Pelayaran Hongi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cakkavatti (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(51 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas: De_Ambonsche_Hongi_of_De_Coracora-Vloot_(titel_op_object),_NG-2014-24-8.jpg|right|miniatur|Armada Hongi Gubernur Balthasar Coyett dan beberapa Raja pada tahun 1702]]
'''Pelayaran Hongi''' atau '''Ekspedisi Hongi''' ([[Bahasa Belanda|Belanda]]: ''Hongitochten'') adalah suatu bentuk pelayaran serta pengawasan yang dilakukan oleh pemerintahan zaman [[VOC]] [[Belanda]] yang bertujuan menjaga keberlangsungan monopoli rempah-rempah termasuk [[Hak Ekstirpasi]], yaitu hak memusnahkan pohon [[Pala]] atau [[Cengkih]], demi mengekalkan [[monopoli]] [[rempah-rempah]] di Kepulauan [[Maluku]] dan sekitarnya. Hal ini penting untuk dilakukan karena jika tidak, maka akan terjadi kelebihan produksi rempah, sehingga harganya pun turun dan akan mengurangi keuntungan perdagangan rempah Belanda.<ref name="Ningsih 2021">{{Cite news| last=Ningsih | first=Widya Lestari| title=Pelayaran Hongi: Tujuan dan Dampaknya |work=[[Kompas.com]] | date=2021-08-23 | url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/23/110000979/pelayaran-hongi-tujuan-dan-dampaknya | language=id | access-date=2022-06-04| editor-last=Nailufar | editor-first=Nibras Nada }}</ref>
==Bentuk dan Tujuan==▼
Mengunakan armada perahu [[Kora-kora]] yang kadang dikawal oleh [[Kapal Perang]] VOC melayari dari pulau ke pulau, negeri ke negeri untuk melakukan pemusnahan tanaman, mengejar pelaku penyelundupan rempah-rempah dan menangkap kapal asing lainnya.▼
== Asal penamaan ==
==Peraturan Hongi==▼
Dalam aturannya Pemerintah VOC membuat perjanjian dengan raja, patih, dan orang kaya pemimpin Negeri-negeri agar mereka mengijinkan adanya pemusnahan tanaman Cengkeh serta Pala di wilayahnya. Mereka juga diwajibkan menyediakan kora-kora serta pendayungnya untuk berlayar ke negeri atau pulau lain.▼
[[berkas:De_Cora-Cora_van_Titaway.png|jmpl|left|miniatur|Kora-kora Raja daerah Titaway di Nusa Laut. Ilustrasi karya Francois Valentijn dari tahun 1726]]
Nama Hongi diambil dari nama kapal [[kora-kora]] yang dipakai untuk berpatroli, kapal ini terinspirasi dari [[Kesultanan Ternate]] yang berhasil mengusir [[Portugis]] dengan bantuan kapal tersebut. Kapal dengan bentuk ramping, yang didesain untuk mampu melaju dengan cepat. Didukung oleh banyak orang memegang kayu. Kapal kora-kora ini mampu melayari selat-selat kecil dan perairan dangkal ciri khas kawasan kepulauan di [[Maluku]] dan pesisir [[Pulau Papua|Papua]].<ref>[https://indonesiancultures.com/historica/pelayaran-hongi-cara-kejam-voc-kendalikan-rempah-nusantara ''IndonesianCultures.Com'', Pelayaran Hongi Cara Kejam VOC Kendalikan Rempah Nusantara, 5 Agustus 2021]</ref>
Aturan Pelayaran Hongi benar-benar dilaksanakan VOC dengan "Tangan Besi", sebab kepala negeri yang menolak maka akan di buang negeri dan rakyatnya akan di [[repratiasi]] atau di [[deportasi]] (pemindahan paksa penduduk antar pulau), untuk dikerjakan secara [[Kerja Rodi]] di kebun milik VOC.▼
==Referensi==▼
[[Berkas: Molukken-Kora_kora_vloot_uit_Ternate_en_Tidore_voor_Ambon.jpg|miniatur|jmpl|Armada Hongi Kora-kora Ternate dalam perjalanan menuju Ambon 1817]]
▲
[[Kategori:Maluku]]▼
Tujuan pemusnahan tersebut adalah untuk membuat harga rempah-rempah stabil ketika produksi berlebih, sehingga harga rempah-rempah yang ada di gudang kompeni tidak jatuh. Belanda sangat ingin untuk menjaga harga cengkih dan pala di pasar Eropa tinggi agar monopoli rempah yang mereka pegang menjadi semakin menguntungkan. Pelayaran Hongi berhasil mencapai tujuan karena dengan adanya kebijakan ini, semua perdagangan rempah di kepulauan Maluku dikontrol oleh Belanda.
Motivasi lain bisa berupa kompetisi antar kerajaan<ref group=Ctt. name=Catatan01/><ref name="Swadling Wagner Laba p. 146 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | page=146}}</ref>, kampung<ref group=Ctt. name=Catatan02/><ref name="Swadling Wagner Laba p. 211 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | page=211}}</ref> atau ''kerjawriya''<ref group=Ctt. name=Catatan03/><ref name="Helweldery 2018">{{cite book | last=Helweldery | first=Ronald | title=Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi: Penelusuran Etnografis Atas Narasi dan Praktik Sosial; Bab IV Rumpun Etnik Mbaham Matta: Tuan Rumah Sosial-Budaya | page= 157| website=Repositori Institusi Universitas Kristen Satya Wacana | date=2018-11-05 | url=https://repository.uksw.edu/handle/123456789/16392 | language=id | access-date=2022-06-04}}</ref> (kelompok marga) dimana pelayaran hongi dilakukan oleh sesama atas nama Sultan Tidore oleh pemimpin daerah bawahan.
