alih hampir seluruh tanggung jawab politik dan administrasi yang sebelumnya diemban Khalifah.{{sfn|Stearns|2011|page=154}} Pemerintahan Bani Abbas juga mengalami suatu lonjakan besar di bidang perniagaan, khususnya perniagaan di laut, dengan mengirim kapal-kapal [[dhow|dow]] (bahasa Arab: داو, dāw) yang melanjutkan ekspansi, pertama-tama dengan mengutus para saudagar dan misionaris ke [[India]] dan [[Asia Tenggara]]. Pada akhirnya timbul konflik akibat dari masalah-masalah perompakan di India yang mendorong Bani Abbas mulai berupaya menaklukkan wilayah barat India yang menjadi mitra dagang mereka. Ekspedisi pertama dipimpin oleh seorang panglima berkebangsaan [[bangsa Turk|Turki]], [[Qutb-ud-din Aybak]], dan berjaya mendirikan [[Kesultanan Mamluk (Delhi)|Kesultanan Mamluk]] pada 1206 yang diperintah oleh seorang sultan (bahasa Arab: سلطان) yang berarti "penguasa."
[[Berkas:Saladin in Jerusalem.jpg|
Akan tetapi pemerintahan Bani Abbas tak lama kemudian tumbang oleh penyebab yang sama dengan penyebab kejatuhan Bani Umayyah. Golongan-golongan yang berbeda-beda di kalangan istana, khususnya sejumlah kelompok [[bangsa Turk|orang Turki]], bertarung memperebutkan kekuasaan. Khalifah mulai bergantung pada para penasihat yang berasal dari keluarga-keluarga kaya, yang kadang-kadang menjadikannya sebagai boneka mereka belaka. Semua ini terjadi tatkala [[Dinasti Buya|wangsa Buya]] berkebangsaan Persia berdiri pada 934. Pemerintah Syi'ah ini hanya mampu bertahan selama seabad lebih, dan dengan cepat dikalahkan bangsa Turki yang kelak membentuk [[dinasti Seljuk|wangsa Seljuk]] menjelang 1051 dan menegakkan kembali pemerintahan Sunni. Meskipun demikian, masalah-masalah seputar suksesi dan selisih paham sengit antar faksi terus-menerus berlanjut selama [[Perang Salib Pertama]], yang dikobarkan oleh bangsa-bangsa Eropa Kristen pada 1095, dan yang umumnya tak diacuhkan para penguasa Muslim yang jauh lebih kuat,{{sfn|Stearns|2011|page=167}} bahkan sesudah para prajurit Perang Salib berhasil menguasai [[Yerusalem]]. Delapan [[Perang Salib]] berikutnya berakhir dengan tingkat keberhasilan berbeda-beda, dan pihak Kristen kelak kehilangan banyak wilayah setelah kaum Muslim bersatu di bawah pimpinan [[Salahuddin Ayyubi|Saladin]] pada penghujung abad ke-12.{{sfn|Stearns|2011|page=167}} Menjelang 1291, seusai [[Perang Salib Kesembilan|Perang Salib Terakhir]] dan jatuhnya kota [[Akko]], pihak Kristen telah kehilangan seluruh wilayah yang pernah direbutnya.{{sfn|Stearns|2011|page=167}}
Wilayah Kekhalifahan Abbasiyah yang sedikit demi sedikit terpecah-belah kelak dihadapkan pada tantangan-tantangan baru di awal abad ke-13, ketika [[Asia Tengah]] diterjang suku-suku pengembara, [[suku Mongol|bangsa Monggol]]; di bawah pimpinan [[Jenghis Khan]] yang terkenal bengis, bangsa Monggol menjarah-rayah sebagian besar wilayah imperium timur.{{sfn|Stearns|2011|page=172|chapter=7|quote=Bangsa pengembara Asia tengah lainnya, kaum Monggol, bersatu dibawah pimpinan panglima besar mereka, Chinggis Khan, pertama kali menjarah pada 1220-an dan kemudian meremukkan kerajaan-kerajaan Turki-Persia yang marak menempati kawasan-kawasan di sebelah timur dari Baghdad.