Kamuflase: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Membatalkan 2 suntingan oleh Shalma Marselina (bicara) ke revisi terakhir oleh Ariandi Lie(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{terjemah|Inggris}}
Beberapa ilmuwan merumuskan teori sosiologi, diantaranya :
{{gabungdari|Loreng}}
1. Teori August Comte
[[Berkas:Carolina anole.jpg|jmpl|250px|ka|''[[Carolina Anole|Anolis caroliensis]]'' memperlihatkan kamuflase dengan menyamarkan warnanya dengan lingkungannya.]]
Filsuf Perancis ini mengenyam pendidikan di bidang kedokteran di Montpellier. Menurut Comte, agar tercipta masyarakat yang adil, setidaknya diperlukan metode postif yang tidak dapat ditawar. Metode positif tersebut harus mempunyai empat ciri-ciri, yaitu mengarah pada fakta dan realita, perbaikan yang berkesinambungan sebagai syarat hidup, menuju kepastian, dan menuju kecermatan.
[[Berkas:Flounder camo md.jpg|jmpl|250px|ka|Seekor [[flounder]] menghilang di tengah lingkungannya]]
August Comte juga membagi ilmu sosiologi menjadi dua, yakni social statics dan social dynamic. Ia memandang bahwa social statics sebagai sebuah studi tentang hukum aksi-reaksi yang terjadi antara satu bagian sistem sosial dengan bagian yang lain.
[[Berkas:DirkvdM lizard in the grass.jpg|jmpl|250px|Seekor kadal hijau lebih sulit dilihat di antara rerumputan]]
Bagian yang paling penting adalah social dynamic karena bagian ini merupakan bagian yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Menurutnya, manusia ditentukan oleh pertumbuhan dari perkembangan pemikirannya. Maka sudah selayaknya hukum tertinggi dalam sosiologi seharusnya memfokuskan kajian pada perkembangan intelegensia manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
[[Berkas:Marine sniper ghillie suit.JPG|jmpl|250px|kiri|<center>Kamuflase tim penembak jitu.</center>]]
Dalam teorinya, August Comte juga menjelaskan tahap perkembangan masyarakat hingga kebudayaan materiil dan kebudayaan non-materiil.
'''Kamuflase''' adalah suatu metode yang memungkinkan sebuah [[organisme]] atau benda yang biasanya mudah terlihat menjadi tersamar atau sulit dibedakan dari lingkungan sekitarnya. Contoh-contohnya adalah belang pada [[harimau]], [[zebra]], [[belalang]], dan [[seragam tempur]] motif loreng pada tentara modern. Kamuflase memang suatu bentuk [[tipuan]] dan penyamaran.
2. Teori Emile Durkheim
Filsuf asal Perancis ini merupakan keturunan pendeta Yahudi namun pada akhirnya ia menolak untuk menjadi pendeta. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan menjadikan perhatiannya terhadap akademi bersifat akademis, bukan lagi teologis. Dalam teorinya, ia membahas tentang fakta sosial sebagai objek kajian sosiologi, solidaritas sosial, asal-usul agama, bunuh diri, pendidikan, dan moralitas.
3. Teori Max Weber
Maximilian Weber nama lengkapnya. Ia lahir di Erfrut, Jerman pada 21 Juni 1864 di keluarga kelas menengah Eropa. Akibat kehidupan orang tuanya yang bertolak belakang, ayahnya seorang borjouis yang suka kemewahan dunia sementara ibunya seorang Calvnis yang taat rela menjalani hidup prihatin, orientasi intelektual dan padangan kehidupannya benar-benar terpengaruh. Ia dikatakan lebih banyak memfokuskan perhatian hidupnya untuk tujuan akhirat. Ia termasuk sosiolog yang resah saat agama tidak memiliki otoritas yang kuat dalam menjaga nilai-nilai moral di Eropa.
Ia memberikan pandangan posisi metodologi Max Weber, menjelaskan konsep tipe ideal, menjabarkan etika Protestan dan spirit kapitalisme, berbicara tentang birokrasi, agama dan kapitalisme di India dan China.
4. Teori Karl Marx
Karl Marx merupakan pencetus ide sistem sosialisme, sebuah sistem yang menciptakan masyarakat tanpa kelas. Dalam teorinya, Karl Marx menyampaikan bahwa chaos yang terjadi saat itu hanya dapat diatasi dengan sosiologi yang meneraplan sistem sosialisme.
 
Kata ''kamuflase'' dalam bahasa Indonesia dipinjam dari [[bahasa Belanda]], yang pada gilirannya meminjam dari [[bahasa Prancis]], 'camoufler' yang berarti 'menyamarkan'.
