Candi Penataran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
(39 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Historic building
| image = RA 34200116.JPG
| caption = Kompleks Candi Penataran: Candi Candra Sengkala, dengan Candi Naga dan Candi Utama di belakangnya.
| name = Candi Panataran<br/>{{smaller|ꦕꦢꦶꦥꦤꦠꦫꦤ꧀}}
| map_type = Indonesia
| map_size = 258
| latitude = -8.015833
| longitude = 112.209167
| location_town = Desa [[Penataran, Kecamatan Nglegok, [[Kabupaten Blitar]], [[Jawa Timur]].
| location_country = {{flag|Indonesia}}
| architect =
| client =
| engineer =
| construction_start_date = Sekitar1194 1200Masehi (pada masa pemerintahan [[MasehiKertajaya]])<ref>[https://idsejarah.net/2016/07/candi-penataran-blitar.html]</ref>
| completion_date = Terus ditambah dan digunakan hingga 1415 [[Masehi]]. Di era modern dilakukan pemagaran dan penambahan bangunan pendukung
| date_demolished =
| cost =
| structural_system = Candi dan teras berundak dari susunan blok [[batu andesit]] yang saling mengunci
| style = [[Candi]]
| size =
| embedded = {{Infobox cagar budaya|child=yes
| Name = Percandian Panataran
| Image =
|caption =
| Location = [[Penataran, Nglegok, Blitar]], [[Jawa Timur]]
| Type = Nasional
| Criteria = Situs
| ID = CB.97
| ownership = {{INA}}
| management = Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto
| Year = {{bulleted list|21 Juli 1998 | 18 Desember 2015}}
| Session = {{bulleted list|SK Menteri No.177/M/1998|SK Menteri No.243/M/2015}}
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016011200009/percandian-panataran
| map_location = Kabupaten Blitar
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kabupaten Blitar]]
| coordinates = {{coord|-8.0164178|112.2075614}}
}}
}}
 
Baris 25 ⟶ 42:
Dalam kitab Desawarnana atau [[Nagarakretagama]] yang ditulis pada tahun 1365, Candi ini disebut sebagai bangunan suci "Palah" yang dikunjungi Raja [[Hayam Wuruk]] dalam perjalanan kerajaan bertamasya keliling Jawa Timur.<ref>{{cite web |url=http://www.eastjava.com/books/majapahit/html/penataran.html |title=Penataran Temple - One of Majapahit Inheritance in Blitar |author= |date= |work= |publisher=East Java.com |accessdate=6 May 2012}}</ref>
 
PadaCandi tahunPenataran 1995telah candidiusulkan inidalam diajukan sebagai calondaftar [[Situs Warisan Dunia]] [[UNESCO]] dalamsejak daftar19 tentatifnyaOktober 1995.<ref>{{cite web |url=[http://whc.unesco.org/en/tentativelists/294/ |title=PenataranSitus Hinduweb Temple Complex |author= |date= |work= |publisher=UNESCO|accessdate=6 May 2012}}]</ref>
 
== Kompleks candi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Stenen tempelwachter bij de Candi Panataran TMnr 20027142.jpg|jmpl|ka|Arca dwarapāla penjaga pintu gerbang. Angka tahun 1232 Śaka (1310 Masehi) tertulis pada lapik.]]
Kompleks candi ini adalah gugusan beberapa bangunan yang membujur dalam poros barat laut-tenggara. Di belakang candi utama di sisi timur terdapat sungai yang berhulu di gunung Kelud. Kompleks candi ini disusun dalam pola linear, beberapa candi perwara dan balai pendopo terletak di depan candi utama. Tata letak ini berbeda dengan candi pada langgam [[Jawa Tengah]], misalnya [[Candi Sewu]], yang disusun dalam pola [[mandala]] konsentrik dengan candi utama terletak di tengah halaman candi dikelilingi barisan candi perwara. Pola susunan linear dengan pola agak tidak beraturan pada Candi Penataran ini merupakan ciri khas langgam [[Jawa Timur]] yang berkembang pada zaman [[Kediri]] hingga [[Majapahit]], lalu dilanjutkan pada pola tata letak [[Pura]] [[Bali]].
 