}} Pada 1258, cucu Jenghis Khan, [[Hulagu Khan]], merampungkan usaha kakeknya dengan menjarah kota Baghdad dan menewaskan khalifah.{{sfn|Stearns|2011|page=172|chapter=7|quote=Pada 1258, ibu kota Bani Abbas di Baghdad direbut bangsa Monggol dan sebagian besar dari kota itu dijarah-rayah. Khalifah Bani Abbas yang ke-37 sekaligus yang penghabisan dibunuh bangsa Monggol.}} Bangsa Monggol pada akhirnya mundur, akan tetapi kekacauan yang terjadi di seluruh kekaisaran membuat wangsa Seljuk kehilangan kekuasaan. Pada 1401, kondisi kekhalifahan yang sudah lemah dan lumpuh itu semakin diperparah oleh tokoh berdarah campuran Turki-Monggol, [[Tamerlane|Timūr-i Leng]], dengan serbuan-serbuannya yang keji. Kala itu telah muncul segolongan bangsa Turki lain, yakni kaum [[Kesultanan Utsmaniyah|
=== India ===
Baris 117 ⟶ 123:
Zaman pascakuno Tiongkok adalah zaman kebangkitan dan keruntuhan wangsa Sui, wangsa Tang, wangsa Song, dan wangsa Yuan, yang berdampak pada peningkatan mutu birokrasi, penyebaran [[agama Buddha]], dan munculnya filsafat [[Neo-Konfusianisme]]. Zaman Pertengahan adalah zaman tiada-banding dalam seni tembikar dan seni lukis Tiongkok. Mahakarya-mahakarya arsitektur seperti Gapura Selatan Agung di Todaiji, Jepang, dan kuil Tien-ning di Beijing, Tiongkok, adalah beberapa di antara bangunan-bangunan yang masih bertahan dari zaman ini.
[[Berkas:Tang Dynasty circa 700 CE.png|230px|
==== Wangsa Sui ====
Baris 123 ⟶ 129:
Pada 580-an, sebuah wangsa kuat yang baru muncul dari tengah-tengah sekian banyak faksi yang saling bertikai di Tiongkok. Semuanya bermula tatkala seorang bangsawan bernama Yang Jian menikahkan puterinya dengan kaisar dari wangsa Zhou utara. Kelak Yang Jian menyatakan diri sebagai [[Wen dari Sui|Kaisar Wen dari wangsa Sui]] dan mengambil hati bala tentara kelana dengan menelantarkan golongan cendekiawan konfusianis. Tak lama kemudian Kaisar Wen pun memimpin perang penaklukan atas wangsa Chen selatan dan berhasil mempersatukan kembali Tiongkok di bawah pemerintahan [[Dinasti Sui|wangsa Sui]]. Kaisar Wen menurunkan beban cukai dan membangun lumbung-lumbung yang ia gunakan untuk mencegah bencana kelaparan dan untuk mengendalikan pasar. Ia kelak dibunuh puteranya sendiri yang merebut takhta kekaisaran dan menyatakan diri sebagai [[Kaisar Yang dari Sui|Kaisar Yang dari wangsa Sui]]. Kaisar Yang menghidupkan kembali golongan cendekiawan konfusianis dan birokrasi, yang menimbulkan kemarahan kaum bangsawan dan para panglima bala tentara kelana. Kaisar Yang adalah seorang pemimpin yang melampaui batas, yang menghambur-hamburkan kekayaan Tiongkok untuk hidup bermewah-mewahan dan untuk membiayai usaha-usaha penaklukan atas Korea. Kegagalan-kegagalan militernya dan pengabaiannya terhadap kekaisaran memaksa menteri-menterinya sendiri untuk membunuhnya pada 618, yang menjadi akhir bagi kekuasaan wangsa Sui.
