Pengguna:Mdnghtrn/Barbie (film): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Mdnghtrn (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(35 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 3:
Batas antara penggunaan media digital yang bermanfaat dan [[Patologi|patologis]] sendiri belum ditetapkan. Tidak ada [[Diagnosis (medis)|kriteria diagnosis]] yang diterima secara luas, walaupun beberapa pakar menganggap penggunaan berlebihan sebagai manifestasi dari [[Gangguan jiwa|gangguan psikiatris]] yang mendasarinya. Pencegahan dan perawatan penggunaan media digital patologis juga tidak dibakukan, walaupun pedoman penggunaan media yang lebih aman bagi anak dan keluarga telah dikembangkan. ''[[Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental|Diagnostic and Statistical Manual of Mental Health Disorders]]'' ([[DSM-5]]) dan [[Klasifikasi Penyakit Internasional]] ([[ICD-11]]) tidak mencakup diagnosis untuk [[Gangguan kecanduan internet|penggunaan internet bermasalah]] dan [[penggunaan media sosial bermasalah]]; ICD-11 mencakup diagnosis untuk [[Kecanduan permainan video|penyakit permainan]] (umumnya dikenal sebagai kecanduan permainan video). Banyak pakar masih memperdebatkan cara dan waktu mendiagnosis keadaan ini. Penggunaan istilah ''kecanduan'' untuk merujuk kepada fenomena dan diagnosis ini juga dipertanyakan.
 
Media digital dan [[waktu layar]] telah mengubah cara anak-anak berpikir, berinteraksi, dan berkembang baik secara positif maupun negatif, tetapi peneliti tidak pasti mengenai keberadaan hubungan sebab-akibat yang dihoptesiskandihipotesiskan antara penggunaan media digital dan hasil kesehatan mental. Kaitan tersebut bergantung kepada individu dan platform yang mereka gunakan. Beberapa perusahaan teknologi besar telah berkomitmen atau mengumumkan strategi untuk mengurangi risiko penggunaan media digital.
 
== Sejarah dan terminologi ==
Hubungan antara teknologi digital dan kesehatan mental telah diselidiki dari banyak sudut pandang.<ref name="Dickson K. et al. 2019">{{Cite book|last=K.|first=Dickson|last2=M.|first2=Richardson|last3=I.|first3=Kwan|last4=W.|first4=MacDowall|last5=H.|first5=Burchett|last6=C.|first6=Stansfield|last7=G.|first7=Brunton|last8=K.|first8=Sutcliffe|last9=J.|first9=Thomas|date=Januari 2019|url=http://eppi.ioe.ac.uk/cms/Portals/0/PDF%20reviews%20and%20summaries/Systematic%20Map%20of%20Reviews%20on%20Screen-based%20activties_08.01.19.pdf?ver=2019-01-29-155200-517|title=Screen-based activities and children and young people's mental health and psychosocial wellbeing: A systematic map of reviews|publisher=EPPI-Centre, Unit Penelitian Ilmu Sosial, UCL Institut Pendidikan, [[Universitas Kolese London]]|isbn=978-1-911605-13-3|language=en|access-date=12 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230522185154/https://eppi.ioe.ac.uk/cms/Portals/0/PDF%20reviews%20and%20summaries/Systematic%20Map%20of%20Reviews%20on%20Screen-based%20activties_08.01.19.pdf?ver=2019-01-29-155200-517|archive-date=22 Mei 2023|dead-url=no}}</ref><ref name="Ryding et al. 2018">{{Cite journal|last=Ryding|first=Francesca C.|last2=Kaye|first2=Linda K.|date=2018|title='Internet addiction': A conceptual minefield|url=https://doi.org/10.1007%2Fs11469-017-9811-6|journal=International Journal of Mental Health and Addiction|language=en|volume=16|issue=1|pages=225–232|doi=10.1007/s11469-017-9811-6|pmc=PMC5814538|pmid=29491771|doi-access=free}}</ref><ref name="Kardefelt-Winther 2017">{{Cite journal|last=Kardefelt-Winther|first=Daniel|date=Februari 2017|title=How does the time children spend using digital technology impact their mental well-being, social relationships and physical activity? An evidence-focused literature review|url=https://www.unicef-irc.org/publications/pdf/Children-digital-technology-wellbeing.pdf|dead-url=no|journal=Innocenti Discussion Paper|language=en|publisher=[[Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa|Kantor Penelitian UNICEF – Innocenti]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230608024207/https://www.unicef-irc.org/publications/pdf/Children-digital-technology-wellbeing.pdf|archive-date=8 Juni 2023|access-date=12 Juni 2023}}</ref> Manfaat penggunaan media digital dalam perkembangan anak-anak dan remaja telah ditemukan.<ref name="Reid Chassiakos et al. 2016">{{Cite journal|last=Reid Chassiakos|first=Yolanda Linda|last2=Radesky|first2=Jenny|last3=Christakis|first3=Dimitri|last4=Moreno|first4=Megan A.|last5=Cross|first5=Corrinn|date=November 2016|title=Children and adolescents and digital media|url=https://doi.org/10.1542%2Fpeds.2016-2593|journal=[[Pediatrics]]|language=en|volume=138|issue=5|page=e20162593|doi=10.1542/peds.2016-2593|pmid=27940795|doi-access=free}}</ref> Kekhawatirkan telah diangkat oleh peneliti, dokter, dan masyarakat sehubungan dengan [[Kompulsi|perilaku kompulsif]] pengguna media digital, karena korelasi antara penggunaan teknologi berlebihan dan masalah kesehatan jiwa menjadi jelas.<ref name="Dickson K. et al. 2019" /><ref name="Stiglic et al. 2019">{{Cite journal|last=Stiglic|first=Neza|last2=Viner|first2=Russell M.|date=2019|title=Effects of screentime on the health and well-being of children and adolescents: A systematic review of reviews|url=https://doi.org/10.1136%2Fbmjopen-2018-023191|journal=BMJ Open|volume=9|issue=1|page=e023191|doi=10.1136/bmjopen-2018-023191|pmc=PMC6326346|pmid=30606703|doi-access=free}}</ref><ref name="Montag et al. 2018">{{Cite journal|last=Montag|first=Christian|last2=Becker|first2=Benjamin|last3=Gan|first3=Chunmei|date=2018|title=The multipurpose application WeChat: A review on recent research|url=https://doi.org/10.3389%2Ffpsyg.2018.02247|journal=Frontiers in Psychology|language=en|volume=9|page=2247|doi=10.3389/fpsyg.2018.02247|pmc=PMC6297283|pmid=30618894|doi-access=free}}</ref>
 
Terminologi yang digunakan untuk merujuk kepada perilaku kompulsif penggunaan media digital tidak dibakukan atau diakui secara umum. Istilah tersebut di antaranya adalah "kecanduan digital", "ketergantungan digital", "penggunaan bermasalah", atau "penggunanpenggunaan berlebihan", yang sering digambarkan oleh platform media digital yang digunakan atau sedang dipelajari (seperti [[pengunaanpenggunaan ponsel cerdas bermasalah]] atau [[Kecanduan penggunaan internet|penggunaan internet bermasalah]]).<ref>
* {{Cite journal|last=Stiglic|first=Neza|last2=Viner|first2=Russell M.|date=2019|title=Effects of screentime on the health and well-being of children and adolescents: A systematic review of reviews|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6326346/|journal=BMJ Open|volume=9|issue=1|page=e023191|doi=10.1136/bmjopen-2018-023191|pmc=PMC6326346|pmid=30606703}}
* {{Cite book|date=2017|url=https://archive.org/details/arewealladdictsn0000unse/|title=Are we all addicts now?: Digital dependence|publisher=Liverpool University Press|isbn=978-1-78694-081-0|editor-last=Bartlett|editor-first=Vanessa|language=en|oclc=988053669|editor-last2=Bowden-Jones|editor-first2=Henrietta}}
* {{Cite journal|last=Pantic|first=Igor|date=1 Oktober 2014|title=Online social networking and mental health|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4183915/|journal=Cyberpsychology, Behaviour and Social Networking|language=en|volume=17|issue=10|pages=652–657|doi=10.1089/cyber.2014.0070|pmc=PMC4183915|pmid=25192305}}
Baris 16 ⟶ 17:
Kecanduan internet telah diusulkan sebagai diagnosis sejak pertengahan 1990-an,<ref>{{Cite book|last=Young|first=Kimberly S.|date=1998|title=Caught in the net: How to recognize the signs of Internet addiction—and a winning strategy for recovery|publisher=[[John Wiley & Sons]]|isbn=978-0-471-19159-9|language=en}}</ref> dan media sosial dan hubungannya dengan kecanduan telah diuji sejak 2009.<ref>{{Cite journal|last=La Barbera|first=Daniele|last2=La Paglia|first2=Filippo|last3=Valsavoia|first3=Rosaria|date=2009|title=Social network and addiction|url=https://pdfs.semanticscholar.org/1c65/ef40bbe7f7b40705e2743a06c01288b1366a.pdf|journal=Studies in Health Technology and Informatics|language=en|volume=144|pages=33–36|doi=10.3233/978-1-60750-017-9-33|pmid=19592725|dead-url=no|archive-url=https://web.archive.org/web/20200208235843/https://pdfs.semanticscholar.org/1c65/ef40bbe7f7b40705e2743a06c01288b1366a.pdf|archive-date=8 Februari 2020|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Laporan [[Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi]] (OECD) tahun 2018 mencatat manfaat penggunaan internet yang terstruktur dan terbatas pada anak-anak dan remaja untuk tujuan perkembangan dan pendidikan, tetapi penggunaan yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental. Laporan ini juga mencatat peningkatan 40% secara keseluruhan dalam penggunaan internet pada anak-anak usia sekolah antara 2010 dan 2015, serta bahwa negara-negara OECD telah menandai variasi dalam tingkat penggunaan teknologi masa kanak-kanak, serta perbedaan dalam platform yang digunakan.<ref>{{Cite web|last=Cornford|first=Kate|last2=Hewlett|first2=Emily|date=2018|title=Children & young people's mental health in the digital age: Shaping the future|url=https://www.oecd.org/els/health-systems/Children-and-Young-People-Mental-Health-in-the-Digital-Age.pdf|publisher=[[Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230528043420/https://www.oecd.org/els/health-systems/Children-and-Young-People-Mental-Health-in-the-Digital-Age.pdf|archive-date=28 Mei 2023|dead-url=no|access-date=12 Juni 2023}}</ref>
 
''[[DSM-5|Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders]]'' ([[Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental|''Manual Diagnostik dan Statistis Gangguan Mental'']]) belum secara resmi mengodifikasikan penggunaan media digital yang bermasalah dalam kategori diagnosis, tetapi menganggap [[Kecanduan permainan video|gangguan permainan internet]] sebagai kondisi untuk studi lebih lanjut pada tahun 2013.<ref name="Parekh 2018">{{Cite web|last=Parekh|first=Ranna|date=Juni 2018|title=Internet gaming|url=https://www.psychiatry.org/patients-families/internet-gaming|publisher=[[Asosiasi Psikiatris Amerika]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20180906033056/https://www.psychiatry.org/patients-families/internet-gaming|archive-date=6 September 2018|dead-url=yes|access-date=12 Juni 2023}}</ref> Gangguan permainan, umumnya dikenal sebagai kecanduan permainan video, telah diakui dalam [[ICD-11]].<ref name="WHO 2019">{{Cite web|date=22 Oktober 2020|title=Addictive behaviours: Gaming disorder|url=https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/addictive-behaviours-gaming-disorder|publisher=[[Organisasi Kesehatan Dunia]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230529162826/https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/addictive-behaviours-gaming-disorder|archive-date=29 Mei 2023|dead-url=no|access-date=12 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|title=6C51 Gaming disorder|url=http://id.who.int/icd/entity/1448597234|website=[[ICD-11|ICD-11 for Mortality and Morbidity Statistics]]|language=en|archive-url=https://archive.ph/6kYxU|archive-date=12 Juni 2023|dead-url=no|access-date=12 Juni 2023}}</ref> Rekomendasi yang berbeda dalam DSM dan ICD sebagian disebabkan oleh kurangnya konsensus ahli, perbedaan dalam penekanan dalam manual klasifikasi, serta kesulitan menggunakan [[Organisme model|hewan model]] untuk [[kecanduan perilaku]].<ref name="Grant 2016" />
 
Kegunaan istilah ''kecanduan'' sehubungan dengan penggunaan media digital berlebihan telah dipertanyakan, terkait dengan kesesuaiannya untuk menggambarkan kategori psikiatris baru yang dimediasi secara digital, yang bertentangan dengan penggunaan berlebihan sebagai manifestasi dari gangguan kejiwaan lainnya.<ref name="Ryding et al. 2018" /><ref name="Kardefelt-Winther 2017" /> Penggunaan istilah ini juga telah dikritik karena membandingkan fenomena tersebut dengan perilaku penggunaan narkoba. Penggunaan yang ceroboh dari istilah ini dapat menyebabkan lebih banyak masalah—baik mengecilkan risiko bahaya pada orang yang terkena dampak serius, maupun menyangatkan risiko penggunaan media digital non-[[Patologi|patologis]] yang berlebihan.<ref name="Kardefelt-Winther 2017" /> Evolusi terminologi yang menghubungkan penggunaan media digital berlebihan dengan ''penggunaan bermasalah'' daripada ''kecanduan'' telah dianjurkan oleh Panova dan Carbonell, psikolog di [[Universitas Ramon Llull]], dalam sebuah tinjauan tahun 2018.<ref>{{Cite journal|last=Panova|first=Tayana|last2=Carbonell|first2=Xavier|date=Juni 2018|title=Is smartphone addiction really an addiction?|url=https://doi.org/10.1556%2F2006.7.2018.49|journal=Journal of Behavioral Addiction|language=en|volume=7|issue=2|pages=252–259|doi=10.1556/2006.7.2018.49|pmc=PMC6174603|pmid=29895183|doi-access=free}}</ref>
 
Sebab kurangnya pengakuan dan konsensus tentang konsep yang digunakan, diagnosis dan pengobatan sulit dibakukan atau dikembangkan. Meningginya tingkat kegelisahan masyarakat terhadap media baru (termasuk media sosial, ponsel cerdas, dan permainan video) kian mengaburkan asesmen berdasarkan populasi serta mengangkat dilema penanganan.<ref name="Ryding et al. 2018" /> Radesky dan Christakis, penyunting ''[[JAMA Pediatrics]]'' tahun 2019, menerbitkan sebuah tinjauan yang menyelidiki "kekhawatiran kesehatan dan risiko perkembangan/perilaku dari penggunaan media berlebihan untuk perkembangan kognitif, bahasa, literasi, dan sosial-emosional pada anak."<ref>{{Cite journal|last=Radesky|first=Jenny S.|last2=Christakis|first2=Dimitri A.|date=Oktober 2016|title=Increased screen time: Implications for early childhood development and behavior|journal=Pediatrics Clinics of North America|language=en|volume=63|issue=5|pages=827–839|doi=10.1016/j.pcl.2016.06.006|pmid=27565361}}</ref> Akibat ketersediaan teknologi siap pakai untuk anak-anak di seluruh dunia, masalahnya menjadi dua arah, karena menyingkirkan peramban digital mungkin berdampak buruk dalam bidang seperti pembelajaran, dinamika hubungan keluarga, dan perkembangan secara keseluruhan.<ref>
* {{Cite journal|last=Hsin|first=Ching-Ting|last2=Li|first2=Ming-Chaun|last3=Tsai|first3=Chin-Chung|date=2014|title=The influence of young children's use of technology on their learning: A review|url=https://search.proquest.com/docview/1660156345|journal=Educational Technology & Society|language=en|volume=17|issue=4|pages=85–99|jstor=jeductechsoci.17.4.85|id={{ProQuest|1660156345}}}}
* {{Cite journal|last=Gordo López|first=Angel J.|last2=Contreras|first2=Pilar Parra|last3=Cassidy|first3=Paul|date=Agustus 2015|title=The (not so) new digital family: Disciplinary functions of representations of children and technology|journal=Feminism & Psychology|language=en|volume=25|issue=3|pages=326–246|doi=10.1177/0959353514562805|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:146174524 146174524]}}
* {{Cite journal|last=Subrahmanyam|first=Kaveri|last2=Kraut|first2=Robert E.|last3=Greenfield|first3=Particia M.|last4=Gross|first4=Elisheva F.|date=2000|title=The impact of home computer use on children's activities and development|journal=The Future of Children|volume=10|issue=2|pages=123–144|doi=10.2307/1602692|jstor=1602692|pmid=11255703}}</ref>
 