▲== Peraturan Hongi ==
▲Dalam aturannya Pemerintah VOC membuat perjanjian dengan raja, patih, dan orang kaya pemimpin Negeri-negeri agar mereka mengijinkan adanya pemusnahan tanaman
[[berkas:Legervloot_met_verschillende_Indonesische_vaartuigen_van_de_bewoners_van_het_eiland_Ambon_De_oorloghs_vloot_der_Amboinesen_(titel_op_object),_RP-P-OB-50.046.jpg|left|miniatur|Armada Hongi ilustrasi karya Wouter Schoutens ''Oost-Indische Voyagie'' tahun 1676]]
Tetapi pada kenyataannya, karena maraknya [[Korupsi]] dikalangan pegawai VOC dan kepala-kepala negeri, rakyat tidak pernah mendapatkan apa-apa. Ketika perkebunan mereka dimusnahkan dengan api, parang, dan kapak, rakyat hanya bisa meratapi semua hasil kerja kerasnya. Sementara itu, para bangsawan dan pemilik tanah menjadi semakin kaya dari uang ganti rugi yang dibayarkan oleh Belanda.
▲Pelayaran Hongi benar-benar membuat rakyat [[Kepulauan Maluku]] yang pada zaman dahulu kala sangat makmur menjadi jatuh dalam kemelaratan. Aturan Pelayaran Hongi benar-benar dilaksanakan VOC dengan "Tangan Besi", sebab kepala negeri yang menolak maka akan di buang, negeri dan rakyatnya akan di [[
== Dampak pelayaran Hongi==
Selama pelayaran Hongi beberapa pemuda yang dipekerjakan sebagai pendayung kora-kora mengalami kelaparan dan meninggal karena tidak diberi makan yang cukup. Seringkali, waktu yang digunakan pun melebihi batas yang disepakati, yaitu tiga bulan. Kondisi ini terus berlangsung, karena rakyat yang menolak akan langsung dihukum cambuk bahkan dibunuh. Kabarnya, Pelayaran Hongi tidak hanya membuat rakyat Maluku menderita, tetapi juga kehilangan populasinya.<ref name="Ningsih 2021"/><ref name="Poesponegoro ">{{cite book | last=Poesponegoro | first=Marwati Djoened | last2=Notosusanto | first2=Nugroho | title=Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia | publisher=Balai Pustaka | date=2008 |ISBN=979-407-410-1}}</ref>
Kebijakan Hongitochten yang disertai dengan ekstirpasi membuat jumlah tanaman rempah-rempah yang ada di Maluku berkurang. Seperti diketahui, VOC akan melakukan pembinasaan tanaman rempah-rempah ketika ditemukan pelanggaran demi meraih kestabilan harga dan memaksimalkan keuntungan. Akibatnya, rakyat pun semakin terjun dalam jurang kemiskinan ketika perkebunan mereka dimusnahkan oleh Belanda.<ref name="Ningsih 2021"/><ref name="Poesponegoro "/>
Sekitar tahun 1850an Teluk Doreri ([[Manokwari]]) dan Pulau Roon, Wondama merupakan pusat perdagangan di teluk Cendrawasih ini dikarenakan pusat perdagangan sebelumnya yang merupakan Pulau Kurudu, Waropen diserang ekspedisi Hongi berkali-kali di penghujung akhir tahun 1840an. Pedagang Seram Laut juga mengembangkan ekspedisi perdagangan ke pesisir Barat Pulau Papua, tetapi ekspedisi Hongi tahun 1850 menghalangi dan menghancurkan hubungan perdagangan antar pulau. Walau kapal pedagang sangat jarang diserang tetapi berita adanya pelayaran hongi menyebabkan penduduk pesisir kabur sehingga tidak ada perdagangan pada musim itu.<ref name="Swadling Wagner Laba p. 125,146 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | pages=125,146}}</ref>
==Catatan==
{{reflist|group=Ctt.|refs=
<ref name=Catatan01>Seperti ekspedisi Hongi tahun 1874 yang dilakukan oleh Raja Rumasol di pulau Misool atas nama Sultan Tidore, bernama Sebiar terhadap Hati-Hati dan Rumbati</ref>
<ref name=Catatan02>Menurut catatan B.G.F. de Kops tahun 1894, Sangaji Gebe baru melakukan ekspedisi hongi terhadap pulau Kurudu dekat pesisir Waropen dan menangkap 200 orang sebagai budak tawanan.</ref>
<ref name=Catatan03>Salah satu peristiwa hongi antar kelompok kerjawriya terkenal dengan hongi besar Genuni di Teluk Patipi. Ada beberapa versi narasi ini terkait dengan penyebab terjadinya peristiwa hongi besar Genuni. Ada yang mengatakan penyebabnya adalah perebutan perempuan. Versi lain menyebutkan persaingan antar kelompok.</ref>
}}
▲== Referensi ==
{{reflist}}
▲[[Kategori:Sejarah Maluku]]
|