[[Berkas:Tang buddha 6.JPG|
==== Wangsa Tang ====
{{main|Dinasti Tang}}
Untung saja salah satu penasehat tepercaya Kaisar Yang, Li Yuan, lekas-lekas mengambil alih tahta sehingga mencegah merebaknya kekacauan menyusul runtuhnya kekaisaran. Ia menyatakan diri sebagai [[Kaisar Tang Gaozu|Kaisar Gaozu]], dan mendirikan [[dinasti Tang|wangsa Tang]] pada 623. Pada zaman wangsa Tang, wilayah Tiongkok diperluas dengan menaklukkan Tibet di sebelah barat, [[Vietnam]] di selatan, dan Manchuria di utara. Para kaisar Tang juga memperbaiki mutu pendidikan para cendekiawan penggerak birokrasi Tiongkok. Kaisar membentuk semacam Kementrian Agama dan memperbaiki sistem ujian sehingga penentuan bidang kerja bagi para peserta ujian dapat dilakukan dengan lebih tepat.{{sfn|Stearns|2011|page=270|chapter=12|quote=Pada zaman Tang dan Song, sistem ujian semakin dikembangkan, dan cara-cara meraih jabatan di bidang pelayanan masyarakat sipil ditata dengan aturan sehingga semakin tertib. Ini berarti bahwa dalam dunia perpolitikan, sistem politik bangsa Tionghoa sudah sangat maju melampaui sistem politik apapun yang ada sebelumnya (dan yang kelak muncul berabad-abad kemudian), dengan menghubungkan kelaikan, yang diukur dengan cara menguji keterampilan, dengan kewenangan dan jabatan.}} Selain itu, agama Buddha menjadi populer di Tiongkok dalam dua aliran berbeda, aliran [[Buddha Tanah Murni|Tanah Murni]] yang populer di kalangan rakyat jelata dan aliran [[Zen]] yang populer di kalangan para pembesar.{{sfn|Stearns|2011|pages=271–272|chapter=12|quote=Di tengah masyarakat, aliran agama Buddha Mahayana tanah murni yang mengajarkan keselamatan berhasil mendapatkan ramai pengikut karena aliran ini tampaknya menyediakan suatu tempat berlindung
Wangsa Tang mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan [[Kaisar Tang Xuanzong|Kaisar Xuanzong]], yang mula-mula mengabaikan perekonomian dan militer serta menimbulkan keresahan di kalangan istana akibat terlampau dipengaruhi selirnya, [[Yang Guifei]], beserta keluarganya.{{sfn|Stearns|2011|page=274|chapter=12|quote=Arogansi dan ambisi berlebihan dari Yang Guifei dan keluarganya membangkitkan amarah pihak-pihak penentang mereka di lingkungan istana, yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjadikan tindakan berlebihan Yang sebagai penyebab keresahan masyarakat.}} Kenyataan ini mengakibatkan timbulnya pemberontakan pada 755.{{sfn|Stearns|2011|page=274|chapter=12|quote=Krisis yang semakin parah mencapai puncaknya pada 755 tatkala salah satu petinggi militer utama [Xuanzong] ... memimpin sebuah pemberontakan yang mendapat dukungan masyarakat luas dengan tujuan mendirikan sebuah wangsa baru menggantikan Tang.}} Pemberontakan itu dapat dipadamkan meskipun dengan jalan melibatkan suku-suku pengembara yang liar dari luar Tiongkok dan dengan memberikan lebih banyak kewenangan kepada penguasa-penguasa daerah, sehingga keadaan pemerintahan dan perekonomian yang merosot dibiarkan tak tertanggulangi. Kekuasaan wangsa Tang secara resmi berakhir pada 907 dan berbagai faksi yang dipimpin suku-suku pengembara dan penguasa-penguasa daerah tersebut pun bangkit bertarung memperebutkan kekuasaan atas Tiongkok pada [[Lima Dinasti dan Sepuluh Negara|zaman Lima Wangsa dan Sepuluh Kerajaan]].
Baris 133 ⟶ 139:
==== Wangsa Song ====
{{main|Dinasti Song}}