== Penggunaan bermasalah ==
Meskipun asosiasi antara penggunaan media digital dan gejala atau diagnosis kesehatan jiwa telah diamati, kausalitas belum diterapkan; salah paham di antara khalayak ramai dan misinterpretasi oleh media kerap terjadi dalam menerima nuansa dan peringatan peneliti.<ref name="Kardefelt-Winther 2017" /> Penggunaan media sosial berlebihan cenderung terjadi pada perempuan, demikian halnya dengan laki-laki dan permainan video.<ref>
* {{Cite journal|last=Hawi|first=Nazir|last2=Samaha|first2=Maya|date=2019|title=Identifying commonalities and differences in personality characteristics of Internet and social media addiction profiles: Traits, self-esteem, and self-construal|url=https://www.researchgate.net/publication/327328659_Identifying_commonalities_and_differences_in_personality_characteristics_of_Internet_and_social_media_addiction_profiles_traits_self-esteem_and_self-construal|dead-url=no|journal=Behavior & Information Technology|language=en|volume=38|issue=2|pages=110–119|doi=10.1080/0144929X.2018.1515984|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:59523874 59523874]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163535/https://www.researchgate.net/publication/327328659_Identifying_commonalities_and_differences_in_personality_characteristics_of_Internet_and_social_media_addiction_profiles_traits_self-esteem_and_self-construal|archive-date=5 April 2023|access-date=12 Juni 2023}}
* {{Cite journal|last=Kuss|first=Daria J.|last2=Griffiths|first2=Mark D.|date=Maret 2017|title=Social networking sites and addiction: Ten lessons learned|url=https://doi.org/10.3390%2Fijerph14030311|journal=International Journal of Environmental Research and Public Health|language=en|volume=14|issue=3|page=311|doi=10.3390/ijerph14030311|pmc=PMC5369147|pmid=28304359|doi-access=free}}
* {{Cite journal|last=Paulus|first=Frank W.|last2=Ohmann|first2=Susan|last3=von Gontard|first3=Alexander|last4=Popow|first4=Christian|date=Juli 2018|title=Internet gaming disorder in children and adolescents: A systematic review|url=https://doi.org/10.1111/dmcn.13754|journal=Developmental Medicine & Child Neurology|language=en|volume=60|issue=7|pages=645–659|doi=10.1111/dmcn.13754|pmid=29633243|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:205070702 205070702]|doi-access=free}}</ref> Menyusul ini, penggunaan media digital bermasalah mungkin bukan sebuah konstruksi tunggal, mungkin digambarkan berdasarkan platform digital yang digunakan, atau dinilai kembali dari sisi kegiatan spesifik (daripada ''kecanduan'' terhadap medium digital).<ref>
* {{Cite journal|last=Hawi|first=Nazir|last2=Samaha|first2=Maya|date=2019|title=Identifying commonalities and differences in personality characteristics of Internet and social media addiction profiles: Traits, self-esteem, and self-construal|url=https://www.researchgate.net/publication/327328659_Identifying_commonalities_and_differences_in_personality_characteristics_of_Internet_and_social_media_addiction_profiles_traits_self-esteem_and_self-construal|dead-url=no|journal=Behavior & Information Technology|language=en|volume=38|issue=2|pages=110–119|doi=10.1080/0144929X.2018.1515984|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:59523874 59523874]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163535/https://www.researchgate.net/publication/327328659_Identifying_commonalities_and_differences_in_personality_characteristics_of_Internet_and_social_media_addiction_profiles_traits_self-esteem_and_self-construal|archive-date=5 April 2023|access-date=12 Juni 2023}}
* {{Cite journal|last=Paulus|first=Frank W.|last2=Ohmann|first2=Susan|last3=von Gontard|first3=Alexander|last4=Popow|first4=Christian|date=Juli 2018|title=Internet gaming disorder in children and adolescents: A systematic review|url=https://doi.org/10.1111/dmcn.13754|journal=Developmental Medicine & Child Neurology|language=en|volume=60|issue=7|pages=645–659|doi=10.1111/dmcn.13754|pmid=29633243|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:205070702 205070702]|doi-access=free}}</ref>
 
Baris 40 ⟶ 44:
Sebuah pemetaan tinjauan sistematis tahun 2019 mengindikasikan asosiasi antara beberapa tipe penggunaan internet yang berpotensi bermasalah dan gangguan psikiatris atau perilaku seperti [[Gangguan depresi mayor|depresi]], [[kegelisahan]], kekasaran, agresi, dan [[gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas]] (ADHD). Kajian-kajian tidak dapat menentukan apakah terdapat hubungan sebab-akibat, dan peninjau menekankan kepentingan rancangan studi prospektif pada masa depan.<ref name="Dickson K. et al. 2019" /> Sementara penggunaan media digital berlebihan telah diasosiasikan dengan gejala depresif, media digital juga bisa digunakan dalam beberapa situasi untuk memperbaiki suasana hati.<ref>{{Cite journal|last=Hoge|first=Elizabeth|last2=Bickham|first2=David|last3=Cantor|first3=Joanne|date=November 2017|title=Digital media, anxiety, and depression in children|url=https://doi.org/10.1542%2Fpeds.2016-1758G|journal=[[Pediatrics]]|language=en|volume=140|issue=Supplement 2|pages=S76–S80|doi=10.1542/peds.2016-1758G|pmid=29093037|doi-access=free}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Elhai|first=John D.|last2=Dvorak|first2=Robert D.|last3=Levine|first3=Jason C.|last4=Hall|first4=Brian J.|date=Januari 2017|title=Problematic smartphone use: A conceptual overview and systematic review of relations with anxiety and depression psychopathology|journal=Journal of Affective Disorders|language=en|volume=207|pages=251–259|doi=10.1016/j.jad.2016.08.030}}</ref> Gejala ADHD telah dikorelasikan secara positif dengan penggunaan media digital dalam sebuah studi prospektif besar.<ref>{{Cite web|last=Krull|first=Kevin K.|last2=Chan|first2=Eugenia|title=Attention deficit hyperactivity disorder in children and adolescents: Clinical features and diagnosis|url=https://www.uptodate.com/contents/attention-deficit-hyperactivity-disorder-in-children-and-adolescents-clinical-features-and-diagnosis/|publisher=UpToDate|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230409121741/https://www.uptodate.com/contents/attention-deficit-hyperactivity-disorder-in-children-and-adolescents-clinical-features-and-diagnosis|archive-date=9 April 2023|dead-url=no|access-date=13 Juni 2023}}</ref> Meskipun demikian, [[hiperfokus]], salah satu gejala ADHD, mungkin menyebabkan individu menggunakan permainan video, media sosial, atau obrolan daring secara berlebihan; korelasi antara hiperfokus dan [[penggunaan media sosial bermasalah]] ini lemah.<ref>{{Cite journal|last=Kooij|first=J. J. S.|last2=Bijlenga|first2=D.|last3=Salerno|first3=L.|last4=Jaeschke|first4=R.|last5=Bitter|first5=I.|last6=Balázs|first6=J.|last7=Thome|first7=J.|last8=Dom|first8=G.|last9=Kasper|first9=S.|displayauthors=etal|date=Februari 2019|title=Updated European consensus statement on diagnosis and treatment of adult ADHD|url=https://doi.org/10.1016%2Fj.eurpsy.2018.11.001|journal=European Psychiatry|language=en|volume=56|issue=1|pages=14–34|doi=10.1016/j.eurpsy.2018.11.001|pmid=30453134|doi-access=free}}</ref>
 
Sebuah laporan teknis tahun 2016 oleh Chassiakos, Radesky, dan Christakis mengidentifikasi manfaat dan kekhawatiran dalam kesehatan jiwa remaja sehubungan dengan penggunaan media digital. Laporan tersebut menunjukkan bahwa cara penggunaan media sosial merupakan faktor kunci, daripada jumlah waktu yang dihabiskan. Penurunan kesejahteraan dan kepuasan dalam hidup ditemukan pada remaja lebih dewasa yang mengonsumsi media sosial secara pasif, tetapi hal-hal ini tidak tampak pada remaja yang lebih aktif di media sosial. Laporan ini juga menemukan [[Korelasi|hubungan kurvilinear]] berbentuk U antara jumlah waktu yang dihabiskan untuk media digital dengan risiko depresi yang meningkat, baik pada puncak maupun dasar penggunaan internet.<ref name="Reid Chassiakos et al. 2016" /> Sebuah tinjauan tahun 2018 terhadap platform media sosial Tiongkok [[WeChat]] menemukan asosiasi antara gejala kesehatan jiwa yang dilaporkan secara mandiri dengan penggunaan platform yang berlebihan. Namun, motivasi dan pola pengunaanpenggunaan dari pengguna WeChat berdampak terhadap kesehatan psikologis secara keseluruhan, daripada jumlah waktu pemakaian platformnya.<ref name="Montag et al. 2018" /> Di Britania Raya, sebuah kajian dari 1.479 individu berusia 14–24 tahun membandingkan manfaat dan masalah psikologis dari lima platform media sosial: [[Facebook]], [[Instagram]], [[Snapchat]], [[Twitter]], dan [[YouTube]]. Kajian tersebut menyimpulkan bahwa hanya YouTube yang mendapat rating net positif "berdasarkan 14 pertanyaan mengenai kesehatan dan kesejahteraan", dan platform lainnya yang diukur memiliki rating net negatif, dengan Instagram sebagai yang terendah. Kajian ini mengidentifikasi beberapa dampak positif dari Instagram, seperti dalam ekspresi diri, jati diri, dan komunitas, tetapi menemukan bahwa hal-hal tersebut tertindih oleh efek negatifnya, terutama terhadap tidur, [[citra tubuh]], dan "''[[FOMO|fear of missing out]]''".<ref>{{Cite web|date=Mei 2017|title=#StatusOfMind: Social media and young people's mental health and wellbeing|url=https://www.rsph.org.uk/static/uploaded/d125b27c-0b62-41c5-a2c0155a8887cd01.pdf|publisher=Royal Society for Public Health|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230401034002/https://www.rsph.org.uk/static/uploaded/d125b27c-0b62-41c5-a2c0155a8887cd01.pdf|archive-date=1 April 2023|dead-url=no}}</ref>
 
Hubungan antara [[gangguan bipolar]] dan penggunaan teknologi telah diselidiki dalam sebuah survei tunggal dari 84 peserta untuk ''[[Computers in Human Behavior]]''. Survei tersebut menemukan variasi menonjol dalam penggunaan teknologi berdasarkan keadaan suasana hati yang dilaporkan sendiri. Para penulis laporan tersebut kemudian berasumsi bahwa untuk pasien gangguan bilopar, teknologi bisa menjadi "pedang bermata dua", dengan kemungkinan manfaat maupun bahaya.<ref>{{Cite journal|last=Matthews|first=Mark|last2=Murnane|first2=Elizabeth|last3=Snyder|first3=Jaime|last4=Guha|first4=Shion|last5=Chang|first5=Pamara|last6=Doherty|first6=Gavin|last7=Gay|first7=Geri K.|date=Oktober 2017|title=The double-edged sword: A mixed methods study of the interplay between bipolar disorder and technology use|url=https://epublications.marquette.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1561&context=mscs_fac|dead-url=no|journal=Computers in Human Behavior|language=en|volume=75|pages=288–300|doi=10.1016/j.chb.2017.05.009|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163536/https://epublications.marquette.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1561&context=mscs_fac|archive-date=5 April 2023|access-date=13 Juni 2023}}</ref>
Baris 50 ⟶ 54:
Sebuah kajian penelitian yang dilaksanakan kepada remaja perkotaan di Tiongkok mengungkapkan bahwa lebih dari seperempat remaja di negara tersebut terpapar lebih dari 2 jam waktu layar setiap harinya. Mereka menemukan bahwa waktu layar dan kegaiatan fisik diasosiasikan dengan kesehatan mental secara terpisah. Khususnya, sebuah peningkatan dalam waktu layar dan berkurangnya kegaian fisik menyumbangkan risiko tambahan untuk produktivitas kesehatan mental dengan menaikkan gejala kegelisahan depresif dan ketidakpuasan dalam hidup.<ref>{{Cite journal|last=Cao|first=Hui|last2=Qian|first2=Qingwen|last3=Weng|first3=Tingting|last4=Yuan|first4=Changjiang|last5=Sun|first5=Ying|last6=Wang|first6=Hui|last7=Tao|first7=Fangbiao|date=Oktober–November 2011|title=Screen time, physical activity and mental health among urban adolescents in China|journal=Preventive Medicine|language=en|volume=53|issue=4–5|pages=316–320|doi=10.1016/j.ypmed.2011.09.002|pmid=21933680|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:39903719 39903719]}}</ref>
 
Sebuah kajian UK berskala besar tahun 2017 tentang "hipotesis Goldilocks"—yakni menghindari kelebihan dan kekurangan penggunaan media digital<ref>{{Cite journal|last=Przybylski|first=Andrew K.|last2=Weinstein|first2=Netta|date=Februari 2017|title=A large-scale test of the Goldilocks hypothesis: Quantifying the relations between digital-screen use and the mental well-being of adolescents|url=https://doi.org/10.1177%2F0956797616678438|journal=Psychological Science|language=en|volume=28|issue=2|pages=204–215|doi=10.1177/0956797616678438|pmid=28085574|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:9669390 9669390]|doi-access=free}}</ref>—digambarkan sebagai bukti "berkualitas terbaik" hingga kini oleh para pakar dan [[lembaga swadaya masyarakat]] (LSM) yang melaporkan kepada sebuah komite parlementer UK tahun 2018. Studi tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan sedang media digital mungkin memiliki dampak yang merugikan, dan beberapa asosiasi positif sehubungan dengan kesejahteraan.<ref name="Dewan Rakyat 2019">{{Cite report|url=https://publications.parliament.uk/pa/cm201719/cmselect/cmsctech/822/822.pdf|title=Impact of social media and screen-use on young people's health|date=31 Januari 2019|access-date=13 Juni 2023|dead-url=no|archive-url=https://web.archive.org/web/20230123110743/https://publications.parliament.uk/pa/cm201719/cmselect/cmsctech/822/822.pdf|archive-date=23 Januari 2023|publisher=Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, [[Dewan Rakyat Britania Raya]]|language=en}}</ref>
 
=== Media sosial dan kesehatan jiwa ===
Baris 57 ⟶ 61:
Kajian Orben dan Przybylski tahun 2019 telah banyak dikutip, dan berpengaruh dalam mendukung pandangan bahwa terdapat sedikit bukti untuk menautkan penggunaan digital dengan hasil negatif kesehatan jiwa. Kajian tersebut menarik respons dari psikolog [[Jean Twenge]], Andrew B. Blake, [[Jonathan Haidt]], dan [[W. Keith Campbell]]. Mereka setuju bahwa akan dicapai kesimpulan yang sama apabila mereka menganalisis datanya dengan cara layaknya Orben dan Przybylski. Namun, mereka menemukan bukti yang lebih kuat untuk sebuah asosiasi negatif jika mereka berfokus pada media sosial, daripada waktu layar digital dalam makna terluasnya, yang mencakup menonton televisi dan memainkan permainan video. Menggunakan data yang sama dengan Orben dan Przybylski, mereka menemukan sebuah asosiasi negatif antara media sosial dan kesehatan jiwa jika mereka berfokus hanya pada dampak penggunaan media sosial terhadap perempuan.<ref>{{Cite journal|last=Twenge|first=Jean M.|last2=Blake|first2=Andrew B.|last3=Haidt|first3=Jonathan|last4=Campbell|first4=W. Keith|date=2020|title=Commentary: Screens, teens, and psychological well-being: Evidence from three time-use-diary studies|url=https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.00181|journal=Frontiers in Psychology|language=en|volume=11|page=181|doi=10.3389/fpsyg.2020.00181|pmc=PMC7040178|pmid=32132949|doi-access=free}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Twenge|first=Jean M.|last2=Haidt|first2=Jonathan|last3=Joiner|first3=Thomas E.|last4=Campbell|first4=W. Keith|date=2020|title=Underestimating digital media harm|journal=Nature Human Behavior|language=en|volume=4|pages=346–48|doi=10.1038/s41562-020-0839-4|pmid=32303719|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:215804486 215804486]}}</ref>
 
Sebuah kajian oleh [[The Lancet|''The Lancet Child & Adolescent Health'']] pada tahun 2019 menunjukkan hubungan antara penggunaan media sosial oleh perempuan dan peningkatan eksposur mereka terhadap perundungan serta penurunan tidur dan latihan fisik.<ref>{{Cite news|last=Asmelash|first=Leah|date=13 Agustus 2019|title=Social media use may harm teenssteens' mental health by disrupting positive activities, study says|url=https://edition.cnn.com/2019/08/13/health/social-media-mental-health-trnd/index.html|dead-url=no|work=[[CNN]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230408014557/https://edition.cnn.com/2019/08/13/health/social-media-mental-health-trnd/index.html|archive-date=8 April 2023|access-date=13 Juni 2023}}</ref>
 