Kompleks bangunan Candi Penataran menempati areal tanah seluas 12.946 meter persegi berjajar membujur dari barat laut ke timur dan tenggara. Seluruh halaman komplek percandian, kecuali yang bagian tenggara, dibagi menjadi tiga bagian, yang dipisahkan oleh dua dinding. Untuk lebih mudahnya dalam memahami kompleks Candi Penataran, bagian-bagian dari Candi Penataran disebut halaman depan, halaman tengah, dan halaman belakang. Susunan dari komplek Candi Penataran yang sangat unik dan tidak tersusun simetris. Hal ini mengambarkanmenunjukkan bahwa pembuatan candi tidak dalam satu periode. Berikut adalah bagian-bagian dari Candi Penataran:
 
=== Halaman depan ===
Masuk kedalamke dalam halaman depan, pintu gerbang terletak di sisi barat laut kompleks candi, diapit oleh dua [[arca]] [[Dwarapala]], penjaga pintu degandengan angka tahun 12421232 [[Saka]] atau 13201310 [[Masehi]] terpahat pada arca. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai ''Reco Pentung''. Berdasarkan pahatan angka tahun yang ada pada kedua lapik arca tersebut, para sejarahwan menyimpulkan bahwa bangunan Candi Palah baru diresmikan menjadi Candi Negara pada masa pemerintahannya Raja [[Jayanegara]] dari [[Majapahit]]. Sebelah timur kedua arca tersebut terdapat sisa-sisa pintu gerbang yang terbuat dari batu bata merah.
 
==== Bale Agung ====
Melalui bekas pintu gerbang, sampailahpengunjung padamemasuki bagian terdepan dari Candi Penataran, Bale Agung. Lokasi bangunan tersebut terletak di bagian barat laut halaman depan, posisinya sedikit menjorok ke depan. Bangunan seluruhnya terbuat dari batu, didingnya masih polos dan memiliki empat buah tangga, dua buah terletak di sisi tenggara, sehingga bangunan ini terkesan menghadap tenggara. Sedangkan dua buah yang lain terletak di sisi timur laut dan barat daya terkesan sebagai tangga ke pintu samping. Pada diding utara dan selatan terdapat dua buah tangga masuk yang membagi dinding sisi timur menjadi tiga bagian.
 
Sekeliling tubuh bangunan Bale Agung dililit oleh ukiran ular naga. Kepala ular naga tersembul di bagian kanan dan kiri bangunan. Masing-masing tangga naik terdapat arca penjaga yang berupa arca mahakala. Bangunan Bale Agung berukuran panjang 37 meter, lebar 18,84 meter dan tinggi 1,44 meter. Di atas ada pelataran yang di masing-masing sudutnya ada umpak-umpak batu yang diperkirakan sebagai penumpu tiang-tiang kayu yang digunakan untuk atap bangunan. Fungsi bangunan Bale Agung menurut N.J. Krom seperti juga di [[Bali]] dipergunakan untuk tempat musyawarah para pendeta atau pendanda. Dipastikan bale atau [[pendopo]] ini pernah dinaungi struktur tiang dan atap dari bahan organik kayu dan mungkin beratap ijuk atau sirap yang kini telah lapuk dan musnah.
 
