Perang Aceh (1876-1877): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
 
== Latar belakang ==
[[Berkas:Gezicht op Pantei Perak.jpg||thumbjmpl|rightka|250px|Pantai Perak.]]
Setelah tewasnya Pel dalam [[Perang Aceh (1874-1876)|ekspedisi sebelumnya]], [[Overste]] Engel diangkat sebagai komandan tertinggi dan maju dalam pertempuran di IX Mukim. DiPada hari setelah kedatangannya, mereka maju ke Silang, tempat seluruh angkatan berkumpul dan segera maju ke Kuala Gigieng. Pada tanggal [[20 Maret]], kubu dipersiapkan di sana dan dipersenjatai dengan 2 [[meriam]] dan 2 [[mortir]] berukuran 12 [[sentimeter|cm]]. Mereka tetap di sana dan di Kuta Pohama yang telah diduduki untuk menjaga komunikasi sepanjang garis pantai dan memastikan pasukan telah mengendalikan seluruh laguna tersebut, dan masyarakat setempat menyerahkan diri pada Belanda. Rencana operasi Jend. Pel sekarang dilaksanakan sepenuhnya. Pada tanggal [[10 Maret]], [[Mayor Jenderal|MayJend.]] GBT. Wiggers van Kerchem, pengganti Jend. Pel, menjadi komandan militer dan sipil. Ketika pemerintahan ditegakkan, ia mengetahui bahwa beberapa bagian [[Kabupaten Aceh Besar|Aceh Besar]] sudah ditaklukkan dan diduduki. Namun, sebagian besar pos lainnya harus melindungi daerah yang ditaklukkannya dan komunikasi antarpos tersebut diharapkan tetap terjalin, juga keamanan di wilayah-wilayah yang telah ditaklukkan. Hanya di daerah sekitaran Kutaraja (kini [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]) jalanan yang dapat dipergunakan dibangun. Namun lainnya harus dibatasi hingga pembersihan penting dan memungkinkan perataan tanah. Operasi tidak dilakukan untuk sementara waktu dan harus berkutat pada perbaikan tempat kedudukan terkini. Batas antara XXV Mukim dan XXII Mukim diputuskan melalui surat berantai, dan penduduk dilarang membawa senjata.{{butuh rujukan}}
 
== Aceh di bawah Jenderal Wiggers van Kerchem ==
Dengan naiknya Jend. Wiggers van Kerchem, keadaan cukup tenang, namuntetapi keamanan tidak benar-benar terwujud. Di saat yang sama, pejuang Aceh mengadakan [[perang]] [[gerilya]] dan di Aceh Besar belum mengalami atau sedang memikirkan untuk merapat ke musuh.{{butuh rujukan}}
[[Berkas:Habib Abdoe 'r Rachman.jpg||thumbjmpl|rightka|200px|[[Habib Abdurrahman azh-Zhahir]]]]
Konvoi dan patroli terus-menerus terkena serangan tak terduga, orang-orang yang berani berada di luar gerbang akan menghadapi bahaya perampokan atau pembunuhan. Jenazah orang-orang yang demikian itu akan dipertontonkan dengan disabet-sabet [[kelewang]] atau dimutilasi secara mengerikan. Prajurit yang tertangkap musuh banyak yang disiksa habis-habisan sehingga mereka banyak yang memilih [[bunuh diri]] daripada tertangkap musuh. Sejumlah dinas diluncurkan dan banyak yang terserang penyakit serius, biasanya [[kolera]], dan korban banyak berjatuhan. Pada tanggal [[21 Maret]], angkutan barang di bawah pimpinan [[Letnan Satu|LetTu.]] W. van Heeckeren van Molecaten diserang dekat Atu; perwira tersebut terluka dan 5 orang lainnya terbunuh; karena pejuang Aceh sudah merangsek ke tepi tenggara dari garis memanjang, Wiggers van Kerchem mengetahui apa yang diperlukan, bahwa di sana seorang perwira medan harus ditempatkan dan harus bisa memimpin serangan ke kubu tersebut; [[Kolonel|Kol.]] [[Karel van der Heijden]] (sejak tanggal [[1 April]] menjadi komandan di Garis Tenggara) dibebani tugas itu. Pada malam [[2 Mei]], Lampagar jatuh; di sisi utara, musuh merangsek ke pos yang belum diperlengkapi dengan baik serta menyerang orang-orang di sana. [[Kapiten]] J.W.C.C. Hoynck van Papendrecht, [[Letnan|Let.]] N. van de Roemer dan 5 prajurit pribumi terbunuh; 16 pria dan 5 wanita terluka parah. Apakah para tetua dan penduduk IV Mukim dan VI Mukim tidak percaya sekarang, keadaan di IX Mukim juga masih berbahaya dan diambil keputusan atas daerah ini dengan barisan berkekuatan memadai untuk ikut campur dan membasmi musuh. Oleh karena itu, 3 barisan disiapkan, di bawah pimpinan [[Mayor|May.]] Diepenheim, Overste Engel dan Kol. Van der Heijden. Operasi harus dipimpin oleh Jend. Wiggers van Kerchem sendiri, yang ikut dalam barisan pertama. Aksi tersebut mengharuskan dibangunnya kubu baru di Bilul Selatan, yang pernah diserang pejuang Aceh.{{butuh rujukan}}
 