Sebuah kajian tahun 2019 di AS menemukan asosiasi antara media sosial dan depresi pada remaja. Berdasarkan perbandingan sosial ke atas, mungkin eksposur terhadap citra teridealisiasi yang berkelanjutan dapat menurunkan harga diri remaja, menimbulkan depresi, dan menguatkan depresi dari waktu ke waktu. Lebih lanjutnya, pengguna media sosial yang depresi terlihat terdampak lebih buruk oleh waktu yang mereka habiskan di media sosial, mungkin oleh sifat informasi yang mereka pilih (cth unggahan blog tentang isu harga diri), yang kemudian mungkin mempertahankan dan menguatkan depresinya dari waktu ke waktu.<ref>{{Cite journal|last=Boers|first=Elroy|last2=Afzali|first2=Mohammad H.|last3=Newton|first3=Nicola|last4=Conrod|first4=Patricia|date=September 2019|title=Association of screen time and depression in adolescence|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6632122/|journal=JAMA Pediatrics|language=en|volume=173|issue=9|pages=853–859|doi=10.1001/jamapediatrics.2019.1759|pmc=PMC6632122|pmid=31305878|doi-access=free}}</ref> Sebuah meta-kajian tahun 2022 juga menemukan sebuah asosiasi signifikan antara penggunaan media sosial dan depresi, yang terutama tinggi bagi perempuan remaja.<ref>{{Cite journal|last=Liu|first=Mingli|last2=Kamper-DeMarco|first2=Kimberly E.|last3=Zhang|first3=Jie|last4=Xiao|first4=Jia|last5=Dong|first5=Daifeng|last6=Xue|first6=Peng|date=Mei 2022|title=Time spent on social media and risk of depression in adolescents: A dose–response meta-analysis|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9103874/|journal=International Journal of Environmental Research and Public Health|volume=19|issue=9|pages=5164|doi=10.3390/ijerph19095164|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9103874 9103874 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/35564559 35564559]|doi-access=free}}</ref>
Baris 77 ⟶ 81:
Pada April 2019, ''[[PLOS One]]'' menerbitkan hasil sebuah studi kohort kelahiran longitudinal dari penggunaan waktu layar yang dilaporkan oleh orang tua 2.322 anak di Kanada yang berusia 3 dan 5 tahun dan menemukan bahwa dibandingkan dengan anak-anak yang terpapar kurang dari 30 menit waktu layar per hari, anak-anak dengan waktu layar lebih dari 2 jam setiap harinya memiliki risiko 7,7 kali lipat lebih tinggi dalam memenuhi kriteria ADHD.<ref>{{Cite journal|last=Tamana|first=Sukhpreet K.|last2=Ezeugwu|first2=Victor|last3=Chikuma|first3=Joyce|last4=Lefebvre|first4=Diana L.|last5=Azad|first5=Meghan B.|last6=Moraes|first6=Theo J.|last7=Subbarao|first7=Padmaja|last8=Becker|first8=Allan B.|last9=Turvey|first9=Stuart E.|displayauthors=etal|date=2019|title=Screen-time is associated with inattention problems in preschoolers: Results from the CHILD birth cohort study|url=https://doi.org/10.1371%2Fjournal.pone.0213995|journal=PLOS One|language=en|volume=14|issue=4|page=e0213995|bibcode=2019PLoSO..1413995T|doi=10.1371/journal.pone.0213995|pmc=PMC6469768|pmid=30995220|doi-access=free}}</ref> Pada Januari 2020, ''Italian Journal of Pediatrics'' menerbitkan sebuah [[kajian potong-lintang]] dari 1.897 anak-anak berusia 3 hingga 6 tahun yang menghadiri 42 [[taman kanak-kanak]] di [[Wuxi]], Tiongkok yang juga menemukan bahwa anak-anak yang terpapar lebih dari 1 jam waktu layar per hari berisiko lebih tinggi mengembangkan ADHD dan mencatat kemiripannya dengan sebuah penemuan terkait waktu layar dan pengembangan [[Gangguan spektrum autisme|autisme]] (ASD).<ref>{{Cite journal|last=Xie|first=Guodong|last2=Deng|first2=Qianye|last3=Cao|first3=Jing|last4=Chang|first4=Qing|date=2020|title=Digital screen time and its effect on preschoolers’ behavior in China: Results from a cross-sectional study|url=https://doi.org/10.1186%2Fs13052-020-0776-x|journal=Italian Journal of Pediatrics|language=en|volume=46|page=9|doi=10.1186/s13052-020-0776-x|pmc=PMC6979375|pmid=31973770|doi-access=free}}</ref> Pada November 2020, ''[[Infant Behavior and Development]]'' menerbitkan sebuah kajian dari 120 anak berusia 3 tahun dengan atau tanpa [[riwayat keluarga]] ASD atau ADHD (20 dengan ASD, 14 dengan ADHD, dan 86 lainnya untuk perbandingan) memeriksa hubungan antara waktu layar, hasil perilaku, dan [[pengembangan bahasa]] baik [[Bahasa lisan|ekspresif]] maupun [[Pemrosesan bahasa di otak|reseptif]] yang menemukan bahwa waktu layar yang lebih tinggi berhubungan dengan skor bahasa ekspresif/reseptif yang lebih rendah daripada kelompok perbandingan dan bahwa waktu layar berhubungan dengan [[Fenotipe|fenotipe perilaku]], [[Epigenetika perilaku|bukan riwayat keluarga]] ASD atau ADHD.<ref>{{Cite journal|last=Hill|first=Monique Moore|last2=Gangi|first2=Devon|last3=Miller|first3=Meghan|last4=Rafi|first4=Sabrina Mohamed|last5=Ozonoff|first5=Sally|date=November 2020|title=Screen time in 36-month-olds at increased likelihood for ASD and ADHD|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7736468/|journal=Infant Behavior and Development|language=en|volume=61|page=101484|doi=10.1016/j.infbeh.2020.101484|pmc=PMC7736468|pmid=32871326}}</ref>
 
Dalam jurnal ''Globalization and Health'', Shuai et al. menerbitkan sebuah studi berjudul "Influences of digital media use on children and adolescents with ADHD during COVID-19 pandemic". Mereka menyelidiki pengaruh media digital terhadap gejala inti, keadaan emosional, peristiwa kehidupan, fungsi eksekutif, dan lingkungan keluarga pada anak dan remaja yang didiagnosis mengidap ADHD. Mereka mengikutsertakan peserta dari usia 8 hingga 16 tahun pengidap ADHD yang mengalami penggunaan media digital bermasalah dan kelompok yang memenuhi kriteria ADHD tanpa mengalami penggunaan bermasalah. Kajian tersebut menganalisis perbedaan antara kedua kelompok menurut gejala ADHD, fungsi eksekutif, kegelisahan dan depresi, stres dari peristiwa kehidupan, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga yang masing-masing dibandingkan. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa anak-anak ADHD dengan penggunaan bermasalah menunjukkan gejala yang lebih parah, emosi negatif, kerusakan fungsi eksekutif, kesulitan dalam fungsi keluarga, tekanan dari peristiwa kehidupan, dan motivasi belajar yang lebih rendah daripada yang tidak mengalami penggunaan bermsalahbermasalah. Penelitian ini mengindikasikan bahwa bagi anak-anak dan remaja yang kesulitan menghadapi ADHD, penting untuk mengawasi penggunaan media digital dan meningkatkan latihan fisik demi mengelola gejala inti dan kesulitan terkait ADHD lainnya dengan lebih baik.<ref>{{Cite journal|last=Shuai|first=Lan|last2=He|first2=Shan|last3=Zheng|first3=Hong|last4=Wang|first4=Zhouye|last5=Qiu|first5=Meihui|last6=Xia|first6=Weiping|last7=Cao|first7=Xuan|last8=Lu|first8=Lu|last9=Zhang|first9=Jinsong|date=2021|title=Influences of digital media use on children and adolescents with ADHD during COVID-19 pandemic|url=https://doi.org/10.1186%2Fs12992-021-00699-z|journal=Globalization and Health|language=en|volume=17|page=48|doi=10.1186/s12992-021-00699-z|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8054232 8054232 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33874977 33874977]|doi-access=free}}</ref>
 
Pada tahun 2021, peneliti Siddarth Sagar dan Navin Kumar menerbitkan sebuah kajian potong-lintang dalam ''Psychology and Education'' yang bertujuan untuk menguji hubungan antara penggunaan media sosial dan ADHD secara empiris. Mereka berhipotesis bahwa pengguna media sosial akan memiliki perbedaan signifikan dalam variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, dan pendidikan dan bahwa ADHD akan secara signifikan berhubungan dengan penggunaan media sosial. Kajian tersebut mengindikasikan bahwa ADHD secara signifikan berhubungan dengan penggunaan media sosial adiktif atau berlebihan dan bahwa penggunaan media sosial adiktif berhubungan dengan perempuan, individu muda, dan individu berusia mahasiswa. Kajian tersebut lebih lanjut menyimpulkan bahwa ADHD lebih lazim pada individu dengan pengunaanpenggunaan media sosial yang lebih tinggi. Para penulis mengatakan bahwa ini mungkin disebabkan oleh media sosial yang menjadi sarana ideal untuk menyentuh, mengutik, dan perubahan yang sering dari satu aktivitas ke yang lain ketika bosan atau merasa lengah, yang merupakan perilaku umum ADHD.<ref>{{Cite journal|last=Sagar|first=Siddarth|last2=Kumar|first2=Navin|date=2021|title=Usages of social media and symptoms of attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): A cross-sectional study|url=http://psychologyandeducation.net/pae/index.php/pae/article/view/4736/4174|dead-url=no|journal=Psychology and Education|language=en|volume=58|issue=4|pages=879–887|issn=0033-3077|archive-url=https://archive.ph/T0iXU|archive-date=14 Juni 2023|access-date=14 Juni 2023}}</ref>
 
=== Autisme ===
Baris 85 ⟶ 89:
Pada Februari 2017, ''PLOS One'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis dari 35 studi untuk memeriksa prevalensi kegiatan dan [[Gaya hidup kurang bergerak|perilaku kurang bergerak]] dan hal pelengkap potensial pada anak dengan gangguan spektrum autisme (ASD). Tinjauan tersebut menemukan bahwa 15 studi melaporkan prevalensi kegiatan fisik, 10 melaporkan kegiatan fisik pelengkap, 18 melaporkan prevalensi perilaku kurang bergerak, dan 10 melaporkan perilaku kurang bergerak pelengkap. Usia secara konsisten dan terbalik berhubungan dengan kegiatan fisik, tetapi dicatat bahwa setiap kajian kecuali satu telah digolongkan sebagai memiliki risiko [[bias seleksi]] yang tinggi dan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengidentifikasi pelengkap perilaku-perilaku tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Jones|first=Rachel A.|last2=Downing|first2=Katherine|last3=Rinehart|first3=Nicole J.|last4=Barnett|first4=Lisa M.|last5=May|first5=Tamara|last6=McGillivray|first6=Jane A.|last7=Papadopoulus|first7=Nicole V.|last8=Souteris|first8=Helen|last9=Timperio|first9=Anna|displayauthors=etal|date=2017|title=Physical activity, sedentary behavior and their correlates in children with autism spectrum disorder: A systematic review|url=https://doi.org/10.1371/journal.pone.0172482|journal=PLOS One|volume=12|issue=2|page=e0172482|bibcode=2017PLoSO..1272482J|doi=10.1371/journal.pone.0172482|pmc=PMC5330469|pmid=28245224|doi-access=free}}</ref> Pada September 2017, ''[[Scientific Reports]]'' menerbitkan sebuah metaanalisis dari 15 studi [[Epidemiologi|epidemiologis]] dengan jumlah 49.937.078 peserta termasuk 1.045.538 dengan ASD menggunakan [[model efek acak]] untuk memeriksa asosiasi antara [[obesitas]], [[kelebihan berat badan]], dan ASD. Analisis tersebut menemukan bahwa sementara prevalensi peserta kelebihan berat badan dengan ASD [[Uji hipotesis|tidak berbeda secara signifikan]] dari kelompok kontrol, prevalensi obesitas secara signifikan lebih tinggi di antara peserta ASD di kelompok kontrolnya.<ref>{{Cite journal|last=Zheng|first=Zhen|last2=Zhang|first2=Li|last3=Li|first3=Shiping|last4=Zhao|first4=Fengyan|last5=Wang|first5=Yan|last6=Huang|first6=Lan|last7=Huang|first7=Jinglan|last8=Zou|first8=Rong|last9=Qu|first9=Yi|displayauthors=etal|date=2017|title=Association among obesity, overweight and autism spectrum disorder: A systematic review and meta-analysis|url=https://doi.org/10.1038%2Fs41598-017-12003-4|journal=[[Scientific Reports]]|language=en|volume=7|page=11697|bibcode=2017NatSR...711697Z|doi=10.1038/s41598-017-12003-4|pmc=PMC5601947|pmid=28916794}}</ref>
 
Pada April 2018, ''Child and Adolescent PsychiarticPsychiatric Clinics of North America'' menerbitkan sebuah kajian data dari [[Akademi Psikiatri Anak dan Remaja Amerika Serikat]] yang menemukan bahwa anak dengan ASD yang disurvei menghabiskan terpapar 4,5 jam lebih waktu layar per hari dibandingkan dengan anak berkembang sebaya lainnya, dan bahwa anak dengan ASD memainkan permainan video 1 jam lebih perhari daripada anak berkembang sebaya tipikal dan cenderung memilih permainan video daripada televisi. Sebaliknya, lebih dari setengah anak dengan ASD yang disurvei belum pernah bermain bersama teman melalui media elektronik, dengan hanya 15% di antaranya berinteraksi dengan teman dengan cara tersebut setiap minggunya dan 64% di antaranya menggunakan media elektronik utamanya secara non-sosial (cth untuk bermain permainan video sendiri atau bersama orang asing, atau menelusuri situs web tentang permainan).<ref>{{Cite journal|last=Gqynette|first=McLeod Frampton|last2=Sidhu|first2=Shawn S.|last3=Ceranoglu|first3=Tolga Atilla|date=April 2018|title=Electronic screen media use in youth with autism spectrum disorder|journal=Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America|language=en|volume=27|issue=2|pages=203–219|doi=10.1016/j.chc.2017.11.013|pmid=29502747}}</ref>
 
Pada Oktober 2018, ''[[Evidence-Based Mental Health]]'' menerbitkan sebuah metaanalisis dari 46 set data menggunakan model efek acak untuk memeriksa asosiasi antara masalah tidur dan ASD dalam 14 parameter tidur baik secara subjektif maupun [[Uji objektif|objektif]] dan menemukan bahwa seperti dibandingkan dengan kelompok kontrol, peserta dengan ASD secara signifikan berbeda dalam 10 dari 14 parameter subjektif dan 7 dari 14 parameter objektif.<ref>{{Cite journal|last=Díaz-Román|first=Amparo|last2=Zhang|first2=Junhua|last3=Delorme|first3=Richard|last4=Beggiato|first4=Anita|last5=Cortese|first5=Samuele|date=November 2018|title=Sleep in youth with autism spectrum disorders: Systematic review and meta-analysis of subjective and objective studies|url=https://doi.org/10.1136/ebmental-2018-300037|journal=Evidence-Based Mental Health|language=en|volume=21|issue=4|pages=146–154|doi=10.1136/ebmental-2018-300037|pmid=30361331|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:53103694 53103694]|doi-access=free}}</ref> Pada November 2018, ''[[Journal of Autism and Developmental Disorders]]'' menerbitkan sebuah kajian yang memeriksa asosiasi antara faktor lingkungan dengan kegiatan fisik dan waktu layar pada 1.380 anak dengan ASD dan 1.411 anak tanpa ASD dan menemukan bahwa ketiadaan sebuah televisi di kamar tidur dan dukungan dari lingkungan sekitar untuk anak tanpa ASD berhubungan dengan kegiatan fisik, sementara televisi kamar tidur dan ketidakhadiran batasan waktu layar dari orang tua diasosiasikan dengan waktu layar untuk anak dengan ASD.<ref>{{Cite journal|last=Healy|first=Seán|last2=Garcia|first2=Jeanette M.|last3=Haegele|first3=Justin A.|date=2020|title=Environmental factors associated with physical activity and screen time among children with and without autism spectrum disorder|journal=Journal of Autism and Developmental Disorders|language=en|volume=50|issue=5|pages=1572–1579|doi=10.1007/s10803-018-3818-0|pmid=30446873|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:53568482 53568482]}}</ref>
Baris 95 ⟶ 99:
{{See also|Kegemukan|Ritme sirkadian}}
 
Pada Agustus 2018, ''[[Sleep Medicine Review]]'' menerbitkan sebuah metaanalisis oleh psikiater Wai Sze Chan, Meredith P. Levsen, dan Christina S. McCrae dari 67 studi yang diterbitkan sejak 2008 yang menemukan bahwa model efek acak [[Model multitingkat|multitingkat]] menunjukkan bahwa peluang mengidap [[obesitas]] di antara orang yang memiliki diagnosis [[insomnia]] tidak secara signifikan lebih besar dari peluang mengidap obesitas dan tidak menerima diagnosis insomnia, sementara sebuah [[Regresi potong-lintang|korelasi potong-lintang]] yang kecil lagi signifikan ditemukan antara gejala insomnia dan [[indeks massa tubuh]], data longitudinal hanya ditemukan di tiga studi yang menunjukkan bahwa mengembangkan gejala insomnia pada masa depan di antara para pengidap obesitas tidak secara signifikan lebih besar dari yang tidak mengidap obesitas, menemukan penelitiannya tidak berksimpulanberkesimpulan.<ref>{{Cite journal|last=Chan|first=Wai Sza|last2=Levsen|first2=Meredith P.|last3=McCrae|first3=Christina S.|date=Agustus 2018|title=A meta-analysis of associations between obesity and insomnia diagnosis and symptoms|journal=Sleep Medicine Reviews|volume=40|pages=170–182|doi=10.1016/j.smrv.2017.12.004|pmid=29366543|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:1135275 1135275]}}</ref>
 