==== Pendopo Teras ====
Lokasi bangunan terletak di sebelah tenggara bangunan Bale Agung. Pendopo Teras seluruhnya terdiri dari batu, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 29,05 meter x 9,22 meter x 1,5 meter. Diperkirakan Pendopo Teras digunakan sebagai tempat untuk meletakkan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan bangsawan lainnya. Pada sisi barat terdapat dua buah tangga naik yang berupa undak-undakan, tangga ini tidak berlanjut di dinding bagian timur. Pada masing-masing sudut tangga masuk di sebelah kiri dan kanan pipi tangga terdapat arca raksasa kecil bersayap dengan lutut kaki ditekuk pada satu kakinya dan salah satu tangannya memegang gada. Pipi tangga bagian yang berbentuk ukel besar berhias tumpal yang indah.
 
Bangunan Pendopo Teras berangka tahun 1297 Saka atau 1375 Masehi. Letak pahatan tahun ini agak sulit mencarinya karena berbaur dengan hiasan yang berupa sulur daun-daunan, lokasinya berada di pelipit bagian atas dinding sisi timur. Seperti pada Bale Agung, Pendopo Teras juga dililit teras ular yang ekornya saling berbelitan, kepalanya tersembul ke atas di antara pilar-pilar bangunan. Kepala ular sedikit mendongak ke atas, memakai kalung dan berjambul. Pada dinding Pendopo Teras terdapat relief-relief yang menceritakan berbagai kisah tentangyang belum semua terinterpretasi dengan pasti, di antaranya adalah cerita [[Bubuksah dan Gagangaking|Bubhuksah dan Gagang Aking]] yang di (dalam cerita rakyat juga dikenal dengansebagai kisah Bela-belu dan Dami akingAking), [[Sang SetyawanSatyawan]], dan [[Sri Tanjung]].
 
==== Candi Candra Sengkala ====
[[Berkas:RA 3420014.JPG|jmpl|Candi Candra Sengakala di kompleks Penataran]]
 
Candi Candra Sengkala berangka tahun 1291 [[Saka]] atau 1369 [[Masehi]]. Masyarakat [[Jawa Timur]] lebih mengenalnya dengan nama [[Candi]] [[Brawijaya]] yang merupakan bangunan yang paling dikenal dalam kompleks Candi Penataran dan juga digunakan sebagai lambang kodam[[Kodam V [[Brawijaya]]. Terkadang ada juga yang menyebutnya Candi [[Ganesha]] karena di dalam bilik candinya terdapat sebuahsesosok arca [[Ganesha]]. Lokasi candi berada di sebelah tenggara bangunan pendopo teras dalam jarak sekitar 20 meter. Pintu masuk candi terletak di bagian barat, pipi tangganya berakhir pada bentuk ukel besar dengan hiasan tumpal yang berupa bunga-bungaan dalam susunan segitiga sama kaki. Bagian dalam relung candi terdapat sebuah arca [[Ganesha]] dari batu dalam posisi duduk di atas padmasana. Pada bagian atas bilik candi pada batu penutup cungkup terdapat relief [[Surya Majapahit]] yakni lingkaran yang dikelilingi oleh jurai pancaran sinar yang berupa garis-garis lurus dalam susunan beberapa segitiga sama kaki. Relief [[Surya Majapahit]] juga ditemukan di beberapa candi yang lain di [[Jawa Timur]] ini dalam variasi yang sedikit berbeda sebagai lambang kerajaan.
 