Karl Marx juga menyatakan bahwa agama merupakan candu masyarakat, yang digunakan oleh mereka yang lemah untuk mengadu kepada Tuhan. Karl Marx juga mengungkapkan beberapa teori sosiologi, yakni materialisme historis, nilai lebih atau surplus value, kesadaran palsu dan munculnya kesadaran kelas, teori moda produksi, dan alienasi.
5. Teori George Simmel
George Simmel merupaka filsuf dari Jerman yang lahir pada tahun 1858 di Berlin. Simmel terkenal karena karya-karyanya tentang sosiologi yang banyak berkaitan dengan masalah skala kecil, seperti tindakan dan interaksi individual. Ia berpendapat, tugas utama sosiologi adalah memahami interaksi antar individu sehingga dapat memahami interaksi skala besar (populasi).
Oleh karena Simmel fokus pada masalah-masalah ini, ia dikenal ahli dalam membahas tentang interaksi. Awalnya interaksi yang ia amati hanyalah interaksi dua atau tiga orang. Atau sedikit lebih banyak. Namun kemudian, dapat dipahami bahwa pemahaman tersebut dapat mengantarkan pada pemahaman pada hubungan yang lebih luas.
Setidaknya Simmel telah menulis lebih dari 200 artikel dan 20 buku dengan berbagai macam tema. Beberapa di antaranya adalah Philosophie des Geldes (1900), Soziologie (1908), Undpsykologische Untersuchungen, Leipzig (1890), dan lainnya. Simmel juga membahas tentang masyarakat sebagi hasil dari timbal balik, bentuk versus isi, konsep dyad dan tryad, superordinasi dan subordinasi, uang, serta kerahasiaan dalam pandangan Simmel.
Salah satu teori sosiologi yang relevan adalah teori konflik. Teori konflik dalam sosiologi mengarahkan perhatian pada ketidaksetaraan, konflik sosial, dan perjuangan kekuasaan dalam masyarakat. Teori ini berpendapat bahwa konflik adalah bagian alami dari kehidupan sosial dan merupakan dorongan utama di balik perubahan sosial. Konflik dapat terjadi antara kelompok sosial yang berbeda, seperti antara kelas sosial, ras, agama, atau gender.
Ada beberapa teori sosiologi yang relevan dalam memahami fenomena sosial. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1.Teori Konflik: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, teori konflik menekankan pada ketidaksetaraan sosial, konflik, dan perjuangan kekuasaan sebagai faktor utama dalam perubahan sosial. Teori ini mengajukan bahwa konflik antara kelompok sosial yang berbeda, seperti kelas sosial, ras, agama, atau gender, dapat memengaruhi dinamika sosial.
2.Teori Fungsionalisme: Teori fungsionalisme melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai bagian yang saling bergantung dan saling melengkapi. Teori ini menekankan pada fungsi-fungsi sosial dari institusi dan bagaimana mereka berkontribusi dalam mempertahankan keseimbangan dan kestabilan sosial.
3.Teori Simbolik: Teori simbolik berfokus pada makna yang diberikan individu kepada simbol-simbol sosial dan interaksi sosial dalam pembentukan realitas sosial. Teori ini menekankan pentingnya persepsi, interpretasi, dan tindakan individu dalam memahami dan membentuk dunia sosial.
4.Teori Pertukaran Sosial: Teori pertukaran sosial melihat interaksi sosial sebagai proses pertukaran yang melibatkan pemberian dan menerima imbalan atau ganjaran. Teori ini mengajukan bahwa individu cenderung mencari hubungan sosial yang memberikan imbalan yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
5.Teori Konstruksi Sosial: Teori konstruksi sosial berpendapat bahwa realitas sosial dibangun melalui proses sosial dan interaksi. Konsep-konsep sosial dan norma-norma dibentuk oleh masyarakat dan memiliki makna yang bervariasi tergantung pada konteks sosial dan budaya.
6.Teori Interaksi Simbolik: Teori interaksi simbolik menekankan pada peran bahasa, simbol, dan interaksi dalam membentuk identitas sosial dan tindakan individu. Teori ini menekankan pentingnya komunikasi, persepsi, dan interpretasi dalam interaksi sosial.
Keenam teori di atas merupakan beberapa contoh teori sosiologi yang relevan dalam memahami berbagai aspek kehidupan sosial. Pemilihan teori yang paling relevan tergantung pada konteks penelitian atau analisis yang ingin dilakukan.
 
== Kamuflase militer ==