Pada Mei 2019, ''Sleep Medicine'' menerbitkan sebuah studi dari tindakan lanjutan 2.865 remaja di AS yang berusia 15 tahun di [[Fragile Familis and Child Wellbeing Study]] yang menyelesaikan survei mengukur durasi tidur pribadi dan gejala insomnia, penggunaan waktu layar untuk perpesanan sosial, penelusuran web, menonton televisi dan film, dan permainan, dan sistem depresif dan para peneliti mengostruksikan sebuah [[Mediasi (statistik)|model beberapa mediasi]] sementara mengendalikan untuk gejala depresif pada usia 9 tahun untuk mengidentifikasi asosiasi antara waktu layar usia 15 tahun, tidur, dan gejala depresif. Ditemukan melalui [[pemodelan persamaan struktural]] bahwa dalam asosiasi untuk perpesanan sosial, penelusuran web, dan menonton televisi dan film, ketiga variabel tidur sepenuhnya memediasikan asosiasi positif antara waktu layar dan gejala depresif, sementara untuk permainan, ketiga variabel tidur hanya menyumbangkan 38,5% dari asosiasi antara permainan dan gejala depresif.<ref>{{Cite journal|last=Li|first=Xian|last2=Buxton|first2=Orfeu M.|last3=Lee|first3=Soomi|last4=Chang|first4=Anne-Marie|last5=Berger|first5=Lawrence|last6=Hale|first6=Lauren|date=Mei 2019|title=Sleep mediates the association between adolescent screen time and depressive symptoms|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6511486/|journal=Sleep Medicine|language=en|volume=57|pages=51–60|doi=10.1016/j.sleep.2019.01.029|pmc=PMC6511486|pmid=30897456}}</ref>
Baris 111 ⟶ 115:
Pada Juli 2018, sebuah metaanalisis yang diterbitkan dalam ''Psychology of Popular Media'' menemukan bahwa [[Gangguan kepribadian narsistik|narsisisme muluk]] secara positif berhubungan dengan waktu yang dihabiskan di media sosial, frekuensi [[Mikroblog|pembaruan status]], jumlah teman atau pengikut, dan frekuensi mengunggah [[Swafoto|gambar diri digital]],<ref>{{Cite journal|last=McCain|first=Jessica L.|last2=Campbell|first2=W. Keith|date=2018|title=Narcissism and social media use: A meta-analytic review|url=https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|journal=Psychology of Popular Media|language=en|volume=7|issue=3|pages=308–327|doi=10.1037/ppm0000137|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:152057114 152057114]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163537/https://www.researchgate.net/publication/305766785_Narcissism_and_Social_Media_Use_A_Meta-Analytic_Review|archive-date=5 April 2023|access-date=15 Juni 2023}}</ref> sementara sebuah metaanalisis dalam ''[[Journal of Personality]]'' pada April 2018 menemukan bahwa korelasi positif antara narsisisme muluk dan penggunaan [[layanan jejaring sosial]] ini sama untuk sejumlah platform (termasuk Facebook dan Twitter).<ref>{{Cite journal|last=Gnambs|first=Timo|last2=Appel|first2=Markus|date=April 2018|title=Narcissism and social networking behavior: A meta-analysis|url=https://doi.org/10.1111/jopy.12305|journal=Journal of Personality|language=en|volume=86|issue=2|pages=200–212|doi=10.1111/jopy.12305|pmid=28170106}}</ref> Pada Maret 2020, ''Journal of Adult Development'' menerbitkan sebuah [[analisis diskontinuitas regresi]] dari 254 pengguna Facebook [[Milenial]] untuk menyelidiki perbedaan dalam narsisisme dan penggunaan Facebook antara [[Kohort (statistika)|kohort]] usia kelahiran 1977 hingga 1990 dan dari 1991 hingga 2000 dan menemukan bahwa Milenial yang dilahirkan lebih akhir mencetak skor yang secara signifikan lebih tinggi dalam kedua hal.<ref>{{Cite journal|last=Brailovska|first=Julia|last2=Bierhoff|first2=Hans-Werner|date=2020|title=The narcissistic Millenial generation: A study of personality traits and online behavior on Facebook|journal=Journal of Adult Development|language=en|volume=27|pages=23–35|doi=10.1007/s10804-018-9321-1|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:149564334 149564334]}}</ref> Pada Juni 2020, ''Addictive Behaviors Reports'' menerbitkan sebuah tinjauan sistematis yang menemukan sebuah korelasi konsisten, positif, dan signifikan antara narsisisme muluk dan penggunaan media sosial berlebihan.<ref>{{Cite journal|last=Casale|first=Silvia|last2=Banchi|first2=Vanessa|date=Juni 2020|title=Narcissism and problematic social media use: A systematic literature review|url=https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.100252|journal=Addictive Behaviors Reports|volume=11|page=100252|doi=10.1016/j.abrep.2020.100252|pmc=PMC7244927|pmid=32467841|doi-access=free}}</ref> Pada tahun 2018, ahli psikologi sosial Jonathan Haidt dan presiden [[Foundation for Individual Rights and Expression|FIRE]], [[Greg Lukianoff]], mencatat dalam ''[[The Coddling of the American Mind]]'' bahwa mantan presiden Facebook, [[Sean Parker]], menyatakan pada sebuah wawancara tahun 2017 bahwa [[tombol suka Facebook]] didesain secara sadar sehingga pengguna prima yang menerima suka merasakan suatu sensasi [[dopamin]] sebagai bagian dari sebuah "[[Aliran kendali|perulangan]] [[umpan balik]] [[Pengaruh sosial normatif|validasi sosial]]".{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|p=147}}
 
"''Belas kasihan mencolok''" adalah praktik mendonasikan sejumlah besar uang secara publik kepada yayasan amal untuk meningkatkan [[Reputasi|prestise sosial]] sang donor, dan terkadang digambarkan sebagai sejenis [[konsumsi mencolok]].<ref>{{Cite book|last=West|first=Patrick|date=2004|title=Conspicuous compassion: Why sometimes it really is cruel to be kind|publisher=Civitas, Institut Studi Masyarakat Sipil|isbn=978-1903386347|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|last=Payton|first=Robert L.|last2=Moody|first2=Michael P.|date=2008|url=https://archive.org/details/understandingphi0000payt/|title=Understanding philanthrophy: Its meaning and mission|publisher=Indiana University Press|isbn=978-0-253-35049-7|page=[https://archive.org/details/understandingphi0000payt/page/140/ 140]|language=en|jstor=j.ctt16gzg8s}}</ref> Jonathan Haidt dan Greg Lukianoff berpendapat bahwa pelatihan [[mikroagresi]] di [[Pendidikan tinggi di Amerika Serikat|kampus kolese di Amerika Serikat]] telah menyebabkan [[Budaya pengenyahan|budaya penolakan]] dan iklim [[penyensoran diri]] karena ketakutan akan [[Malu|dipermalukan]] oleh mob ''[[virtue signalling]]'' di media sosial dengan pengguna yang sering kali awanama dan cenderung [[Deindividuasi|mendeindividuasi]] sebagai akibatnya.{{Sfn|Lukianoff & Haidt|2018|pp=71–73}} Mengutip data survei Februari 2017 oleh Pew Research Center yang menunjukkan bahwa unggahan kritis di Facebook yang mengekspresikan "pertidaksetujuan marah" lebih berpotensi mendapatkan suka, komentar, dan pembagian (di samping sebuah penemuan serupa untuk unggahan ''PNAS USA'' di Twitter pada Juli 2017),<ref>{{Cite web|date=Februari 2017|title=Partisan conflict and congressional outreach|url=https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|publisher=[[Pew Research Center]]|page=[https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf#page=30 30]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220101203121/https://www.pewresearch.org/politics/wp-content/uploads/sites/4/2017/02/LabsReport_FINALreport.pdf|archive-date=1 Januari 2022|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Brady|first=Williams J.|last2=Wills|first2=Julian A.|last3=Jost|first3=John T.|last4=Tucker|first4=Joshua A.|last5=Van Bavel|first5=Jay J.|date=11 Juli 2017|title=Emotion shapes the diffusion of moralized content in social networks|url=https://doi.org/10.1073%2Fpnas.1618923114|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=114|issue=28|pages=7313–7318|bibcode=2017PNAS..114.7313B|doi=10.1073/pnas.1618923114|pmc=PMC5514704|pmid=28652356|doi-access=free}}</ref> Haidt dan Tobias Rose-Stockwell mengutip frasa "''kesombongan moral''" dalam ''[[The Atlantic]]'' pada Desember 2019 untuk menggambarkan bagaimana memiliki audiens di forum media sosial telah mengubah sebagian besar komunikasi interpersonal menjadi penampilan publik.<ref>{{Cite web|last=Haidt|first=Jonathan|last2=Rose-Stockwell|first2=Tobias|date=Desember 2019|title=The Dark Psychology of Social Networks|url=https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|website=[[The Atlantic]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604232729/https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2019/12/social-media-democracy/600763/|archive-date=4 Juni 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023|url-access=limited}}</ref>
 
Menyusul [[pembunuhan George Floyd]] pada Mei 2020 dan [[Unjuk rasa George Floyd|berbagai unjuk rasa yang mengatasnamakan dirinya]], jajak pendapat [[Civiqs]] dan [[YouGov]]/''[[The Economist|Economist]]'' menunjukkan bahwa sementara dukungan net untuk ''[[Black Lives Matter]]'' di antara [[orang kulit putih Amerika]] meningkat dari −4 poin menjadi +10 poin pada awal Juni 2020 (dengan 43% mendukung), poinnya menurun hingga −6 pada awal Agustus 2020,<ref>{{Cite web|last=Tesler|first=Michael|date=19 Agustus 2020|title=Support for Black Lives Matter surged during protests, but is waning among white americans|url=https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|website=FiveThirtyEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524063551/https://fivethirtyeight.com/features/support-for-black-lives-matter-surged-during-protests-but-is-waning-among-white-americans/|archive-date=24 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> dan sejak April 2020, jajak pendapat Cviqs selanjutnya telah menunjukkan bahwa dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih Amerika kira-kira telah kembali ke tingkat dukungan sebelum pembunuhan George Floyd (37% mendukung dan 49% menentang).<ref>{{Cite web|last=Samuels|first=Alex|date=13 April 2021|title=How views on Black Lives Matter have changed—and why that makes police reform so hard|url=https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|website=FiveThrityEight|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230518053754/https://fivethirtyeight.com/features/how-views-on-black-lives-matter-have-changed-and-why-that-makes-police-reform-so-hard/|archive-date=18 Mei 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Dalam sebuah wawancara pada Februari 2021 di acara ''[[Firing Line]]'', jurnalis [[Charles M. Blow]] mengkritik minoritas pengunjuk rasa kulit putih muda pada protes George Floyd di Amerika Serikat. Ia berpendapat bahwa mereka menggunakan unjuk rasa tersebut untuk [[Pengembangan diri|pertumbuhan pribadi]] mereka, menggantikan [[ritus peralihan]] sosial (cth [[malam perpisahan]]) dan perkumpulan sosial musim panas (cth menghadiri teater film atau konser) yang terhalangi oleh [[karantina wilayah Covid-19]] dan tindakan [[pembatasan sosial]], mencatat bahwa sementara karantina wilayah mulai dilonggarkan dan dicabut, dukungan untuk ''Black Lives Matter'' di antara orang kulit putih mulai menurun.<ref>{{Cite interview|last=Blow|first=Charles M.|interviewer=Margaret Hoover|work=Fire Lining|language=en|publisher=[[WNET]]|date=5 Februari 2021|url=https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|access-date=16 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404121946/https://www.pbs.org/wnet/firing-line/video/charles-blow-a2kchq/|title=Charles M. Blow|archive-date=4 April 2023|dead-url=no}}</ref>
Baris 117 ⟶ 121:
Pada Februari 2021, ''[[Psychologial Medicine]]'' menerbitkan sebuah survei yang meninjau 14.785 pembunuhan yang dilaporkan secara publik dalam berita bahasa Inggris di seluruh dunia antara tahun 1900 dan 2019 yang dihimpun dalam sebuah pangkalan data oleh psikiater di [[Institut Psikiatris Negara Bagian New York]] dan [[Pusat Medis Universitas Columbia]] yang menemukan bahwa dari 1.315 [[pembunuhan massal]] atas alasan personal (yakni didorong oleh motivasi personal dan tidak terjadi dalam konteks perang, [[terorisme yang disponsori negara]] atau [[Daftar organisasi yang dicap teroris|kelompok]], [[Geng|kegiatan geng]], atau [[kejahatan terorganisasi]]) hanya 11% pembunuh massal dan hanya 8% penembak massal mengdidap "[[penyakit jiwa serius]]" (cth [[skizofrenia]], gangguan bipolar, gangguan depresi mayor), bahwa penembakan massal telah menjadi lebih umum dibandingkan bentuk pembunuhan massal lainnya sejak 1970 (dengan 73% terjadi di Amerika Serikat), dan bahwa penembak massal di Amerika Serikat lebih berpotensi memiliki [[Catatan kepolisian|riwayat legal]], terlibat dalam [[penggunaan zat adiktif]] atau [[penyalahgunaan alkohol]], dan menunjukkan gejala psikiatris non-[[Psikosis|psikotik]] atau [[Gangguan saraf|neurologis]].<ref>{{Cite journal|last=Brucato|first=Gary|last2=Appelbaum|first2=Paul S.|last3=Hesson|first3=Hannah|last4=Shea|first4=Eileen A.|last5=Dishy|first5=Gabriella|last6=Lee|first6=Kathryn|last7=Syed|first7=Faizan|last8=Villalobos|first8=Alexandra|last9=Wall|first9=Melanie M.|displayauthors=etal|date=2021|title=Psychotic symptoms in mass shootings v. mass murders not involving firearms: Findings from the Columbia mass murder database|url=https://www.columbiapsychiatry.org/sites/default/files/media/documents/2021-02/psychotic-symptoms-in-mass-shootings-v-mass-murders-not-involving-firearms-findings-from-the-columbia-mass-murder-database.pdf|dead-url=no|journal=Psycholigical Medicine|language=en|volume=52|issue=15|pages=1–9|doi=10.1017/S0033291721000076|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33595428 33595428]. S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:231944742 231944742]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230602182218/https://www.columbiapsychiatry.org/sites/default/files/media/documents/2021-02/psychotic-symptoms-in-mass-shootings-v-mass-murders-not-involving-firearms-findings-from-the-columbia-mass-murder-database.pdf|archive-date=2 Juni 2023|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|last=Preidt|first=Robert|date=25 Februari 2021|title=Mental illness not a factor in most mass shootings|url=https://consumer.healthday.com/b-2-24-mental-illness-not-a-factor-in-most-mass-shootings-2650622875.html|website=HealthDay News|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20210411195409/https://consumer.healthday.com/b-2-24-mental-illness-not-a-factor-in-most-mass-shootings-2650622875.html|archive-date=11 April 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|last=Ramsland|first=Katherine|date=26 Februari 2021|title=Is there a link between madness and mass murder?|url=https://www.psychologytoday.com/us/blog/shadow-boxing/202102/is-there-link-between-madness-and-mass-murder|website=Psychology Today|language=en|archive-url=https://archive.is/ZnPV8|archive-date=16 Juni 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref>
 
Salah satu penulis survei tersebut, psikiater [[Paul S. Appelbaum]] berpendapat bahwa data dari survei tersebut mengindikasikan bahwa "kesulitan menghadapi peristiwa kehidupan tampaknya adalah fokus yang lebih bermanfaat untuk pencegahan dan kebijakan [penembakan massal] daripada penekanan terhadap penyakit jiwa serius",<ref>{{Cite web|date=18 Februari 2021|title=Researchers issue first report on mass shootings from the Columbia mass murder database|url=https://www.columbiapsychiatry.org/news/researchers-issue-first-report-mass-shootings-columbia-mass-murder-database|language=en|publisher=Departemen Psikiatri, [[Universitas Columbia]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404075613/https://www.columbiapsychiatry.org/news/researchers-issue-first-report-mass-shootings-columbia-mass-murder-database|archive-date=4 April 2023|dead-url=no|access-date=16 Juni 2023}}</ref> sementara psikiater Ronald W. Pies menyarankan bahwa [[psikopatologi]] sebaiknya dimengerti sebagai [[Distribusi normal|kontinum]] tiga gradasi dari [[Distres|gangguan jiwa, perilaku, dan emosional]] dengan kebanyakan penembak massal tergolong ke dalam kategori tengah "gangguan emosional berkelanjutan".<ref>{{Cite journal|last=Pies|first=Ronald W.|date=17 Februari 2020|title=Mass shooters and the psychopathology spectrum|url=https://www.psychiatrictimes.com/view/mass-shooters-and-psychopathology-spectrum|dead-url=no|journal=Psychiatric Times|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230404033847/https://www.psychiatrictimes.com/view/mass-shooters-and-psychopathology-spectrum|archive-date=4 April 2023|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Pada tahun 2015, psikiater James L. Knoll dan George D. Annas mencatat bahwa kecenderungan sebagian besar perhatian media menyusul penembakan massal mengenai kesehatan jiwa menyebabkan [[Antropologi sosial budaya|faktor sosial budaya]] lebih terabaikan secara komparatif. Sebagai gantinya, Knoll dan Annes mengutip penelitian ahli psikologi sosial Jean Twenge dan W. Keith Campbell mengenai narsisisme dan [[penolakan sosial]] dalam riwayat pribadi penembak massal, serta saran ilmuwan kognitif [[Steven Pinker]] dalam ''[[The Better AnglesAngels of Our Nature]]'' (2011) bahwa pengurangan lebih lanjut dalam kekerasan manusia mungkin bergantung pada mengurangi narisismenarsisisme manusia.<ref>{{Cite book|last=Knoll|first=James L.|last2=Annas|first2=George D.|date=2016|title=Gun violence and mental illness|language=en|publisher=[[Asosiasi Psikiatris Amerika|Asosiasi Psikiatris Amerika Serikat]]|isbn=978-1-58562-498-0|editor-last=Gold|editor-first=Liza H.|editor-last2=Simon|editor-first2=Robert I.|pages=91–94|chapter=4. Mass shootings and mental illness|chapter-url=https://psychiatryonline.org/doi/pdf/10.5555/appi.books.9781615371099}}</ref><ref>Karya-karya yang dikutip adalah:
* {{Cite book|last=Twenge|first=Jean|last2=Campbell|first2=W. Keith|date=2010|url=https://archive.org/details/narcissismepidem0000twen_p2u2/|title=The narcissism epidemic: Living in the age of entitlement|publisher=Atria Publishing Group|isbn=978-1-4165-7599-3|pages=199–200|language=en}}
* {{Cite book|last=Pinker|first=Steven|date=2011|title=The better angels of our nature: Why violence has declined|publisher=[[Penguin Books]]|isbn=978-1101544648|pages=519–521|language=en|author-link=Steven Pinker}}</ref>
Baris 125 ⟶ 129:
 