== Operasi militer selanjutnya ==
Sekitar waktu itu, [[Habib Abdurrahman azh-Zhahir]], yang bantuan pertamanya telah dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda, menjadi pimpinan perlawanan di Aceh Besar. Pedir tetap dianggap sebagai negeri yang paling terkemuka dan berpengaruh di Aceh dan Taklukannya; kemudian pemerintah Hindia- Belanda memutuskan untuk menempatkan [[asisten residen]] L. de Scheemaker di sana dan untuk melindungi dibangunlah kubu, di mana sebuah titik dekat pantai yang berdekatan dengan [[Krueng Pidie]] dipilih. Sikap penduduk Pedir amat bermusuhan sehingga May. [[H.K.F. van Teijn]] dikirim ke Pedir bersama dengan 1 [[kompi]] dari Batalyon VIII. Pada bulan [[Juli]] 1876, gagasan gerakan militer itu terlaksana dengan serbuan terhadap pejuang musuh di IV Mukim dan VI Mukim dan untuk melindungi tujuan tersebut, sebuah pos di [[Krueng Raba]] didirikan. 2 barisan beranggotakan 300 serdadu di bawah pimpinan May. Diepenheim dan Lubeck dikerahkan untuk tujuan ini; perintah tersebut dilaksanakan dan bangunan pos tidak dirusak. Namun, di bulan itu juga, sejumlah patroli diserang pada tanggal [[14 Juli|14]] dan [[28 Juli]].{{butuh rujukan}}
[[Berkas:Brug over de Atjeh-rivier.jpg||thumbjmpl|rightka|250px|[[Jembatan]] di [[Krueng Aceh]], Kutaraja (kini [[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]).]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ruïnes van een overdekte put in een fort nabij Lam Njong Atjeh TMnr 10005275.jpg|thumbjmpl|300px|Reruntuhan benteng dekat Lamnyong dipada masa [[Hindia Belanda]]]]
Pada tanggal [[1 September]], 3 barisan di bawah May. Ruempol, Burgers dan Jeltes bertolak dari Kutaraja menuju [[Ulee Kareung, Indrapuri, Aceh Besar|Ulee Kareung]]; Overste Van Bennekom menjadi pimpinan umum, sementara Jend. Wiggers van Kerchem akan memimpin operasi selanjutnya bersama kepala staf. Meskipun terjadi perlawanan sengit dari musuh, tetap pasukan mencapai Tonga dan Lamnyong. Pada hari itu, 7 orang dan 3 perwira tewas sementara 42 orang lainnya terluka. Pada tanggal [[26 September]], musuh dikalahkan di mana-mana, 22 pucuk senjata dirampas dan sebuah pos dibangun di [[Kajhu, Baitussalam, Aceh Besar|Kajhu]], di mana Overste Ruempol dengan anak buahnya dapat kembali ke Kutaraja. Karena pandangan politiknya atas pemerintah Hindia- Belanda yang tak terpecah, Wiggers van Kerchem dibebastugaskan dari kedudukannya secara terhormat, digantikan oleh May. AJE. Diemont dan Diemont mengemban tugas menaklukkan [[Tanjung Seumantoh, Karang Baru, Aceh Tamiang|Tanjung Seumantoh]] (pasukan yang dipimpin [[Hendrik Eduard Schoggers]] menunggu di sini) dan [[Simpang Ulim, Aceh Timur|Simpang Ulim]] di pantai timur Sumatera, yang masih menunjukkan sikap permusuhan. Di akhir tahun 1876, kedudukan Belanda di [[Aceh]] lebih aman.{{butuh rujukan}}
 