Menjelang 960, sebagian besar Tiongkok telah dipersatukan kembali di bawah kepemimpinan [[Dinasti Song|wangsa Song]], meskipun terpaksa kehilangan wilayah di utara dan tidak berhasil mengalahkan salah satu di antara suku-suku pengembara di sana, yakni [[dinasti Liao|wangsa Liao]] dari [[bangsa Khitan]] yang sudah sangat dipengaruhi budaya Tionghoa. Semenjak itu, wangsa Song terpaksa membayar upeti untuk mencegah invasi dan dengan demikian membuka jalan bagi kerajaan-kerajaan bangsa pengembara lainnya untuk menindas mereka. Pada zaman wangsa Song, Konfusianisme dihidupkan kembali dalam bentuk [[Neo-Konfusianisme]]. Hal ini menjadikan para cendekiawan beraliran Konfusianisme berstatus lebih tinggi
==== Wangsa Yuan ====
Baris 148 ⟶ 154:
Zaman pertengahan Jepang ditandai oleh bermulanya [[zaman Asuka]]. Pada zaman Azuka, [[Wangsa Kekaisaran Jepang|wangsa Yamato]] terbentuk, bertepatan dengan permulaan pencatatan sejarah Jepang dan pendirian sebuah ibu kota di daerah [[Prefektur Nara|Nara]] selatan. Pada 600, Jepang mengirimkan misi diplomasi perdananya ke Tiongkok guna mempercepat proses adopsi budaya Tiongkok. Wangsa Yamato memperkokoh kekuasaan mereka dengan birokrasi ala Tiongkok dan mendukung penyebaran agama Buddha yang sampai ke Jepang melalui Tiongkok. Penyebaran agama Buddha dilakukan melalui pendirian kuil-kuil Buddha di kota-kota maupun di desa-desa.{{sfn|Bowman|2000}}
=== Kekaisaran
[[Kekaisaran Mongolia|Kekaisaran
== Permulaan zaman modern ==
{{further|Periode modern awal}}
[[Berkas:Fort St. George, Chennai.jpg|
[[Kekaisaran Rusia]] mulai berekspansi ke Asia semenjak abad ke-17, dan pada akhirnya menguasai seluruh [[Siberia]] dan sebagian besar Asia Tengah menjelang akhir abad ke-19. [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran
=== Tiongkok di bawah wangsa Ming ===
Baris 161 ⟶ 167:
==== Masyarakat dan perekonomian ====
Mungkin karena bersimpati pada rakyat jelata, Kaisar Hongwu membangun banyak jaringan irigasi dan menyelenggarakan proyek-proyek kemasyarakatan yang membantu kaum tani.{{sfn|Stearns|2011|page=504|chapter=22|quote=Mungkin karena asal-usulnya yang bersahaja dan derita hidup yang pernah dialaminya sendiri telah menjadikannya peka akan kesukaran rakyat jelata, Hongwu memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki nasib rakyat jelata. Sebagaimana kebanyakan kaisar yang kuat, ia mengedepankan proyek-proyek pekerjaan umum, yang mencakup pembangunan tanggul-tanggul dan perluasan jaringan irigasi demi meningkatkan hasil panen para petani.}} Rakyat diizinkan pula untuk meneroka dan mengklaim tanah tak bertuan tanpa perlu membayar pajak apa pun dan kewajiban kerja bakti dikurangi.{{sfn|Stearns|2011|page=504|chapter=22|quote=... Hongwu menitahkan agar tanah-tanah tak bertuan dijadikan hak milik bebas pajak bagi barang siapa yang menebas dan menerokanya. Ia mengurangi kewajiban kerja bakti dari rakyat jelata yang dibebankan baik oleh pemerintah maupun para tuan tanah.}} Meskipun demikian, semuanya itu tidaklah cukup untuk menghentikan sepak terjang golongan tuan tanah yang semakin lama semakin kuat, yang mendapatkan banyak hak istimewa dari pemerintah dan perlahan-lahan mengambil alih kendali atas rakyat jelata. Pembelian dan penyitaan lahan oleh para rentenir sebagai ganti pinjaman yang tak terbayarkan memaksa para petani mengabdikan diri kepada para tuan tanah sebagai petani penggarap atau berkelana mencari pekerjaan ke lain tempat.{{sfn|Stearns|2011|page=505|chapter=22}} Pada zaman ini pula, paham [[Neo-Konfusianisme]] jauh lebih mengakar dibanding pada zaman dua wangsa sebelumnya (Song dan Yuan). Penitikberatan pada superioritas yang tua atas yang muda, pria atas wanita, dan guru atas murid menimbulkan sedikit diskriminasi atas golongan-golongan "bawah". Seni rupa bertumbuh pada zaman Ming, dengan teknik-teknik yang makin baik di bidang seni lukis dengan kuas yang menggambarkan suasana di dalam istana, kota dan desa; menggambarkan orang-orang seperti para cendekiawan atau para petualang;