Satuan tugas DSM-5 menganggap gangguan permainan membutuhkan kajian lebih lanjut (sebagai subset ''gangguan permainan internet''), sementara ICD-11 telah mengidentifikasi gangguan ini.<ref name="Parekh 2018" /> Kekhawatiran telah diangkat oleh Aarseth et al. tentang ketercakupan gangguan tersebut, terutama sehubungan stigmatisasi pemain video berat.<ref>{{Cite journal|last=Aarseth|first=Espen|last2=Bean|first2=Anthony M.|last3=Boonen|first3=Huub|last4=Colder Carras|first4=Michelle|last5=Coulson|first5=Mark|last6=Das|first6=Dimitri|last7=Deleuze|first7=Jory|last8=Dunkels|first8=Elza|last9=Edman|first9=Johan|displayauthors=etal|date=September 2017|title=Scholars' open debate paper on the World Health Organization ICD-11 Gaming Disorder proposal|url=https://doi.org/10.1556/2006.5.2016.088|journal=Journal of Behavioral Addictions|language=en|volume=6|issue=3|pages=267–270|doi=10.1556/2006.5.2016.088|pmc=PMC5700734|pmid=28033714|doi-access=free}}</ref>
 
Christakis telah menegaskan bahwa kecanduan internet mungkin akan menjadi sebuah "epidemi abad ke-21".<ref>{{Cite journal|last=Christakis|first=Dmitri A.|date=2010|title=Internet addiction: A 21st century epidemic?|url=https://doi.org/10.1186%2F1741-7015-8-61|journal=BMC Medicine|language=en|volume=8|page=61|doi=10.1186/1741-7015-8-61|pmc=PMC2972229|pmid=20955578}}</ref> Pada tahun 2018, ia berkomentar bahwa penggunaan internet berlebihan masa kanak-kanak mungkin dapat menjadi "eksperimen tidak terkendali pada ... anak".<ref>{{Cite news|last=Cooper|first=Anderson|date=9 Desember 2018|title=Groundbreaking study examines effects of screen time on kids|url=https://www.cbsnews.com/news/groundbreaking-study-examines-effects-of-screen-time-on-kids-60-minutes/|dead-url=no|work=[[CBS News]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230604192831/https://www.cbsnews.com/news/groundbreaking-study-examines-effects-of-screen-time-on-kids-60-minutes/|archive-date=4 Juni 2023|access-date=16 Juni 2023}}</ref> Perikiraan internasional dari prevalensi penggunaan internet berlebihan sangat beragam, dengan variasi yang menonjol menurut negara. Sebuah metaanalisis tahun 2014 dari 31 negara menemukan prevalensi global sekitar 6%.<ref>{{Cite journal|last=Cheng|first=Cecilia|last2=Li|first2=Angel Yee-Lam|date=Desember 2014|title=Internet addiction prevalence and quality of (real) life: A meta-analysis of 31 nations across seven world regions|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4267764|journal=Cyberpsychology, Behavior and Social Networking|language=en|volume=17|issue=12|pages=755–760|doi=10.1089/cyber.2014.0317|pmc=PMC4267764|pmid=25489876}}</ref> Sebuah sudut pandang yang berbeda pada tahun 2018 oleh Musetti et al. menilai kembali internet sehubungan dengan kepetingan dan ubikuitasnya dalam masyarakat modern, sebagai sebuah lingkungan sosial, daripada sebuah perkakas, dengan demikian mendesak reformulasi model kecanduan internet.<ref>{{Cite journal|last=Musetti|first=Alessandro|last2=Corsano|first2=Paola|date=2018|title=The Internet is not a tool: Reappraising the model for Internet-addiction disorder based on the constraints and opportunities of the digital environment|url=https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.00558|journal=Frontiers in Psychology|language=en|volume=9|page=558|doi=10.3389/fpsyg.2018.00558|pmc=PMC5915628|pmid=29720954|doi-access=free}}</ref>
 
Sejumlah ilmuwan kedokteran dan perilaku menyarankan menambahkan sebuah diagnosis untuk "kecanduan media sosial" (atau yang serupa) ke dalam pemutakhiran ''Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders'' selanjutnya.<ref name="Montag et al. 2018" /><ref>{{Cite journal|last=Pantic|first=Igor|date=1 Oktober 2014|title=Online social networking and mental health|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4183915/|journal=Cyberpsychology, Behaviour and Social Networking|language=en|volume=17|issue=10|pages=652–657|doi=10.1089/cyber.2014.0070|pmc=PMC4183915|pmid=25192305}}</ref><ref>{{Cite journal|last=van den Eijnden|first=Regina J. J. M.|last2=Lemmens|first2=Jeroen S.|last3=Valkenburg|first3=Patti M.|date=Agustus 2016|title=The social media disorder scale|url=https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.03.038|journal=Computers in Human Behavior|language=en|volume=61|pages=478–487|doi=10.1016/j.chb.2016.03.038}}</ref> Sebuah tinjauan tahun 2015 menyimpulkan bahwa terdapat tautan potensial antara kebutuhan dasar psikologis dan kecanduan media sosial. "Pengguna situs jejaring sosial mencari umpan balik, dan mereka mendapatkannya dari ratusan orang—secara instan. Dapat dibilang bahwa platform-platform ini dirancang untuk membuat pengguna 'keranjingan'."<ref>{{Cite journal|last=Andreassen|first=Cecilie Schou|date=2015|title=Online social network site addiction: A comprehensive review|url=https://doi.org/10.1007/s40429-015-0056-9|journal=Current Addiction Reports|language=en|volume=2|pages=17510.1007/s40429-015-0056-9184|doi=10.1007/s40429-015-0056-9|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:145799241 145799241]|doi-access=free}}</ref>
 
Kecanduan seks internet, juga dikenal sebagai kecanduan seks dunia maya, telah diusulkan sebagai sebuah [[kecanduan seksual]] yang dicirikan oleh [[Kegiatan seksual manusia|kegiatan seksual]] internet virtual yang menyebabkan konsekuensi negatif yang serius pada kesejahteraan fisik, mental, sosial, dan/atau finansial seorang individu.<ref>{{Cite book|last=Ketay|first=Sarah|last2=Stein|first2=Dan J.|last3=Hollander|first3=Eric|date=2009|url=https://archive.org/details/textbookofanxiet0000unse/|title=Textbook of anxiety disorders|language=en|publisher=[[Asosiasi Psikiatris Amerika|American Psychiatric Publishing]]|isbn=978-1-58562-254-2|editor-last=Stein|editor-first=Dan J.|pages=[https://archive.org/details/textbookofanxiet0000unse/page/359/ 359]|chapter=20. The obsessive-compulsive spectrum of disorders|editor-last2=Hollander|editor-first2=Eric|editor-last3=Rothbaum|editor-first3=Barbara O.|chapter-url=https://archive.org/details/textbookofanxiet0000unse/page/355/}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Parashar|first=Amitabh|last2=Varma|first2=Anjali|date=April 2017|title=Behavior and substance addictions: Is the world ready for a new category in the DSM-V? (surat pembaca)|url=https://doi.org/10.1017/s109285290002099x|journal=CNS Spectrum|language=en|volume=12|issue=4|pages=257, balasan penulis 258–259|doi=10.1017/s109285290002099x}}</ref> Gangguan tersebut dapat dianggap sebagai bentuk penggunaan internet bermasalah.<ref>{{Cite journal|last=Griffiths|first=Mark|date=2001|title=Sex on the internet: Observations and implications for internet sex addiction|journal=The Journal of Sex Research|language=en|volume=38|issue=4|pages=333–342|doi=10.1080/00224490109552104|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:144522990 144522990]}}</ref>
 
=== Fenomena terkait ===
==== Gangguan judi daring ====
Sebuah tinjauan tahun 2015 menemukan bukti angka [[komorbiditas]] kesehatan jiwa dan penggunaan obat yang lebih tinggi di antara pejudi internet, dibandingkan dengan pejudi non-internet. Meskipun demikian, kausalitas belum diterapkan. Tinjauan tersebut berasumsi bahwa mungkin terdapat perbedaan dalam kohort antara pejudi bermasalah di internet dan dunia nyata.<ref>{{Cite journal|last=Gainsbury|first=Sally M.|date=2015|title=Online gambling addiction: The relationship between Internet gambling and disordered gambling|url=https://doi.org/10.1007%2Fs40429-015-0057-8|journal=Current Addiction Reports|language=en|volume=2|issue=2|pages=185–193|doi=10.1007/s40429-015-0057-8|pmc=PMC4610999|pmid=26500834|doi-access=free}}</ref>
 
==== Perundungan di dunia maya ====
{{Main|Perundungan di dunia maya}}
 
Perundungan di dunia maya, perundungan atau pelecehan menggunakan media sosial atau sarana elektronik lainnya, telah menunjukkan dampak terhadap kesehatan jiwa. Korban mungkin memiliki harga diri yang lebih rendah, [[ide bunuh diri]] yang meningkat, motivasi melaksanakan hobi yang menurun, dan beragam respons emosional, termasuk rasa takut, frustrasi, marah, gelisah, atau depresi. Korban-korban ini mungkin juga akan menerapkan jarak antara diri mereka dengan teman dan anggota keluarga.<ref>
* {{Cite journal|last=Hinduja|first=Sameer|last2=Patchin|first2=Justin W.|date=2008|title=Cyberbullying: An exploratory analysis of factors related to offending and victimization|journal=Deviant Behavior|language=en|volume=29|issue=2|pages=129–156|doi=10.1080/01639620701457816|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:144024729 144024729]}}
* {{Cite journal|last=Hinduja|first=Sameer|last2=Patchin|first2=Justin W.|date=2007|title=Offline consequences of online victimization: School violence and delinquency|journal=Journal of School Violence|language=en|volume=6|issue=3|pages=89–112|doi=10.1300/J202v06n03_06}}
* {{Cite book|last=Hinduja|first=Sameer|last2=Patchin|first2=Justin W.|date=2006|url=https://archive.org/details/bullyingbeyondsc0000hind/|title=Bullying beyond the schoolyard: Preventing and responding to cyberbullying|publisher=Corwin Press|isbn=978-1-4129-6688-7|language=en}}
* {{Cite journal|last=Patchin|first=Justin W.|last2=Hinduja|first2=Sameer|date=April 2006|title=Bullies move beyond the schoolyard: A preliminary look at cyberbullying|journal=Youth Violence and Juvenile Justice|language=en|volume=4|issue=2|pages=148–169|doi=10.1177/1541204006286288}}</ref>
 
Menurut proyek EU Kids Online, angka insiden perundungan di dunia maya di tujuh negara Eropa pada anak-anak usia 8–16 tahun meningkat dari 8% menuju 12% antara tahun 2010 dan 2014. Terlihat pula peningkatan serupa di Amerika Serikat dan Brasil.<ref>{{Cite book|last=Livingstone|first=Sonya|last2=Stoilova|first2=Mariya|last3=Kelly|first3=Anthony|date=2016|url=https://www.unicef.org/media/66536/file/Ending-the-torment.pdf|title=Ending the torment: Tackling bullying from the schoolyard to cyberspace|publisher=[[Perserikatan Bangsa-Bangsa|United Nations Publications]]|isbn=978-92-1-101344-3|page=[https://www.unicef.org/media/66536/file/Ending-the-torment.pdf#page=130 117]|language=en|chapter=14. Cyberbullying: Incidence, trends and consequences|access-date=16 Juni 2023|chapter-url=https://www.unicef.org/media/66536/file/Ending-the-torment.pdf#page=128|dead-url=no|archive-url=https://web.archive.org/web/20221103210245/https://www.unicef.org/media/66536/file/Ending-the-torment.pdf|archive-date=3 November 2022}}</ref>
 
==== Tugas ganda media ====
Penggunaan beberapa siaran media digital secara serentak, umumnya dikenal sebagai tugas ganda media, tampak berhubungan dengan gejala depreseif, kegelisahan sosial, [[impulsivitas]], [[pencarian sensasi]], kesuksesan sosial terpandang yang lebih rendah, dan [[Kepribadian Big Five#Neuroticism|neurotisisme]].<ref>{{Cite journal|last=Uncapher|first=Meline R.|last2=Lin|first2=Lin|last3=Rosen|first3=Larry D.|last4=Kirkorian|first4=Heather L.|last5=Baron|first5=Naomi S.|last6=Bailey|first6=Kira|last7=Cantor|first7=Joanne|last8=Strayer|first8=David L.|last9=Parsons|first9=Thomas D.|displayauthors=etal|date=November 2017|title=Media multitasking and cognitive, psychological, neural and learning differences|url=https://doi.org/10.1542/peds.2016-1758D|journal=[[Pediatrics]]|language=en|volume=140|issue=Supplement 2|pages=S62–S66|doi=10.1542/peds.2016-1758D|pmc=PMC5658797|pmid=29093034}}</ref> Sebuah tinjauan tahun 2018 menemukan bahwa sementara literatur masih jarang dan tidak berkesimpulan, secara keseluruhan, pelaku tugas ganda media berat juga memiliki kinerja yang lebih buruk dalam sejumlah sisi kognitif.<ref>{{Cite journal|last=Uncapher|first=Meline R.|last2=Wagner|first2=Anthony D.|date=1 Oktober 2018|title=Minds and brains of media multitaskers: Current findings and future directions|url=https://doi.org/10.1073/pnas.1611612115|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|language=en|volume=115|issue=40|pages=9889–9896|bibcode=2018PNAS..115.9889U|doi=10.1073/pnas.1611612115|pmc=PMC6176627|pmid=30275312|doi-access=free}}</ref> Salah satu penulis tinjauan tersebut berkomentar bahwa datanya tidak "secara terang-terangan menunjukkan bahwa tugas ganda media menyebabkan perubahan dalam perhatian dan ingatan", dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tugas ganda pada media digital ini tidak efisien.<ref>{{Cite news|last=Bates|first=Sofie|date=25 Oktober 2018|title=A decade of data reveals that heavy multitaskers have reduced memory, Stanford psychologist says|url=https://news.stanford.edu/2018/10/25/decade-data-reveals-heavy-multitaskers-reduced-memory-psychologist-says/|work=[[Universitas Stanford|Stanford News]]|dead-url=no|archive-url=https://web.archive.org/web/20230611000135/https://news.stanford.edu/2018/10/25/decade-data-reveals-heavy-multitaskers-reduced-memory-psychologist-says/|archive-date=11 Juni 2023|access-date=17 Juni 2023}}</ref>
 
=== Pemeriksaan dan pengobatan ===
Pemeriksaan teliti berdasarkan bukti terhadap penggunaan media digital bermasalah belum diterapkan secara komprehensif. Ini sebagian disebabkan oleh ketiadaan konsensus seputar berbagai konstruksi dan kurangnya pembakuan pengobatan. [[American Academy of Pediatrics|Akademi Peditari Amerika Serikat]] (AAP) telah mengembangkan sebuah Rencana Media Keluarga, dimaksudkan untuk membantu orang tua mengakses dan menstrukturkan penggunaan peremban elektronik dan media pada keluarga dengan lebih aman. Asosiasi tersebut mengajurkan membatasi waktu layar hiburan menjadi dua jam atau kurang per hari.<ref>{{Cite web|date=30 November 2020|title=How to make a Family Media Use Plan|url=https://www.healthychildren.org/English/family-life/Media/Pages/How-to-Make-a-Family-Media-Use-Plan.aspx|publisher=[[American Academy of Pediatrics|Healthy Children]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230523213045/https://www.healthychildren.org/English/family-life/Media/Pages/How-to-Make-a-Family-Media-Use-Plan.aspx|archive-date=23 Mei 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Korioth|first=Trisha|date=21 Oktober 2016|title=Family Media Plan helps parents set boundaries for kids|url=https://publications.aap.org/aapnews/news/9082|journal=[[American Academy of Pediatrics|AAP News]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20220816132826/https://publications.aap.org/aapnews/news/9082|archive-date=16 Agustus 2022|access-date=17 Juni 2023}}</ref> [[Canadian Pediatrics Society|Perhimpunan Pediatri Kanada]] (CPS) telah menghasilkan pedoman serupa, Ferguson, seorang psikolog, telah mengkritik pedoman-pedoman tersebut dan pedoman nasional lainnya karena tidak didasarkan dari bukti.<ref>{{Cite journal|last=Ferguson|first=Christopher J.|last2=Beresin|first2=Eugene|date=Juni 2017|title=Social science's curious war with pop culture and how it was lost: The media violence debate and the risks it holds for social science|journal=Preventive Medicine|language=en|volume=99|pages=69–76|doi=10.1016/j.ypmed.2017.02.009|pmid=28212816}}</ref> Pakar-pakar lain, yang dikutip dalam sebuah tinjauan literatur [[Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa|Kantor Penelitian UNICEF]], telah menyarankan untuk mewacanakan masalah yang berpotensi mendasari fenomena ini daripada menerapkan pembatasan waktu layar secara sewenang-wenang.<ref name="Kardefelt-Winther 2017" />
 
