Śri Maharaja Sri Suradhipa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
membuat artikel baru
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20230709)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Śri Maharaja Sri Suradhipa''' adalah seorang raja dari [[Kerajaan Bali]] yang berkuasa antara [[Kalender Saka|tahun saka]] 1037-1041 (1115-1119 Masehi). denganIa mengeluarkan prasasti-prasasti Gobleg, Pura Desa III (1037 Saka), Angsari B (1041 Saka), Ababi, Tengkulak D dan Prasasti Tamblingan, dan Prasasti Pura Endek III.24. Sebagian di antara prasasti-prasasti itu sudah aus dan tidak terbaca lagi.
 
Tidak banyak catatan tentang raja ini. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
* Berdasarkan permohonan wakil-wakil ''pamong dharma'' (sejenis pengurus bangunan suci) di Air Tabar dapat diketahui bahwa raja memberikan izin kepada mereka memperbaharui (umanari) prasastinya. Izin itu diberikan karena prasasti semula yang tertulis pada daun rontal (''ripta'') telah rusak dan tidak terbaca lagi (''awuk munggwing ripta tan wnang winaca''). Selanjutnya, raja menekankan supaya isi prasasti itu dipatuhi oleh segenap penduduk sebagaimana mestinya. Semua hal itu disebutkan dalam prasasti Gobleg, Pura Desa III.
* Pada tahun 1041 Saka, sesuai dengan isi pokok prasasti Angsari B, raja Suradhipa memberikan prasasti kepada para ''dharma'' di daerah Sukhamerta yang termasuk wilayah desa Latengan. Segala ketetapan yang tercantum di dalamnya supaya ditaati oleh penyelenggara pertapaan di kompleks dharma di Sukhamerta. Pertapaan ini dibangun pada masa pemerintahan Raja [[Tabanendra Warmadewa]].
 
Setelah berakhirnya masa pemerintahan raja Suradhipa, dimulailah masa pemerintahan Wangsa Jaya karena secara beruntun memerintah di Bali empat orang raja yang menggunakan unsur jaya dalam gelarnya, yaitu:
* Pada tahun 1041 Saka, sesuai dengan isi pokok prasasti Angsari B, raja Suradhipa memberikan prasasti kepada dharma di daerah Sukhamerta yang termasuk wilayah desa Latengan. Segala ketetapan yang tercantum di dalamnya supaya ditaati oleh penyelenggara pertapaan di kompleks dharma di Sukhamerta. Pertapaan ini dibangun pada masa pemerintahan Raja [[Tabanendra Warmadewa]].
# Paduka Sri[[Śri Jayaśakti|Śri Maharaja SriŚri JayasaktiJayaśakti]] tahun 1055-1072 Saka (1133-1150 M)
# Paduka Sri[[Ragajaya|Śri Maharaja Sri Ragajaya]] tahun 1077 Saka (1155 M)
# Paduka Sri[[Jayapangus|Śri Maharaja Haji Jayapangus]] tahun 1099-1103 Saka (1178-1181 M)
# Paduka Sri[[Ekajayalancana|Śri Maharaja Haji Ekajayalancana]] beserta ibunya yaitu [[Sri Arjaryya Dengjayaketana|Paduka Sri Maharaja Sri Arjaryya Dengjayaketana]] yang mengeluarkan prasastinya pada tahun 1122 Saka (1200 M) digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa kemudian digantikan Jayasakti.<ref>{{Cite web|url=http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2011/05/sri-suradhipa.html|title=ŚRI SURADHIPA|last=Dawan|first=Lanang|date=Sabtu, 14 Mei 2011|website=PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT|access-date=2019-12-18}}</ref>
 
== Referensi ==
Setelah berakhirnya masa pemerintahan raja Suradhipa, secara beruntun memerintah di Bali empat orang raja yang menggunakan unsur jaya dalam gelarnya, yaitu:
# Paduka Sri Maharaja Sri Jayasakti tahun 1055-1072 Saka (1133-1150 M)
# Paduka Sri Maharaja Sri Ragajaya tahun 1077 Saka (1155 M)
# Paduka Sri Maharaja Haji Jayapangus tahun 1099-1103 Saka (1178-1181 M)
# Paduka Sri Maharaja Haji Ekajayalancana beserta ibunya yaitu Paduka Sri Maharaja Sri Arjaryya Dengjayaketana yang mengeluarkan prasastinya pada tahun 1122 Saka (1200) digantikan Sri Suradhipa yang memerintah dari tahun1037 Saka hingga 1041 Saka. Raja Suradhipa kemudian digantikan Jayasakti.<ref>{{Cite web|url=http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2011/05/sri-suradhipa.html|title=ŚRI SURADHIPA|last=Dawan|first=Lanang|date=Sabtu, 14 Mei 2011|website=PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT|access-date=2019-12-18}}</ref>
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
=== Lihat pula= ==
* [[Sejarah Bali]]
* [[Daftar Raja Bali]]
* [[Hinduisme di Indonesia]]
 
=== Bacaan lebih lanjut ===
{{refbegin}}
* {{cite book|author=C.C. Berg |title=De middeljavaansche historische traditie |location=Santpoort |year=1927}}
* {{cite book|author=A.J. Bernet Kempers |title=Monumental Bali; Introduction to Balinese Archaeology & Guide to the Monuments |url=https://archive.org/details/monumentalbaliin0000bern |location=Berkeley & Singapore |year=1991 |ISBN=0-945971-16-8}}
* {{cite journal|first=Helen |last=Creese |title=Balinese babad as historical sources; A reinterpretation of the fall of Gelgel|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=147 |year=1991}}
* {{cite journal|first=Henk Schulte |last=Nordholt |title=Macht, mensen en middelen; Patronen en dynamiek in de Balische politiek ca. 1700-1840 |journal=Doctoraalscriptie |location=Amsterdam |year=1980}}
* {{cite book|first=Henk Schulte |last=Nordholt |title=The Spell of Power; A History of Balinese Politics |url=https://archive.org/details/spellofpowerhist0000schu |location=Leiden |year=1996 |ISBN=90-6718-090-4}}
* {{cite book|first=Margaret J. |last=Wiener |title=Visible and Invisible Realms; Power, Magic, and Colonial Conquest in Bali |location=Chicago & London |year=1995 |ISBN=0-226-88580-1}}
{{refend}}
Baris 33 ⟶ 32:
{{s-bef|before=[[Śri Maharaja Sakalendukirana Laksmidhara Wijayottunggadewi]]}}
{{s-ttl|title =[[Daftar Raja Bali|Penguasa Bali]]|years=1115-1119 M}}
{{s-aft|after =[[Śri JayasaktiJayaśakti]]}}
{{s-end}}