Sastra Korea Utara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
Arcuscloud (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 4:
Membaca adalah hobi yang populer di [[Korea Utara]], di mana karya sastra dan buku mendapat tempat tersendiri dalam kebudayaan Korea Utara, dan usaha rezim yang berkuasa untuk menyebarkan [[Propaganda di Korea Utara|propaganda]] dalam bentuk teks. Karena hal itulah, penulis mendapat prestise yang tinggi. .<ref name="Gabroussenko2013"><cite class="citation web">Gabroussenko, Tatiana (September 27, 2013). </cite></ref>
[[Pembagian Korea]] setelah [[Perang Dunia II|Perang Dunia Kedua]] menyebabkan banyaknya perpindahan lintas batas, termasuk penulis yang pindah dari Utara ke Selatan atau dari Selatan ke Utara.
Tradisi '''sastra Korea Utara''' dibentuk dan diatur oleh Negara.<ref name="dennis"><cite class="citation web">Matthew Dennis, ed. </cite></ref><ref name="sung"><cite class="citation book">Jang Jin-sung (2014). </cite></ref> "Pedoman untuk Kesusastraan ''[[Juche]]''",yang diterbitkan oleh [[Aliansi Penulis Choson]] ([[Hangeul|Chosŏn hangul]]<span>:</span> <span lang="ko-Hang">조선 작가 동맹</span>
Baris 29:
=== Abad ke-21 ===
Pada tahun 2006, sebuah organisasi internasional menerjemahkan karya dari beberapa penulis berbagai negara termasuk empat penulis Korea Utara ke dalam [[bahasa Inggris]], dalam antologi yang berjudul ''[[Sastra dari "Poros Setan"]]''. Cerita pendek [[Kang Kwi-mi]] "Sebuah Cerita dari Musik", yang diterbitkan oleh ''Choson Munhak'' di Februari 2003, menceritakan kisah seorang pemuda Korea [[Orang Korea di Jepang|Zainichi]] berbakat memainkan [[trompet]], pindah ke [[Korea Utara]], dan melepaskan karier bermusik untuk bekerja sebagai ahli pahat. Gairahnya pada "musik" di dalam batu ini disebabkan oleh kehebatan Kim Jong-il yang tergambar melalui monumen batu. Cerita pendek [[Lim Hwa-won]] "Foto Kelima" menceritakan perempuan Korea Utara yang melakukan kunjungan ke [[Rusia]] [[Sejarah Rusia pasca-Soviet|pasca-Soviet]] di awal 1990-an, dan menemukan Rusia berada dalam keadaan gejolak untuk bisa kembali menjadi [[negara sosialis]]. Narator menyalahkan pengaruh Amerika atas keadaan Rusia, dan menekankan kebutuhan komitmen ideologis yang kuat di Korea Utara. Puisi Byungu Chon "Kesemek yang Jatuh" membangkitkan penderitaan emosional yang disebabkan oleh pembagian Korea, dan berharap adanya [[Reunifikasi Korea|reunifikasi]].
Antologi tersebut juga berisi kutipan novel [[Hong Seok-jung]] ''Hwangjini'', yang menerima [[Penghargaan Manhae]] pada tahun 2004 – yang untuk pertama kalinya penghargaan kesusastraan Korea Selatan diberikan kepada penulis Korea Utara. ''Hwangjini'' adalah sebuah novel sejarah yang berlatar pada [[Dinasti Joseon|abad ke-16]].
|