Metodologi yang berbeda dalam menilai penggunaan internet patologis, kebanyakan kuesioner lapor diri, telah dikembangkan, tetapi belum ada yang diakui secara meluas sebagai sebuah standar emas.<ref>{{Cite journal|last=Shaw|first=Martha|last2=Black|first2=Donald W.|date=2008|title=Internet addiction: Definition, assessment, epidemiology and cilincal management|journal=CNS Drugs|language=en|volume=22|pages=353–365|doi=10.2165/00023210-200822050-00001|pmid=18399706}}</ref> Untuk gangguan permainan, baik Asosiasi Psikiatris Amerika Serikat maupun Organsisasi Kesehatan Dunia (melalui ICD-11) telah menerbitkan [[Diagnosis (medis)|kriteria diagnosis]].<ref>{{Cite journal|last=Petry|first=Nancy M.|last2=Rehbein|first2=Florian|last3=Gentile|first3=Douglas A.|last4=Lemmens|first4=Jeroen S.|last5=Rumpf|first5=Hans-Jürgen|last6=Mößle|first6=Thomas|last7=Bischof|first7=Gallus|last8=Tao|first8=Ran|last9=Fung|first9=Daniel S. S.|displayauthors=etal|date=September 2014|title=An international consensus for assessing internet gaming disorder using the new DSM-5 approach|journal=Addcition|language=en|volume=109|issue=9|pages=1399–1406|doi=10.1111/add.12457|pmid=24456155}}</ref><ref name="WHO 2019" />
 
Terdapat sejumlah bukti terbatas dari keefektifan [[terapi perilaku kognitif]] dan intervensi berbasis keluarga untuk pengobatan. Dalam [[Uji acak terkendali|uji-uji acak terkendali]], medikasi terlihat tidak efektif.<ref>{{Cite journal|last=Zajac|first=Kristyn|last2=Ginley|first2=Meredith K.|last3=Chang|first3=Rocio|last4=Petry|first4=Nancy M.|date=Desember 2017|title=Treatments for Internet gaming disorder and Internet addiction: A systematic review|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5714660|journal=Psychology of Addictive Behavior|language=en|volume=31|issue=8|pages=979–994|doi=10.1037/adb0000315|pmc=PMC5714660|pmid=28921996}}</ref> Sebuah kajian tahun 2016 dari 901 remaja mengindikasikan bahwa ''[[mindfulness]]'' dapat membantu mencegah dan mengobati penggunaan internet bermasalah.<ref>{{Cite journal|last=Gámez-Guadix|first=Manuel|last2=Calvete|first2=Esther|date=2016|title=Assessing the relationship between mindful awareness and problematic Internet use among adolescents|journal=MIndfulness|language=en|volume=7|pages=1281–1288|doi=10.1007/s12671-016-0566-0}}</ref> Sebuah laporan parlementer UK tahun 2019 menganggap keterlibatan, kesadaran, dan dukungan dari orang tua esensial dalam mengembangkan "ketahanan digital" untuk para pemuda, dan untuk mengidentifikasi dan menangani risiko bahaya daring.<ref name="Dewan Rakyat 2019" /> Pusat pengobatan telah digencarkan di sejumlah negara, dan Korea Selatan dan Tiongkok telah memperlakukan ketergantungan digital sebagai sebuah krisis kesehatan, masing-masing membuka 190 dan 300 pusat pengobatan.<ref>{{Cite journal|last=Sharma|first=Manoj Kumar|last2=Palanichamy|first2=Thamil Selvan|date=Februari 2018|title=Psychosocial interventions for technological addictions|url=https://doi.org/10.4103%2Fpsychiatry.IndianJPsychiatry_40_18|journal=Indian Journal of Psychiatry|language=en|volume=60|issue=Supplement 4|pages=S541-S545|doi=10.4103/psychiatry.IndianJPsychiatry_40_18|pmc=PMC5844169|pmid=29540928|doi-access=free}}</ref> Negara-negara lain juga telah membuka pusat pengobatan.<ref>{{Cite journal|last=Kuss|first=Daria J.|last2=Griffiths|first2=Mark D.|date=2011|title=Online social networking and addiction: A review of the psychological literature|url=https://doi.org/10.3390/ijerph8093528|journal=International Journal of Environmental Research and Public Health|language=en|volume=8|issue=9|pages=3528–3552|doi=10.3390/ijerph8093528|pmc=PMC3194102|pmid=22016701}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Romano|first=Michela|last2=Osborne|first2=Lisa A.|last3=Truzoli|first3=Roberto|last4=Reed|first4=Phil|date=2013|title=Differential psychological impact of Internet exposure on Internet addicts|url=https://doi.org/10.1371/journal.pone.0055162|journal=PLOS One|volume=8|issue=2|page=e55162|bibcode=2013PLoSO...855162R|doi=10.1371/journal.pone.0055162|pmc=PMC3567114|pmid=23408958}}</ref>
 
LSM, kelompok dukungan dan advokasi telah menyediakan sumber daya untuk orang-orang yang menggunakan media digital secara berlebihan, dengan atau tanpa diagnosis terkodifikasi,<ref>{{Cite magazine|date=Musim dingin 2016|title=Hooked on social media? How to break the habit|url=https://www.additudemag.com/social-media-addiction-with-adhd/|magazine=ADDitude|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407031756/https://www.additudemag.com/social-media-addiction-with-adhd/|archive-date=7 April 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite magazine|title=The ''ADDitude'' directory: Attention deficit & learning disabilities|url=https://directory.additudemag.com/|magazine=ADDitude|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230606020452/https://directory.additudemag.com/|archive-date=6 Juni 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|title=Directory and information listing|url=https://www.adhdaustralia.org.au/resources/directory-information-listings/|publisher=ADHD Australia|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230326163038/https://www.adhdaustralia.org.au/resources/directory-information-listings/|archive-date=26 Maret 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref> termasuk Akademi Psikiatri Anak dan Remaja Amerika Serikat.<ref>{{Cite web|date=Oktober 2021|title=ADHD Resource Center|url=https://www.aacap.org/aacap/families_and_youth/resource_centers/adhd_resource_center/Home.aspx|publisher=[[Akademi Psikiatri Anak dan Remaja Amerika Serikat]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230514145431/https://www.aacap.org/aacap/families_and_youth/resource_centers/adhd_resource_center/Home.aspx|archive-date=14 Mei 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref>
 
Sebuah kajian tahun 2021 menggambarkan garis besar mekanisme yang menjadi sarana bagi stresor yang tertransmisikan oleh media dalam memengaruhi kesejahteraan jiwa. Para penulis mengindikasikan sebuah penyebut umum terkait masalah dengan konstruksi realitas media adalah ketidakpastian yang meningkat, yang menyebabkan respons defensif dan [[stres kronis]] pada individu yang sudah cenderung mengalami penggunaan bermasalah.<ref>{{Cite journal|last=Kesner|first=Ladislav|last2=Horáček|first2=Jiří|date=2021|title=Global adversities, the media, and mental health|url=https://doi.org/10.3389/fpsyt.2021.809239|journal=Frontiers in Psychiatry|volume=12|page=809239|doi=10.3389/fpsyt.2021.809239|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8785246 8785246 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/35082704 35082704]}}</ref>
 
== Manfaat kesehatan jiwa ==
[[Berkas:Digital media use.jpg|thumb|Ponsel cerdas dan perangkat digital lainnya telah terhubung erat dengan berbagai masyarakat.|alt=Orang-orang menggunakan ponsel.]]
 
Individu dengan penyakit jiwa dapat mengembangkan koneksi sosial melalui media sosial, yang mungkin mendorong rasa inklusi sosial dalam komunitas daring. Orang-orang dengan penyakit kejiwaan dapat membagikan cerita pribadi dalam ruang yang dipandang lebih aman, serta memperoleh dukungan sejawat dalam mengembangkan strategi mengatasi penyakit mereka.<ref name="Reid Chassiakos et al. 2016" />
 
Orang dengan penyakit jiwa mungkin melaporkan penghindaran dari stigma dan memperoleh wawasan lebih lanjut tentang kondisi kesehatan jiwa mereka dengan menggunakan media sosial. Manfaat ini terikat dengan risiko pengaruh tidak sehat, informasi yang salah, dan akses menuju jalan keluar kesehatan jiwa tradisional yang tertunda.<ref name="Reid Chassiakos et al. 2016" />
 
Manfaat lainnya mencakup koneksi dengan komunitas daring yang suportif, termasuk komunitas untuk penyakit atau disabilitas khusus, serta komunitas [[LGBT]]QIA. Pasien muda kanker telah melaporkan perbaikan dalam kemampuan menghadapi keadaan mereka dengan berpartisipasi dalam sebuah komunitas daring.<ref>Lihat, sebagai contoh, pasien "Stop Kanker" (Halasartan), sebagaimana dikutip dalam {{Cite journal|last=Ben-Aharon|first=Irit|last2=Goshen-Lago|first2=Tal|last3=Fontana|first3=Elisa|last4=Smyth|first4=Elizabeth|last5=Guren|first5=Marianne|last6=Caballero|first6=Carmela|last7=Lordick|first7=Florian|date=Juni 2019|title=Social networks for young patients with cancer: The time for system agility|journal=The Lancet Oncology|volume=20|issue=6|page=765|doi=10.1016/S1470-2045(19)30346-8|pmid=31162090}}</ref> Penggunaan media sosial sebagai komunikasi pelayanan kesehatan mencakup pengurangan stigma dan memfasilitasi dialog sesama pasien dan antara pasien dan tenaga kesehatan profesional.<ref>{{Cite encyclopedia|title=Social media for healthcare communication|encyclopedia=Oxford Encyclopedia of Communication|date=2014|last=Moorhead|first=S. Anne|publisher=[[Oxford University Press]]|isbn=978-0-19-022861-3|doi=10.1093/acrefore/9780190228613.013.335|language=en}}</ref>
 
Lebih lanjutnya, pada anak-anak, manfaat pendidikan penggunaan media digital telah diterapkan dengan baik.<ref name="Reid Chassiakos et al. 2016" /> Contohnya, program berbasis waktu layar dapat membantu meningkatkan baik pembelajaran mandiri maupun kolaboratif. Beragam aplikasi dan perangkat lunak berkualitas juga dapat mengurangi kesenjangan belajar dan meningkatkan keterampilan dalam mata pelajaran tertentu.<ref>{{Cite journal|author=Satuan Tugas Kesehatan Digital, Perhimpunan Pediatri Kanada|date=2019|title=Digital media: Promoting healthy screen use in school-aged children and adolescents (pernyataan posisi)|url=https://doi.org/10.1093/pch/pxz095|journal=Pediatrics & Child Health|language=en|volume=24|issue=6|pages=402–498|doi=10.1093/pch/pxz095|pmc=PMC6736327|pmid=31528113|doi-access=free}}</ref>
 
Menurut Pusat Kecanduan Amerika Serikat, aplikasi seperti TikTok juga membantu dalam membagikan cerita pemulihan, perayaan tonggak pencapaian, dan mendukung perjalanan pemulihan sesama pengguna platform tersebut. Tagar-tagar seperti #sober (#tidakmabuk), #mentalhealthawareness (#kesadarankesehatanmental), dan #soberlife (#hiduptidakmabuk) membantu mendestigmatisasi keadaan tidak mabuk.<ref>{{Cite web|last=Schwartzbach|first=Kevin|date=13 Desember 2019|title=TikTok and recovery on social media|url=https://americanaddictioncenters.org/blog/tiktok-and-recovery|publisher=Pusat Kecanduan Amerika Serikat|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407031754/https://americanaddictioncenters.org/blog/tiktok-and-recovery|archive-date=7 April 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref>
 
== Disiplin lain ==
=== Antropologi digital ===
[[Daniel Miller (antropolog)|Daniel Miller]] dari [[Universitas Kolese London]] telah berkontribusi dalam kajian [[antropologi digital]], terutama dalam penelitian etnografis tentang penggunaan dan konsekuensi media sosial dan ponsel cerdas sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari orang biasa di seluruh dunia. Ia mencatat dampak media sosial sungguh khusus terhadap lokasi dan kebudayaan individual. Ia berdalil bahwa seorang yang awam "mungkin menganggap cerita-cerita ini dangkal. Namun, sang antropolog memperlakukannya dengan serius, dengan empati menjelajahi setiap penggunaan teknologi digital sehubungan dengan konteks sosial dan budaya yang lebih luas."<ref>{{Cite journal|last=Miller|first=Daniel|date=15 Februari 2018|title=The anthropology of social media|url=https://blogs.scientificamerican.com/observations/the-anthropology-of-social-media/|journal=[[Scientific American]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406094255/https://blogs.scientificamerican.com/observations/the-anthropology-of-social-media/|archive-date=6 April 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref>
 
Antropologi digital adalah sebuah bidang yang berkembang yang menkaji hubungan antara manusia dan teknologi era digital. Bidang tersebut bertujuan mempertimbangkan argumen sehubungan dengan cakupan etis dan masyarakat, daripada hanya mengamati perubahan teknologi.<ref>{{Cite encyclopedia|title=Digital anthropology|encyclopedia=The Open Encyclopedia of Anthropology|last=Miller|first=Daniel|date=28 Agustus 2018|editor-last=Stein|editor-first=Felix|url=https://www.anthroencyclopedia.com/entry/digital-anthropology|access-date=17 Juni 2023|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163551/https://www.anthroencyclopedia.com/entry/digital-anthropology|archive-date=5 April 2023|dead-url=no|doi=10.29164/18digital}}</ref> Brian Solis, seorang antropolog dan analis digital, menyatakan pada tahun 2018, "kita telah menjadi pencandu digital: sekarang waktunya mengontrol teknologi dan bukan membiarkannya mengontrol kita."<ref>{{Cite web|last=Solis|first=Brian|date=28 Maret 2018|title=We've become digital addicts: It's time to take control of technology and not let tech control us|url=https://medium.com/@briansolis/breaking-digital-facades-its-time-to-take-tech-back-c7af059dfd51|website=[[Medium (situs web)|Medium]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230407015959/https://medium.com/@briansolis/breaking-digital-facades-its-time-to-take-tech-back-c7af059dfd51|archive-date=7 April 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref>
 
=== Sosiologi digital ===
[[Sosiologi internet|Sosiologi digital]] menjelajahi cara orang menggunakan media digital dengan beberapa metodologi penelitian, termasuk survei, wawancara, kelompok fokus, dan penelitian etnografis. Bidang ini berpotongan dengan antropologi digital, dan mengkaji [[geografi budaya]]. Ia juga menyelidiki kekhawatiran lama, dan konteks seputar penggunaan teknologi serupa yang berlebihan pada para pemuda, "akses mereka menuju [[Pornografi internet|pornografi daring]], perundungan di dunia maya atau predasi seksual daring".<ref>{{Cite book|last=Lupton|first=Deborah|date=2012|url=https://ses.library.usyd.edu.au/bitstream/handle/2123/8621/Digital%20Sociology.pdf|title=Digital sociology: An introduction|language=en|publisher=Departemen Sosiologi dan Kebijakan Sosial, [[Universitas Sydney]]|pages=8–9}}</ref>
 
Sebuah kajian sosiologi potong-lintang tahun 2013 di Turki menunjukkan perbedaan pola penggunaan internet yang berkaitan dengan tingkat keagamaan pada 2.698 subjek. Dengan keagamaan yang meningkat, sikap negatif terhadap penggunaan internet juga meninggi. Individu yang amat religius menunjukkan motivasi berbeda untuk penggunaan internet, utamanya untuk mencari informasi.<ref>{{Cite journal|last=Sanaktekin|first=Ozlem Hesapci|date=2013|title=The effects of religiosity on Internet consumption: A study on a Muslim country|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1553–1573|doi=10.1080/1369118X.2012.722663}}</ref> Kajian dari 1.296 pelajar remaja Malaysia menemukan hubungan terbalik antara keagamaan dan kecenderungan kecanduan internet pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki.<ref>{{Cite journal|last=Charlton|first=John P.|last2=Soh|first2=Patrick C-H|last3=Ang|first3=Peng Hwa|last4=Chew|first4=Kok-Wai|date=2013|title=Religiosity, adolescent Internet usage motives and addiction: An exploratory study|journal=Information, Communication & Society|language=en|volume=16|issue=10|pages=1619–1638|doi=10.1080/1369118X.2012.735251}}</ref>
 