Candi Candra Sengkala seperti umumnya bangunan-bangunan candi lain, terdiri dari bagian-bagian yang disebut kaki candi yaitu bagian candi yang bawah, kemudian tubuh candi, terdapat bilik atau kamar candi ([[garbhagriha|garbagriya]]) dan kemudian mastaka atau kemuncak bangunan yang berbentuk kubus. Pada bagian mahkota terdapat hiasan yang raya dan pada masing-masing dinding tubuh candi terdapat relung-relung atau ceruk yang berupa pintu semu yang di bagian atasnya terdapat kepala raksasa [[kala]] yang rupanya menakutkan. Kepala makhluk seperti ini disebut kepala kala yang di [[Jawa Timur]] sering disebut Banaspati yang berarti raja hutan. Penempatan kepala kala di atas relung candi dimaksudkan untuk menakut-nakuti roh jahat agar tidak berani masuk komplek percandian. Sementara itu pada sekeliling bangunan ini terdapat sisa-sisa tembok bata yang tinggal bagian dasarnya dengan pintu masuk di sisi barat laut. Bangunan-bangunan di halaman pertama ini seluruhnya terbuat dari batu andesit. Kecuali dua buah fondasi dari bata berdenah persegi panjang, terletak di sebelah timur laut candi Candra Sengkala ini. Di sebelah kiri candi Candra Sengkala terdapat arca wanita yang ditafsirkan sebagai arca perwujudan [[Gayatri|Gayatri Rajapatni]].
Baris 55 ⟶ 72:
=== Halaman tengah ===
Memasuki halaman kedua dari Candi Penataran, terdapat dua buah arca Dwarapala dalam ukuran yang lebih kecil dibanding Dwarapala pintu masuk candi. Seperti pada arca Dwarapala di pintu masuk, Dwarapala ini pun pada lapik arcanya juga terpahat angka tahun, tertulis tahun 1214 Saka atau 1319 Masehi, setahun lebih tua dibanding Dwarapala di pintu masuk, juga berasal dari zaman Raja Jayanegara. Halaman tengah atau halaman kedua ini terbagi menjadi dua bagian oleh tembok bata yang membujur arah percandian di tengah halaman. Tembok tersebut sekarang hanya tinggal pondasinya saja yang masih terlihat. Pada bagian timur laut ada enam buah sisa bangunan dari batu maupun dari bata. Tiga buah tinggal sisanya berupa fondasi dari bata, dua buah berupa batur dan sebuah lagi berupa candi tanpa penutup di atasnya. Batur pertama terbuat dari batu bercampur bata dengan ukuran lebih besar dibanding batur satunya yang khusus terbuat dari batu.
 
==== Candi Naga ====
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De Candi Naga op het Panataran tempelcomplex TMnr 10016208.jpg|jmpl|Candi Naga]]
[[Berkas:Panataran dvarapala.jpg|jmpl|ka|Relief gambar ''dwarapāla'' (penjaga pintu).]]
 
Pada bagian dalam halaman tengah ini terdapat Candi Naga yang hanya tersisa bagian kaki dan badan dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Nama Candi Naga digunakan untuk menamakan bangunan ini karena sekeliling tubuh candi dililit naga dan disangga tokoh-tokoh berbusana raya seperti raja sebanyak sembilan buah, masing-masing berada di sudut-sudut bangunan, bagian tengah ketiga dinding dan di sebekah kiri dan kanan pintu masuk. Para Batara ini menggambarkan sosok makhluk kahyangan, yaitu para dewa dilihat berdasarkan dari ciri busana raya dan perhiasan mewah yang dikenakannya. Salah satu tangannya memegang genta (lonceng upacara) dan tangan yang lainnya menopang tubuh naga yang melingkar di bagian atas bangunan dalam keadaan berdiri dan menjadi pilaster bangunan. Masing-masing dinding tubuh candi dihiasi dengan relief-relief buatan yang disebut dengan motif medalion. Pintu masuk candi terletak di barat laut dengan pipi tangga berhiaskan tumpal dengan ukuran lebar 4,83 meter, panjang 6,57 meter dan tinggi 4,70 meter. Di depan telah disampaikan bahwa gambar naga di sangga 9 orang ini mengisyaratkan sebuah [[candrasengkala]] ”Naga muluk sinangga jalma” yang berarti angka tahun 1208 Saka atau 1286 M dimasa pemerintahan [[Kertanegara]].
Baris 90 ⟶ 103:
Pada masa pemerintahan [[Jayanegara]], raja kedua [[Majapahit]], candi Penataran mulai mendapat perhatian kembali, kemudian dilanjutkan pada masa Tribuanatunggadewi dan [[Hayam Wuruk]]. Pemujaan terhadap Dewa Palah semakin kental diwarnai pemujaan kepada Dewa Gunung atau Syiwa. Candi Penataran diresmikan sebagai candi negara dengan status dharma lepas. Sesuai angka tahun yang dipahatkan didinding kolam yaitu tahun 1337 Saka atau tahun 1415 M merupakan angka tahun termuda di antara angka-angka tahun yang terdapat di kompleks candi Penataran tersebut. Waktu itu Majapahit di dalam masa pemerintahan [[Wikramawardhana]].
 
