Banten Girang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
LaninBot (bicara | kontrib)
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(8 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Coord|6|7|52|S|106|9|31|E|display=title}}
[[Berkas:Gunung-pulosari-1.jpg|jmpl|300px|[[Gunung Pulosari]], tempat kramat kerajaan Sunda dan Banten Girang]]
'''Banten Girang''' adalah suatu tempat di desa [[Sempu]], kota [[Serang]]. Letaknya sekitar 10 km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota [[Serang]]. Di tempat tersebut terdapat suatu situs purbakala, peninggalan [[kerajaan Sunda]] yang pernah ada antara tahun 932 dan 1030 Masehi.
 
'''Candi Banten Girang''' adalah suatusebuah tempat[[candi]] diHindu desayang terletak di [[SempuKota Serang]], kota [[SerangBanten]]. Letaknya sekitar 10  km di sebelah selatan pelabuhan Banten sekarang, di pinggiran kota [[Serang]] (Perempatan Sempu). Di tempat tersebut, terdapat suatu situs purbakala, peninggalan [[kerajaan Sunda]] yang pernah ada antara tahun 932 dan 10301579 Masehi.
Di [[Museum Nasional Indonesia]] di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca [[Caringin]]" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-residen Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah [[Gunung Pulosari]], dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa [[Shiwa]] Mahadewa, [[Durga]], [[Batara Guru]], [[Ganesha]] dan [[Brahma]]. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10. Oleh karena itu, Gunung Pulosari dikaitkan dengan Banten Girang dan diperkirakan merupakan tempat kramat kerajaan Sunda.
 
Di [[Museum Nasional Indonesia]] di Jakarta terdapat sejumlah arca yang disebut "arca [[Caringin]]" karena pernah menjadi hiasan kebun asisten-residen Belanda di tempat tersebut. Arca tersebut dilaporkan ditemukan di Cipanas, dekat kawah [[Gunung Pulosari]], dan terdiri dari satu dasar patung dan 5 arca berupa [[Shiwa]] Mahadewa, [[Durga]], [[Batara Guru]], [[Ganesha]] dan [[Brahma]]. Coraknya mirip corak patung Jawa Tengah dari awal abad ke-10. Oleh karena itu, Gunung Pulosari dikaitkan dengan Banten Girang dan diperkirakan merupakan tempat kramatkeramat kerajaan Sunda.
Menurut ''[[Sajarah Banten]]'', sesampai di Banten Girang, [[Sunan Gunung Jati]] dan puteranya, [[Hasanuddin]], mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat kramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banteng Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja [[Kesultanan Demak|Demak]]. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut tahta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.
 
Menurut ''[[Sajarah Banten]]'', sesampai di Banten Girang, [[Sunan Gunung Jati]] dan puteranyaputranya, [[Hasanuddin]], mengunjungi Gunung Pulosari yang saat itu merupakan tempat kramatkeramat bagi kerajaan. Di sana, Gunung Jati menjadi pemimpin agama masyarakat setempat, yang masuk Islam. Baru setelah itu Gunung Jati menaklukkan Banteng Girang secara militer. Kemudian dia menjadi raja dengan restu raja [[Kesultanan Demak|Demak]]. Dengan kata lain, Gunung Jati bukan mendirikan kerajaan baru, tetapi merebut tahtatakhta dari kerajaan yang sudah ada, yaitu Banten Girang.<ref>{{Cite journal|last=Maftuh|first=Maftuh|date=2015-06-30|title=Islam pada Masa Kesultanan Banten|url=https://www.neliti.com/id/publications/282852/islam-pada-masa-kesultanan-banten|journal=Alqalam|language=id|volume=32|issue=1|pages=83–115|issn=1410-3222}}</ref>
Tahun [[1526]] [[kerajaan Demak]] merebut pelabuhan Banten dan Banten Girang, dibantu Gunung Jati, Hasanuddin dan Ki Jongjo. Hasanuddin naik tahta, menggantikan raja yang dalam sumber Portugis dipanggil "Sanghyang" dan baru meninggal. Peristiwa ini merupakan pendirian [[kerajaan Banten]]. Hasanuddin memindahkan pusat kerajaan dari Banteng Girang ke pelabuhan Banten. Namun sampai akhir abad ke-17 Banten Girang masih dipakai sebagai tempat istirahat raja.
 
Tahun [[1526]] [[kerajaan Demak]] merebut pelabuhan Banten dan Banten Girang, dibantu Gunung Jati, Hasanuddin dan Ki Jongjo. Hasanuddin naik tahtatakhta, menggantikan raja yang dalam sumber Portugis dipanggil "Sanghyang" dan baru meninggal. Peristiwa ini merupakan pendirian [[kerajaan Banten]]. Hasanuddin memindahkan pusat kerajaan dari Banteng Girang ke pelabuhan Banten. Namun sampai akhir abad ke-17 Banten Girang masih dipakai sebagai tempat istirahat raja.
 
== Perpustakaan ==
* Guillot, Claude, Lukman Nurhakim, Sonny Wibisono, "La principauté de Banten Girang", ''[[Archipel]]'', Tahun 1995, Volume 50, No. 50, halaman 13-24
 
{{sejarah-stub}}
 
[[Kategori:Banten]]
[[Kategori:Sejarah Jawa]]
 
 
{{sejarah-stub}}