Sebuah tinjauan tahun 2018 yang diterbitkan dalam ''[[Nature]]'' mempertimbangkan bahwa para pemuda mungkin mengalami peristiwa yang berbeda dalam jaringan, bergantung pada latar belakang sosial eknomi mereka, mencatat bahwa pemuda dengan pendapatn lebih rendah dapat menghabiskan tiga jam lebih per hari menggunakan perangkat digital, dibandingkan dengan pemuda dengan pendapatan yang lebih tinggi. Tinjauan tersebut berteori bahwa pemuda berpenghasilan lebih rendah, yang rentan mengalami penyakit jiwa, mungkin lebih pasif dalam interaksi daring, lebih mudah menerima umpan balik negatif daring, dengan kesulitan meregulasi penggunaan media digital mereka secara mandiri. Artikel tersebut menyimpulkan bahwa ini mungkin menjadi bantuk baru [[kesenjangan digital]] di antara pemuda berisiko dan pemuda lainnya, risiko penyakit jiwa yang sudah ada sebelumnya teramplifikasi di antara populasi yang sudah rentan.<ref>{{Cite journal|last=Odgers|first=Candice L.|date=22 Februari 2018|title=Smartphones are bad for some adolescents, not all|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6121807|journal=[[Nature]]|language=en|volume=554|issue=7693|pages=432–434|bibcode=2018Natur.554..432O|doi=10.1038/d41586-018-02109-8|pmc=PMC6121807|pmid=29469108}}</ref>
 
=== Ilmu saraf ===
Meshi et al. mencatat pada tahun 2015 bahwa para "ahli ilmu saraf mulai mengapitalisasikan ubikuitas media sosial untuk memperoleh wawasan baru mengenai [[Kognisi|proses kognitif]]". Sebuah tinjauan ilmu saraf tahun 2018 yang diterbitkan dalam ''[[Nature Communications]]'' menemukan kerapatan [[amigdala]], salah satu bagian otak yang terlibat dalam pemrosesan emosional, berkaitan dengan ukuran jejaring sosial baik luring maupun daring pada remaja. Mereka menganggap bahwa bukti ini dan yang lain "mengindikasikan sebuah hubungan timbal balik antara pengalaman sosial sebenarnya, baik luring maupun daring, dan [[Pengembangan sistem saraf|pengembangan otak]]". Para penulis mengasumsikan bahwa media sosial memiliki manfaat, yakni koneksi sosial dengan orang lain, serta mengelola kesan seseorang terhadap individu lain, seperti "pembangunan reputasi, pengelolaan kesan, dan presentasi diri daring". Tinjauan tersebut mengidentifikasi "masa remaja [sebagai] sebuah titik kritis dalam pengembangan untuk bagaimana media sosial dapat memengaruhi konsep diri mereka dan ekspektasi dari diri sendiri dan orang lain", dan mendesak kajian lebih lanjut terhadap ilmu saraf di balik penggunaan media digital dan pengembangan otak pada masa remaja.<ref>{{Cite journal|last=Crone|first=Eveline A.|last2=Konjin|first2=Elly A.|date=2018|title=Media use and brain development during adolescence|url=https://doi.org/10.1038%2Fs41467-018-03126-x|journal=[[Nature Communications]]|language=en|volume=9|page=588|bibcode=2018NatCo...9..588C|doi=10.1038/s41467-018-03126-x|pmc=PMC5821838|pmid=29467362}}</ref> Meskipun [[Modalitas (interaksi manusia–komputer)|modalitas]] pencitraan otak tengah dikaji, penemuan ilmu saraf dalam kajian individual [[Krisis replikasi|gagal direplikasi]] dalam kajian-kajian lanjutan, mirip dengan kecanduan perilaku lainnya; sejak tahun 2017, proses biologis atau neural yang dapat menyebabkan penggunaan media digital berlebihan belum diketahui.<ref name="Kardefelt-Winther 2017" />
 
== Dampak terhadap kognisi ==
Terdapat sebuah penelitian dan pengembangan tentang dampak kognitif dari ponsel cerdas dan teknologi digital. Sekelompok peneliti melaporkan bahwa, bertentangan dengan kepercayaan meluas, bukti ilmiah tidak menunjukkan bahwa teknologi serupa membahayakan kemampuan kognitif dan bahwa mereka justru hanya mengubah cara pokok [[kognisi]]—seperti berkurangnya kebutuhan untuk mengingat fakta atau melaksanakan perhitungan matematika dengan puplen dan kertas di luar sekolah kontemporer. Namun, beberapa kegiatan—seperti membaca novel—yang membutuhkan jangkauan perhatian terfokus yang panjang dan tidak menghadirkan stimulasi memuaskan mungkin menjadi lebih menantang secara umum.<ref>{{Cite web|date=2 Juli 2021|title=Smart technology is not making us dumber: Study|url=https://phys.org/news/2021-07-smart-technology-dumber.html|website=Phys.org|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230524151428/https://phys.org/news/2021-07-smart-technology-dumber.html|archive-date=24 Mei 2023|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Cecutti|first=Lorenzo|last2=Chemero|first2=Anthony|last3=Lee|first3=Spike W.|date=Agustus 2021|title=Technology may change cognition without necessarily harming it|journal=Nature Human Behavior|language=en|volume=5|issue=8|pages=973–975|doi=10.1038/s41562-021-01162-0|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34211150 34211150]}}</ref> Bagaimana penggunaan media daring yang ekstensif memengaruhi pengembangan kognitif pada pemuda tengah diselidiki dan dampaknya mungkin beragam secara substansial berdasarkan apa dan bagaimana sebuah teknologi digunakan—seperti apa dan bagaimana sebuah platform media digital digunakan—dan bagaimana merek dirancang. Pengaruh mungkin beragam sampai-samapai kajian serupa belum mempertimbangkan topik tersebut, dan mungkin termodulasi oleh rancangan, pilihan, dan penggunaan teknologi dan platform, termasuk oleh penggunaanya sendiri.<ref>{{Cite journal|last=Firth|first=Joseph|last2=Torous|first2=John|last3=Firth|first3=Josh A.|last4=Steiner|first4=Genevine Z.|last5=Smith|first5=Lee|last6=Alvarez-Jimenez|first6=Mario|last7=Gleeson|first7=John|last8=Vancampfort|first8=Davy|last9=Armitage|first9=Christopher J.|displayauthors=etal|date=Juni 2019|title=The 'online brain': How the Internet may be changing our cognition|url=https://doi.org/10.1002/wps.20617|journal=World Psychiatry|volume=18|issue=2|pages=119–129|doi=10.1002/wps.20617|pmc=PMC6502424|pmid=31059635|doi-access=free}}</ref>
 
[[Berkas:Study about change in intelligence in children 9–12 from screen time watching, screen time Socializing, screen time gaming.webp|thumb|Hasil terukur dari kajian tersebut]]
 
Sebuah kajian mengindikasikan bahwa pada [[Perkembangan anak|anak-anak]] berusia 9–10 tahun, selama dua tahun, waktu [[Permainan video|permainan digital]] atau menonton video digital dapat dikorelasikan secara positif dengan [[Pengembangan kognitif|ukuran inteligensi]], meskipun korelasi dengan waktu layar keseluruhan (termasuk media sosial, bersosialisasi, dan televisi) tidak diselidiki dan "waktu layar permainan" tidak terdiferensiasi di antara kategori permainan video (cth pembagian platform dan [[Daftar genre permainan video|genre]] permainan), dan video digital tidak terdiferensiasi di antara kategori video.<ref>{{Cite web|date=13 Mei 2022|title=Video games can boost children's intelligence: Study|url=https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|website=Medical Xpress|publisher=[[Institut Karolinska]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20221107163121/https://medicalxpress.com/news/2022-05-video-games-boost-children-intelligence.html|archive-date=7 November 2022|dead-url=no|access-date=17 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Sauce|first=Bruno|last2=Liebherr|first2=Magnus|last3=Judd|first3=Nicholas|last4=Klingberg|first4=Torkel|date=2022|title=The impact of digital media on children's intelligence while controlling for genetic differences in cognition and socioeconomic background|url=https://doi.org/10.1038%2Fs41598-022-11341-2|journal=[[Scientific Reports]]|language=en|volume=12|page=7720|doi=10.1038/s41598-022-11341-2|id=[[PubMed Central|PMC]] <span class="plainlinks">[https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9095723 9095723 {{Free access}}]</span>. [[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/35545630 35545630]|doi-access=free}}</ref>
 
== Dampak terhadap kehidupan sosial ==
Kesepian dan depresi pada [[Kesehatan remaja|remaja]] di sekolah kontemporer seluruh dunia meningkat secara substansial setelah tahun 2012, dan sebuah kajian menemukan bahwa ini berhubungan dengan akses ponsel cerdas dan penggunaan internet.<ref>{{Cite news|last=Bahrampour|first=Tara|date=20 Juli 2021|title=Teens around the world are lonelier than a decade ago. The reason may be smartphones|url=https://www.washingtonpost.com/local/social-issues/teens-loneliness-smart-phones/2021/07/20/cde8c866-e84e-11eb-8950-d73b3e93ff7f_story.html|dead-url=no|newspaper=[[The Washington Post]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230526110901/https://www.washingtonpost.com/local/social-issues/teens-loneliness-smart-phones/2021/07/20/cde8c866-e84e-11eb-8950-d73b3e93ff7f_story.html|archive-date=26 Mei 2023|access-date=17 Juni 2023|url-access=limited}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Twenge|first=Jean M.|last2=Haidt|first2=Jonathan|last3=Blake|first3=Andrew B.|last4=McAlliester|first4=Cooper|last5=Lemon|first5=Hannah|last6=Le Roy|first6=Astrid|date=Desember 2021|title=Worldwide increases in adolescent loneliness|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140197121000853|journal=Journal of Adolescence|language=en|volume=93|pages=257–269|doi=10.1016/j.adolescence.2021.06.006|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/34294429 34294429]}}</ref>
 
Pada 6 Januari 2023, distrik Seattle Public Schools mengajukan sebuah gugatan hukum terhadap platform media sosial besar seperti Facebook, Instagram, Snapchat, TikTok, dan YouTube. Dokumen gugatannya, sepanjang 91 halaman, mengklaim bahwa kesehatan jiwa pelajar mereka telah memburuk dan perasaan-perasaan ini telah meningkat sebesar 30% dari 2009 hinggga 2019. Ini menyebabkan distrik tersebut mempekerjakan lebih banyak tenaga kesehatan jiwa dan menerapkan rancangan pemebelajaran tambahan serta pelatihan kepada guru. Seksi 230 dari Communcication Decency Act telah melindungi platform serupa dari pertanggungjawaban atas isu seputar apa yang diunggah oleh para pengguna, tetapi terdapat dorongan dalam kasus ini untuk menuntut pertanggungjawaban dari para platform atas perilaku mereka perihal algoritma.<ref>{{Cite news|last=Johnson|first=Gene|date=8 Januari 2023|title=Seattle schools sue tech giants over social media harm|url=https://apnews.com/article/social-media-seattle-lawsuits-mental-health-965a8f373e3bfed8157571912cc3b542|dead-url=no|language=en|agency=[[Associated Press]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20230610233233/https://apnews.com/article/social-media-seattle-lawsuits-mental-health-965a8f373e3bfed8157571912cc3b542|archive-date=10 Juni 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite web|last=Chrostowski|first=Golriz|date=31 Januari 2023|title=Analysis: Schools repurpose Juul claims against Meta, TikTok|url=https://news.bloomberglaw.com/bloomberg-law-analysis/analysis-schools-repurpose-juul-claims-against-meta-tiktok|website=Bloomberg Law|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230331123539/https://news.bloomberglaw.com/bloomberg-law-analysis/analysis-schools-repurpose-juul-claims-against-meta-tiktok|archive-date=31 Maret 2023|dead-url=no|access-date=18 Juni 2023}}</ref>
 
== Pelayanan kesehatan jiwa digital ==
[[Berkas:Wellmind NHS Mental Health App.jpg|thumb|Wellmind, aplikasi ponsel cerdas Britania Raya dari [[Pelayanan Kesehatan Nasional]].|alt=Tangkapan layar dari aplikasi ponsel cerdas Wellmind.]]
 
Teknologi digital juga telah menyediakan peluang bagi [[Penggunaan teknologi dalam pengobatan gangguan mental|pembawaan pelayanan kesehatan mental daring]]; manfaat telah ditemukan dengan [[terapi perilaku kognitif]] terkomputerisiasi untuk depresi dan kegelisahan.<ref name="Bakker et al. 2016">{{Cite journal|last=Bakker|first=David|last2=Kazantzis|first2=Nikolaos|last3=Rickwood|first3=Debra|last4=Rickard|first4=Nikki|date=Maret 2016|title=Mental health smartphone apps: Review and evidence-based recommendations for future developments|url=https://doi.org/10.2196/mental.4984|journal=JMIR Mental Health|volume=3|issue=1|page=e7|doi=10.2196/mental.4984|pmc=PMC4795320|pmid=26932350|doi-access=free}}</ref> Penelitian intervensi kesehatan digital pada pemuda masih preliminer, dengan sebuah meta-tinjauan tidak dapat menarik kesimpulan yang pasti karena permasalahan metodologi penelitian.<ref>{{Cite journal|last=Hollis|first=Chris|last2=Falconer|first2=Caroline J.|last3=Martin|first3=Jennifer L.|last4=Whittington|first4=Craig|last5=Stockton|first5=Sarah|last6=Glazebrook|first6=Cris|last7=Davies|first7=E. Bethan|date=April 2017|title=Annual research review: Digital health interventions for children and young people with mental health problems{{Snd}} A systematic and meta-review|journal=Journal of Child Psychology and Psychiatry|language=en|volume=53|issue=4|pages=474–503|doi=10.1111/jcpp.12663|pmid=27943285|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:42082911 42082911]}}</ref> Kemungkinan manfaat menurut salah satu tinjauan mencakup "sifat luwes, interaktif, dan spotan dari komunikasi mobil ... dalam mendorong akses berkelanjutan menuju pelayanan di luar latar klinis". ''Mindfulness'' berbasis intervensi daring terlihat memiliki manfaat kecil hingga menengah terhadap kesehatan jiwa. [[Ukuran efek]] terbesar ditemukan untuk pengurangan [[stres psikologis]]. Manfaat lainnya juga ditemukan perihal depresi, kegelisahan, dan kesejahteraan.<ref>{{Cite journal|last=Spijkerman|first=M. P. J.|last2=Pots|first2=W. T. M.|last3=Bohlmeijer|first3=E. T.|date=April 2016|title=Effectiveness of online mindfulness-based interventions in improving mental health: A review and meta-analysis of randomised controlled trials|url=https://doi.org/10.1016/j.cpr.2016.03.009|journal=Clinical Psychology Review|language=en|volume=45|pages=102–114|doi=10.1016/j.cpr.2016.03.009|pmid=27111302|doi-access=free}}</ref> Aplikasi ponsel cerdas telah digencarkan dalam berbagai domain kesehatan jiwa, dengan rekomendasi yang "terbukti efektif" didaftar dalam sebuah tinjauan tahun 2016 mendorong terapi perilaku kognitif, mewacanakan baik kegelisahan maupun suasana hati. Tinjauan tersebut bagaimanapun juga mendesak lebih banyak uji acak terkendali untuk memvalidasi keefektifan rekomendasi mereka apabila dibawakan oleh aplikasi digital.<ref name="Bakker et al. 2016" />
 
Komisi ''[[The Lancet]]'' untuk kesehatan jiwa global dan laporan keberlanjutan dari tahun 2018 mengevaluasi baik manfaat maupun bahaya teknologi, Tinjauan tersebut mempertimbangkan peran teknologi dalam kesehatan jiwa, terutama dalam pendidikan publik, penapisan pasien, pengobatan, pelatihan dan supervisi, serta perbaikan sistem.<ref>{{Cite journal|last=Patel|first=Vikram|last2=Saxena|first2=Shekhar|last3=Lund|first3=Crick|last4=Thornicroft|first4=Graham|last5=Baingana|first5=Florence|last6=Bolton|first6=Paul|last7=Chisholm|first7=Dan|last8=Collins|first8=Pamela Y.|last9=Cooper|first9=Janice L.|displayauthors=etal|date=27 Oktober 2018|title=''The Lancet'' Commission on global mental health and sustainable development|journal=[[The Lancet]]|language=en|volume=392|issue=10157|pages=1153–1598|doi=10.1016/S0140-6736|pmid=30314863}}</ref> Sebuah kajian tahun 2019 yang diterbitkan dalam ''Frontiers in Psychiatry'' menyatakan bahwa meskipun terdapat proliferasi berbagai aplikasi kesehatan jiwa, belum ada "proliferasi yang setara dalam bukti ilmiah untuk keefektifan mereka".<ref>{{Cite journal|last=Marshall|first=Jamie M.|last2=Dunstan|first2=Debra A.|last3=Bartik|first3=Warren|date=2019|title=The digital psychiatrist: In search of evidence-based apps for anxiety and depression|url=https://doi.org/10.3389%2Ffpsyt.2019.00831|journal=Frontiers in Psychiatry|volume=10|page=831|doi=10.3389/fpsyt.2019.00831|pmc=PMC6872533|pmid=31803083|doi-access=free}}</ref>
 