== Operasi militer di bawah pimpinan MayJend. Diemont ==
Pada tanggal [[25 Januari]] 1877, pasukan kembali dikerahkan ke daerah pantai Kuala Gigieng hingga Kuala Lue untuk merebutnya kembali (bagian terakhir rencana Jend. Pel yang belum terlaksana); [[Lamnga, Mesjid Raya, Aceh Besar|Lamnga]] diduduki tanpa perlawanan dan kini musuh mencegat sepanjang pantai dari Pedir ke Kuala Lue dan berjalan lebih lanjut ke XXII Mukim; kini rencana itu dilaksanakan sepenuhnya untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya. Untuk itu, [[Daftar Penguasa Hindia- Belanda|GubJend.]] [[Johan Wilhelm van Lansberge]] mengadakan kunjungan ke Aceh; sejumlah penguasa dan tetua tiba di Kutaraja untuk memberikan penghormatan pada gubernur dan dalam pidatonya mereka mendorong kerja sama untuk menciptakan keamanan dalam pemerintahan Belanda dan menjanjikan renovasi Masjid Raya. Akta pengakuan diberikan terhadap pimpinan di negeri-negeri pesisir yang belum ditaklukkan, yakni Simpang Ulim dan Kluang; Rigaih, [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], Teluk Kruet dan Sabee. Setelah itu, didirikanlah pemerintahan pribumi di XXV Mukim. Di awal tahun 1877, kekuatan pasukan penakluk berjumlah 351 perwira dan 9235 lainnya dan kekuatan perang tersebut tidak dapat berkurang karena negeri pesisir, seperti [[Samalanga, Bireuen|Samalanga]], kekuatan persenjataan Belanda tersebut masih dirasakan. Walaupun demikian, diputuskan pula pembangunan rumah sakit militer yang besar di Pante Perak, tempat 2.000 [[pasien]] dirawat. Di samping itu, pada bulan [[April]], Analabu diduduki dan tindakan militer diarahkan ke [[Lhoong, Aceh Besar|Lhoong]], Baba Awe dan No di pantai selatan, yang akhirnya bisa ditaklukkan. Karena MayJend. Diemont sakit, kepemimpinan harus dialihkan kepada Kol. Van der Heijden pada tanggal [[30 Juni]], yang untuk mempersiapkan peraturan yang lebih rinci, diangkat sebagai gubernur sipil dan militer sementara di Aceh.{{butuh rujukan}}
 
== Rujukan ==
Baris 25:
* [[George Frederik Willem Borel|Borel GFW]]. [[1878]]. ''Onze vestiging in Atjeh: Critisch beschreven''. Den Haag: Thieme.
* Borel GFW. [[1880]]. ''Drogredenen zijn geen waarheid: Naar aanleiding van het werk van den Luitenant Generaal Van Swieten over onze vestiging in Atjeh''. Den Haag: Henri J. Stemberg.
 
{{Perang Aceh}}
 
[[Kategori:Perang Aceh]]
[[Kategori:Sejarah Aceh]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Belanda|Aceh (1876-1877)]]
 
[[nl:Atjeh-oorlog (periode 1876-1877)]]