Perekonomian juga tumbuh pesat
==== Kepentingan asing ====
Demi kemuliaan bangsa, negara Tiongkok mulai mengirim [[Kapal jung|jung-jung]] yang mengesankan melayari [[Laut Tiongkok Selatan]] dan [[
[[Berkas:Schall-von-bell.jpg|
Seakan tak terhindarkan, orang-orang Barat pun berlabuh di pantai timur Tiongkok, terutama para misionaris [[Yesuit]] yang mencapai daratan Tiongkok pada 1582. Mereka berupaya [[Misi Tiongkok Yesuit|membuat orang-orang Tionghoa menjadi pemeluk agama Kristen]] dengan jalan pertama-tama mengkonversi orang-orang yang berada di puncak hierarki sosial dan selanjutnya membiarkan golongan-golongan masyarakat di bawahnya ikut beralih keyakinan dengan sendirinya. Guna menghimpun dukungan, banyak padri Yesuit mengadopsi busana, adat-istiadat, dan bahasa Tionghoa.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Para Yesuit meyakini bahwa cara terbaik mengkonversi sebuah peradaban agung seperti Tiongkok adalah dengan mengadopsi busana, adat-istiadat, bahasa, dan sopan-santun para pemukanya.}} Beberapa cerdik-pandai Tionghoa berminat mendalami ajaran-ajaran Barat tertentu dan khususnya teknologi Barat. Jelang 1580-an, para cendekiawan Yesuit seperti [[Matteo Ricci]] dan [[Johann Adam Schall von Bell|Adam Schall]] memukau para petinggi Tionghoa dengan kecangihan-kecanggihan teknologi seperti jam lonceng Eropa, kalender dan meriam yang sudah disempurnakan, dan prediksi waktu terjadinya gerhana secara akurat.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Bermula pada 1580-an, serangkaian suksesi para cendekiawan Yesuit ... melewatkan sebagian besar waktu mereka di ibu kota kekaisaran, mengoreksi kesalahan-kesalahan pada kalender, menempa meriam, memperbaiki jam-jam lonceng yang diimpor dari Eropa, dan memukau para pejabat-cendekiawan Tionghoa dengan keakuratan peralatan mereka dan kemampuan mereka memprediksi gerhana-gerhana.}} Meskipun beberapa pejabat-cendekiawan menjadi pemeluk agama Kristen, banyak yang curiga pada orang-orang Barat yang mereka sebut "orang-orang barbar" dan bahkan jengkel pada mereka karena merasa malu dikoreksi mereka. Sekalipun demikian sejumlah kecil cendekiawan Yesuit terus hadir di istana untuk memukau kaisar dan para penasihatnya.
Baris 175 ⟶ 181:
Mendekati akhir 1500-an, pemerintahan yang sangat terpusat, yang memberikan begitu banyak kewenangan kepada kaisar, mulai gagal berfungsi seiring makin seringnya pemimpin yang tidak cakap menduduki tahta. Bersamaan dengan pemimpin-pemimpin yang tidak cakap ini, berkuasa pula pejabat-pejabat yang kian korup dan memanfaatkan kemerosotan pemerintahan demi keuntungan pribadi. Proyek-proyek prasarana umum sekali lagi telantar akibat ketidakpedulian birokrasi sehingga berbuntut pada bencana banjir, kekeringan, dan kelaparan yang menyengsarakan rakyat jelata. Bencana kelaparan dengan cepat bertambah parah sampai-sampai sebagian orang terpaksa menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, atau terpaksa memakan [[pepagan]], kotoran angsa, bahkan [[Kanibalisme|daging manusia]].{{sfn|Stearns|2011|page=509|chapter=22|quote=Rakyat jelata di distrik-distrik yang dilanda bencana kelaparan terpaksa memakan kulit pohon atau kotoran angsa liar. Sejumlah orang menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, dan penduduk di beberapa daerah terpaksa menjadi kanibal.}} Banyak tuan tanah memanfaatkan situasi itu dengan mendirikan rumah-rumah tinggal yang besar tempat para petani yang sudah sangat tertekan itu dapat bekerja dan dieksploitasi. Pada gilirannya, ramai di antara petani-petani itu yang melarikan diri, menjadi penyamun, dan terang-terangan memberontak.