Steve Blumenfield dan Jeff Levin-Scherz, menulis untuk ''[[Harvard Business Review]]'', mengklaim bahwa "kebanyakan kajian yang telah diterbitkan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan jiwa melalui telepon sama efektifnya dengan pelayanan langsung dalam mengobati depresi, kegelisahan, dan [[gangguan obsesif kompulsif]]". Mereka juga mengutip sebuah kajian yang dilaksanakan bersama Adminitrasi Kesehatan Veteran sebagai bukti pernyataan tersebut.<ref>{{Cite magazine|last=Blumenfield|first=Steve|last2=Levin-Scherz|first2=Jeff|date=3 Desember 2020|title=Digital tools are revolutionizing mental health care in the US|url=https://hbr.org/2020/12/digital-tools-are-revolutionizing-mental-health-care-in-the-u-s|magazine=[[Harvard Business Review]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406092751/https://hbr.org/2020/12/digital-tools-are-revolutionizing-mental-health-care-in-the-u-s|archive-date=6 April 2023|dead-url=no|access-date=18 Juni 2023|url-access=limited}}</ref><ref>Karya yang dikutip adalah {{Cite journal|last=Rosen|first=Craig S.|last2=Morland|first2=Leslie A.|last3=Glassman|first3=Lisa H.|last4=Marx|first4=Brian P.|last5=Weaver|first5=Kendra|last6=Smith|first6=Clifford A.|last7=Pollack|first7=Stacey|last8=Schnurr|first8=Paula P.|date=2021|title=Virtual mental health care in the Veterans Health Administration's immediate response to coronavirus disease-19|url=https://doi.org/10.1037/amp0000751|journal=American Psychologist|language=en|volume=76|issue=1|pages=26–38|doi=10.1037/amp0000751|id=[[PMID]] [https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33119331 33119331]|doi-access=free}}</ref>
 
== Industri dan pemerintah ==
Pada Desember 2017, Facebook mengakui bahwa konsumsi pasif media sosial dapat membahayakan kesehatan jiwa, meskipun mereka mengatakan bahwa interaksi aktif bisa membawa dampak positif.<ref>{{Cite news|last=Levin|first=Sam|date=15 Desember 2017|title=Facebook admits it poses mental health risk—but says using site more can help|url=https://www.theguardian.com/technology/2017/dec/15/facebook-mental-health-psychology-social-media|dead-url=no|newspaper=[[The Guardian]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230602043559/https://www.theguardian.com/technology/2017/dec/15/facebook-mental-health-psychology-social-media|archive-date=2 Juni 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref> Pada Januari 2018, platform tersebut menerapkan perubahan besar untuk meningkatkan interaksi pengguna.<ref>{{Cite news|last=Bromwich|first=Jonah Engel|last2=Haag|first2=Matthew|date=12 Januari 2018|title=Facebook is changing. What does that mean for your news feed?|url=http://www.nytimes.com/2018/01/12/technology/facebook-news-feed-changes.html|dead-url=no|newspaper=[[The New York Times]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230425173637/http://www.nytimes.com/2018/01/12/technology/facebook-news-feed-changes.html|archive-date=15 April 2023|access-date=18 Juni 2023|url-access=limited}}</ref> Pada Januari 2019, mantan kepala urusan global Facebook, [[Nick Clegg]], merespons [[kritik terhadap Facebook]] dan kekhawatiran kesehatan jiwa dengan menyatakan bahwa mereka akan melakukan "apa pun untuk membuat lingkungan ini lebih aman daring terutama bagi pemuda". Facebook mengakui "tanggung jawab berat" kepada komunitas global, dan menyambut regulasi oleh pemerintah.<ref>{{Cite news|last=Rajan|first=Amol|date=28 Januari 2019|title=Can Nick Clegg help Facebook grow up?|url=https://www.bbc.com/news/entertainment-arts-47036000|dead-url=no|work=[[BBC News]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163540/https://www.bbc.com/news/entertainment-arts-47036000|archive-date=5 April 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref> Pada tahun 2019, Instagram, yang telah diselidiki oleh salah satu kajian tentang kecanduan,<ref>{{Cite journal|last=Kircaburun|first=Kagan|last2=Griffiths|first2=Mark D.|date=Maret 2018|title=Instagram addiction and the Big Five of personality: The mediating role of self-liking|url=https://doi.org/10.1556/2006.7.2018.15|journal=Journal of Behavioral Addictions|language=en|volume=7|issue=1|pages=158–170|doi=10.1556/2006.7.2018.15|pmc=PMC6035031|pmid=29461086|doi-access=free}}</ref> mulai menguji sebuah perubahan platform di Kanada untuk menyembunyikan angka "suka" dan penayangan yang diterima oleh foto dan video demi mengurangi tekanan lingkungan mereka.<ref>{{Cite news|last=Shaban|first=Hamza|date=1 Mei 2019|title=Here's why Instagram is going to hide your 'likes'|url=https://www.washingtonpost.com/technology/2019/05/01/heres-why-instagram-is-going-hide-your-likes/|dead-url=no|newspaper=[[The Washington Post]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20210610063644/https://www.washingtonpost.com/technology/2019/05/01/heres-why-instagram-is-going-hide-your-likes/|archive-date=10 Juni 2021|access-date=18 Juni 2023|url-access=limited}}</ref> Paltform tersebut meneruskan pengujiannya di Australia, Brasil, Irlandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru sebelum memperluas eksperimennya secara global pada November tahun yang sama.<ref>{{Cite news|date=18 Juli 2019|title=Instagram hides likes count in international test 'to remove pressure'|url=https://www.bbc.com/news/world-49026935|dead-url=no|work=[[BBC News]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230418084221/https://www.bbc.com/news/world-49026935|archive-date=18 Maret 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref><ref>{{Cite news|last=Yurieff|first=Kaya|date=14 November 2019|title=Instagram is now testing hiding likes worldwide|url=https://edition.cnn.com/2019/11/14/tech/instagram-hiding-likes-globally/index.html|dead-url=no|work=[[CNN|CNN Business]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230428072739/https://edition.cnn.com/2019/11/14/tech/instagram-hiding-likes-globally/index.html|archive-date=29 Maret 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref> Instagram juga telah mengembangkan [[kecerdasan buatan]] untuk melawan perundungan di dunia maya.<ref>{{Cite magazine|last=Steinmetz|first=Katy|date=8 Juli 2019|title=Inside Instagram's war on bullying|url=https://time.com/5619999/instagram-mosseri-bullying-artificial-intelligence/|magazine=[[Time]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230525000720/https://time.com/5619999/instagram-mosseri-bullying-artificial-intelligence/|archive-date=25 Mei 2023|dead-url=no|access-date=18 Juni 2023|url-access=limited}}</ref>
 
[[Kementerian Kebudayaan Republik Rakyat Tiongkok|Kementerian Kebudayaan Tingkok]] telah menetapkan beberapa usaha kesehatan publik sejak paling awal pada tahun 2006 untuk mengatasi gangguan terkait permainan dan internet. Pada tahun 2007, sebuah "Sistem Permainan Daring Anti-Kecanduan" diterapkan kepada para remaja minor. Kementerian tersebut juga mengusulkan "Rencana Program Pencegahan Komprehensif untuk Kecanduan Permainan pada Minor" pada tahun 2013, untuk menyebarluaskan penelitian, terutama dalam metode diagnostik dan intervensi.<ref name="King et al. 2018">{{Cite journal|last=King|first=Daniel L.|last2=Delfabbro|first2=Paul H.|last3=Doh|first3=Young Yim|last4=Wu|first4=Anise M. S.|last5=Kuss|first5=Daria J.|last6=Pallesen|first6=Ståle|last7=Mentzoni|first7=Rune|last8=Carragher|first8=Natacha|last9=Sakuma|first9=Hiroshi|date=2018|title=Policy and preventione approaches for disordered hazardous gaming and Internet use: An international perspective|journal=Prevention Science|language=en|volume=19|pages=233–249|doi=10.1007/s11121-017-0813-1|pmid=28677089|id=S2CID [https://api.semanticscholar.org/CorpusID:28853252 28853252]}}</ref> [[Kementerian Pendidikan Republik Rakyat Tiongkok|Kementerian Pendidikan Tiongkok]] pada tahun 2018 mengumumkan bahwa regulasi baru akan diperkenalkan untuk lebih lanjut membatasi jumlah waktu yang dihabiskan oleh minor untuk permainan daring.<ref>{{Cite news|date=6 September 2018|title=State data to be used to limit child gamers in China|url=https://www.bbc.com/news/technology-45432863|dead-url=no|work=[[BBC News]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230408225529/https://www.bbc.com/news/technology-45432863|archive-date=8 April 2023|access-date=18 Juni 2023}}</ref> Sejak 2021, pembatasan dari pemerintah Tiongkok hanya membolehkan satu jam waktu permainan daring pada hari Jumat, akhir pekan, dan malam liburan bagi remaja minor.<ref>{{Cite news|last=Buckley|first=Chris|date=30 Agustus 2021|title=China tightens limits for young online gamers and bans school night play|url=https://www.nytimes.com/2021/08/30/business/media/china-online-games.html|dead-url=no|newspaper=[[The New York Times]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230603134324/https://www.nytimes.com/2021/08/30/business/media/china-online-games.html|archive-date=3 Juni 2023|access-date=18 Juni 2023|url-access=limited}}</ref>
 
Pada tahun 2018, [[Alphabet Inc.]] merilis sebuah pemutakhiranuntuk ponsel cerdas [[Android]], termasuk sebuah aplikasi dasbor yang membolehkan pengguna memasang pengatur waktu dalam penggunaan aplikasi.<ref name="Haig 2018">{{Cite news|last=Haig|first=Matt|date=10 Mei 2018|title=Google wants to cure our phone addiction. How about that for irony?|url=https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/may/10/google-phone-addiction-app|dead-url=no|newspaper=[[The Guardian]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230408003633/https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/may/10/google-phone-addiction-app|archive-date=8 April 2023|access-date=19 Juni 2023}}</ref> [[Apple Inc.]] membeli sebuah aplikasi pihak ketiga dan kemudian mengikutsertakannya di dalam [[iOS 12]] untuk mengukur waktu layar.<ref>{{Cite magazine|last=Ceres|first=Pia|date=25 September 2018|title=How to use Screen Time controls on iOS 12|url=https://www.wired.com/story/how-to-use-screen-time-ios-12/|magazine=[[Wired (majalah)|Wired]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230405163540/https://www.wired.com/story/how-to-use-screen-time-ios-12/|archive-date=5 April 2023|dead-url=no|access-date=19 Juni 2023}}</ref> Para jurnalis telah mempertanyakan fungsionalitas produk-produk tersebut bagi pengguna dan orang tua, serta motivasi perusahaan dalam memperkenalkan mereka.<ref name="Haig 2018" /><ref>{{Cite news|last=Haller|first=Sonja|date=27 Agustus 2018|title=Warning: Apple's new Screen Time could allow your child to watch NC-17 movies|url=https://www.usatoday.com/story/life/allthemoms/2018/08/27/apples-screen-time-default-let-kids-access-explicit-movies-and-books/1111575002/|dead-url=no|newspaper=[[USA Today]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406155121/https://www.usatoday.com/story/life/allthemoms/2018/08/27/apples-screen-time-default-let-kids-access-explicit-movies-and-books/1111575002/|archive-date=6 April 2023|access-date=19 Juni 2023}}</ref> Alphabet juga telah berinvestasi dalam sebuah spesialis kesehatan jiwa, Quartet, yang menggunakan pembelajaran mesin untuk mengolaborasi dan mengoordinasikan pembawaan pelayanan kesehatan jiwa digital.<ref>{{Cite web|last=Shu|first=Catherine|date=15 April 2016|title=GV leads $40M Series B in Quartet, its first investment in a mental healthcare startup|url=https://techcrunch.com/2016/04/15/gv-leads-40m-series-b-in-quartet-its-first-investment-in-a-mental-healthcare-startup/|website=[[TechCrunch]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20221205115021/https://techcrunch.com/2016/04/15/gv-leads-40m-series-b-in-quartet-its-first-investment-in-a-mental-healthcare-startup/|archive-date=5 Desember 2022|dead-url=no|access-date=19 Juni 2023}}</ref>
 
Korea Selatan memiliki delapan kementerian pemerintah yang bertanggung jawab atas kesehatan publik sehubungan dengan gangguan internet dan permainan, sebuah artikel tinjauan dalam ''[[Prevention Sciences]]'' menyatakan pada tahun 2018 bahwa "wilayah tersebut unik tentang bagaimana pemerintahnya telah berada di garda depan usaha pencegahan, kontras terutama dengan Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Oseania." Usaha-usaha telah dikoordinasikan oleh [[Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi]] dan mencakup kampanye kesedaran, intervensi melalui pendidikan, pusat konseling pemuda, dan promosi budaya sehat daring.<ref name="King et al. 2018" />
 
Dua investor institusional di Apple, [[JANA Partners LLC]] dan [[California State Teachers' Retirement System]] (CalSTRS), menyatakan pada tahun 2018 bahwa mereka "meyakini bahwa baik konten maupun waktu yang dihabiskan dengan ponsel perlu diadaptasikan untuk para pemuda". Mereka mendesak Apple untuk bertindak sebelum regulator dan konsumen memaksa mereka.<ref>{{Cite news|last=Benoit|first=David|date=7 Januari 2018|title=iPhones and children are a toxic pair, say two big Apple investors|url=https://www.wsj.com/articles/iphones-and-children-are-a-toxic-pair-say-two-big-apple-investors-1515358834|dead-url=no|newspaper=[[The Wall Street Journal]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20221121073902/https://www.wsj.com/articles/iphones-and-children-are-a-toxic-pair-say-two-big-apple-investors-1515358834|archive-date=21 November 2022|access-date=19 Juni 2023|url-access=subscription}}</ref> Apple merespons bahwa mereka telah "selalu memperhatikan anak-anak, dan bekerja keras dalam menciptakan produk tangguh yang menginspirasi, menghibur, dan mendirik anak-anak sementara juga membantu orang tua melindungi mereka dalam jaringan". Perusahaan tersebut tengah merencanakan fitur-fitur baru yang mereka tegaskan dapat membolehkan mereka memainkan peran pelopor sehubungan dengan kesehatan pemuda.<ref>{{Cite web|last=Musil|first=Steven|date=8 Januari 2018|title=Apple vows new parental controls amid child addiction fears|url=https://www.cnet.com/tech/mobile/apple-vows-new-parental-controls-amid-child-addiction-fears/|website=[[CNET]]|language=en|archive-url=https://web.archive.org/web/20230406155121/https://www.cnet.com/tech/mobile/apple-vows-new-parental-controls-amid-child-addiction-fears/|archive-date=6 April 2023|dead-url=no|access-date=19 Juni 2023}}</ref>
 
[[Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang]] mengoordinasikan usaha kesehatan publik terkait penggunaan internet bermasalah dan gangguan permainan. Secara legislatif, Undang-Undang Pengembangan Lingkungan yang Menyediakan Penggunaan Internet Aman dan Terlindungi bagi Pemuda ditetapkan pada tahun 2008, untuk menggalakkan kampanye kesadaran publik, dan mendukung LSM untuk mengajarkan pemuda keterampilan penggunaan internet yang aman.<ref name="King et al. 2018" />
 
== Referensi ==
Baris 138 ⟶ 240:
* {{Cite book|last=Lukianoff|first=Greg|last2=Haidt|first2=Jonathan|date=2018|title=The coddling of the American mind: How good intentions and bad ideas are setting up a generation for failure|publisher=[[Penguin Books]]|isbn=978-0735224896|language=en|ref={{SfnRef|Lukianoff & Haidt|2018}}}}
{{Refend}}
 
== Bacaan lebih lanjut ==
* {{Cite book|last=Alter|first=Adam|date=2018|title=Irresistible: The rise of addictive technology and business of keeping us hooked|publisher=[[Penguin Books]]|isbn=978-0-7352-2284-7|language=en|oclc=990286417}}
* {{Cite book|date=2017|url=https://archive.org/details/arewealladdictsn0000unse/|title=Are we all addicts now?: Digital dependence|publisher=Liverpool University Press|isbn=978-1-78694-081-0|editor-last=Bartlett|editor-first=Vanessa|language=en|oclc=988053669|editor-last2=Bowden-Jones|editor-first2=Henrietta}}
* {{Cite book|date=2017|title=Internet addiction in children and adolescents: Risk factors, assessment and treatment|publisher=Springer Publishing|isbn=978-0-8261-3373-1|editor-last=Young|editor-first=Kimberly S.|language=en|oclc=988278461|editor-last2=de Abreu|editor-first2=Cristiano Nabuco}}
* {{Cite journal|last=Jones|first=Amelia|last2=Hook|first2=Megan|last3=Podduturi|first3=Purnaja|last4=McKeen|first4=Haley|last5=Beitzell|first5=Emily|last6=Liss|first6=Miriam|date=Februari 2022|title=Mindfulness as a mediator in the relationship between social media engagement and depression in young adults|journal=Personality and Individual Differences|language=en|volume=185|page=111284|doi=10.1016/j.paid.2021.111284}}
* {{Cite journal|last=White-Gosselin|first=Charles-Étienne|last2=Poulin|first2=François|date=2022|title=Associations between young adults' social media addiction, relationship quality with parents, and internalizing problems: A path analysis model|journal=Canadian Journal of Behavioral Science|doi=10.1037/cbs0000326}}
* {{Cite journal|last=Hammad|first=Mohammad Ahmed|last2=Alqarni|first2=Turki Mahdi|date=2021|title=Psychosocial effects of social media on the Saudi society during the coronavirus disease 2019 pandemic: A cross-sectional study|url=https://doi.org/10.1371%2Fjournal.pone.0248811|journal=PLOS One|language=en|volume=16|issue=3|page=e0248811|doi=10.1371/journal.pone.0248811|pmc=PMC7971843|id=[[PMID]] [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/33735309 33735309]|doi-access=free}}