[[Berkas:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|
Semua kekacauan dan bencana ini berkaitan kemerosotan wangsa Tiongkok yang lazim terjadi di masa-masa sebelumnya, dan berkaitan pula dengan peningkatan ancaman asing. Pada pertengahan abad ke-16, para perompak Jepang dan Tiongkok mulai menerjang pesisir selatan, tanpa dapat dicegah baik oleh birokrasi maupun oleh militer.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Salah satu tanda awal gentingnya pengeroposan kekaisaran adalah ketidakmampuan para birokrat dan kekuatan militer Tiongkok untuk mengakhiri maraknya serangan lanun Jepang (dan etnik Tiongkok) yang memporak-porandakan pesisir selatan pada pertengahan abad ke-16.}} Ancaman dari [[suku Manchu|bangsa Manchu]] di utara juga meningkat. Bangsa Manchu sudah menjadi sebuah negara besar di utara Tiongkok, tatkala pada awal abad ke-17 seorang pemimpin setempat bernama [[Nurhaci]] tiba-tiba mempersatukan mereka dalam wadah bala tentara [[Delapan Panji]] yang beranggotakan keluarga-keluarga yang saling berseteru. Bangsa Manchu mengadopsi banyak adat-istiadat bangsa Tionghoa, terutama birokrasi mereka. Meskipun demikian, bangsa Manchu masih tetap menjadi [[Vasal|negara bawahan]] Tiongkok. Pada 1644 administrasi Tiongkok menjadi sangat lemah, [[Kaisar Chongzhen]], Kaisar Tionghoa ke-16 dan yang terakhir, meremehkan kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan para pemberontak sampai akhirnya musuh menyerang [[Kota Terlarang]] (kediaman pribadinya). Ia pun segera gantung diri di taman istana.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Jelang [1644], aparat administratif telah menjadi sedemikian tidak berdayanya sampai-sampai kaisar wangsa Ming yang terakhir, Chongzhen, tidak menyadari betapa seriusnya sepak terjang musuh sampai para prajurit musuh menjajaki tembok-tembok kota terlarang. ... Chongzhen yang malang memilih undur diri ke taman istana dan menggantung diri dari pada ditangkap.}} Dalam rentang waktu yang cukup singkat, sempat dipermaklumkan berdirinya [[Dinasti Shun|wangsa Shun]], sampai seorang pejabat yang setia pada wangsa Ming meminta dukungan orang-orang Manchu untuk menumbangkan wangsa dadakan itu. Wangsa Shun berakhir dalam setahun dan bangsa Manchu kini berada dalam wilayah yang dilindungi Tembok Besar. Bangsa Manchu pun memanfaatkan situasi itu dan berbaris menuju Beijing, ibu kota Tiongkok. [[Penaklukan Qing atas Ming|Dalam dua dasawarsa]] seluruh Tiongkok jatuh ke tangan Manchu dan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]] pun didirikan.
Baris 191 ⟶ 197:
Tiongkok menyaksikan sendiri betapa statusnya merosot diakibatkan oleh apa yang dianggapnya sebagai perniagaan parasitisme dengan orang-orang Barat. Mula-mula para saudagar Eropa adalah pihak yang merugi karena orang-orang Tionghoa tidak terlampau menghiraukan barang-barang dagangan mereka, sementara kebutuhan orang-orang Eropa akan komoditas-komoditas Tiongkok seperti teh dan porselen malah terus meningkat. Demi kepentingan diri sendiri, para saudagar Inggris pun berupaya memperimbang perniagaan dengan mulai menjual [[candu]] India kepada orang-orang Tionghoa. Perdagangan candu tidak saja berhasil menguras simpanan batangan emas dan perak orang-orang Tionghoa, tetapi juga mengakibatkan ketergantungan akan candu berjangkit di kalangan [[Pejabat cendekiawan|birokrasi]] dan masyarakat luas. [[Kaisar Yongzheng]] mengeluarkan larangan atas candu semenjak 1729, tetapi hanya sedikit upaya yang dikerahkan untuk menerapkannya. Jelang awal abad ke-19, di bawah kepemimpinan kaisar baru, [[Kaisar Daoguang|Daoguang]], pemerintah mulai serius berupaya memberantas keberadaan candu di dalam masyarakat Tionghoa. Yang memimpin gerakan pemerintah ini adalah para pejabat cendekiawan yang disegani orang, salah satunya adalah [[Komisioner Kekaisaran]] [[Lin Zexu]].
Setelah Lin [[Pemberantasan candu di Humen|menghancurkan lebih dari 20.000 peti candu]] pada musim panas 1839, orang-orang Eropa menuntut ganti rugi untuk apa yang mereka pandang sebagai campur tangan bangsa Tionghoa yang dilakukan tanpa dasar terhadap urusan-urusan pribadi mereka. Ketika ganti rugi tidak kunjung dibayar, orang-orang Inggris pun menyatakan perang
== Sejarah kontemporer ==
{{further|Sejarah kontemporer}}
[[Berkas:Asia (late 19th century- early 20th century).jpg|jmpl|461x461px|Peta Asia (akhir abad 19 sampai awal abad 20)]]
Bangsa-bangsa Eropa menjajah berbagai wilayah Asia menjelang awal abad ke-20, misalnya [[Kemaharajaan Britania|Hindia Inggris]], [[Indochina
=== Tiongkok ===
Baris 223 ⟶ 230:
{{Topik benua Asia}}
{{Sejarah menurut benua}}
{{Sejarah Asia}}
{{Portal bar|Sejarah|Asia}}
[[Kategori:Sejarah Asia| ]]
|