Kronik berbahasa Sunda yang berasal dari abad XV mengenai kisah perjalanan [[Bujangga Manik]], seorang bangsawan [[Kerajaan Sunda]], menyebutkan bahwa "Rabut Palah" masih merupakan tempat belajar agama dan tujuan ziarah yang ramai. Dalam naskah itu sang tokoh mengaku tinggal di sana selama setahun dan kemudian terpaksa pergi karena para peziarah "lebih mementingkan hal duniawi".<ref>J. Noorduyn & A. Teeuw. 2006. Three Old Sundanese Poems. Leiden: KITLV.</ref>.
 
Candi Penataran pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh catatan Inggris pada tahun 1815, tetapi sampai tahun 1850 belum banyak dikenal. Penemunya adalah [[Sir Thomas Stamford Raffles]] (1781-1826), gubernur jenderal pemerintah kolonial Inggris yang pernah berkuasa di Nusantara. Seiring berjalannya waktu, kompleks candi Penataran yang sempat terabaikan smulai mendapatkan perhatian dari pemerintah dan kemudian dipugar.
 
Kini candi ini menjadi tujuan wisata yang menarik.
 
== Relief candi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bas-reliëfs op de Candi Induk Panataran tempelcomplex TMnr 60037357.jpg|jmpl|200px|Relief rendah pada bangunan induk Komplek Percandian Penataran. Perhatikan penggambaran figur manusia yang mirip wayang.]]Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam [[ikonografi]] reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti [[Candi Prambanan]]. Wujud relief manusia digambarkan mirip [[wayang kulit]], seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di [[Candi Sukuh]], suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam [[sejarah Nusantara]].
 
=== Gaya relief ===
Selain sebagai komplek percandian terluas, Candi Penataran juga memiliki kekhasan dalam [[ikonografi]] reliefnya. Gaya reliefnya menunjukkan bentuk yang jelas berbeda dari candi-candi Jawa Tengah dari sebelum abad ke-11 seperti [[Candi Prambanan]]. Wujud relief manusia digambarkan mirip [[wayang kulit]], seperti yang bisa dijumpai pada gaya pengukiran yang ditemukan di [[Candi Sukuh]], suatu candi dari masa akhir periode Hindu-Buddha dalam [[sejarah Nusantara]]. Candi ini diusulkan dalam daftar [[Situs Warisan Dunia UNESCO]] sejak 19 Oktober 1995.<ref>[http://whc.unesco.org/en/tentativelists/294/ Situs web UNESCO]</ref>
 
=== Bubhuksah dan Gagang Aking ===
: ''Lihat pula:[[Bubuksah dan Gagangaking#Panil cerita di Candi Penataran|Relief-relief Bubhuksah_dan_Gagangaking di Candi Penataran]]''
Sepanjang dinding Pendopo Teras terukir kisah Bubhuksah dan Gagang Aking, serta kisah [[Sri Tanjung]]. Ceritanya adalah sebaga berikut, Bhuksa digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apapun, ikhlas dan tidak pernah tidur. Sedangkan Gagang aking, kurus kering, suka berpuasa dan juga suka tidur. Suatu saat Dewa Siwa menjelma menjadi macan putih guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking adalah ”saya orang yang kurus, jangan makan saya tetapi makanlah teman saya yang gemuk” sedangkan Bhuksa ”silakan makanlah tubuh saya”. Dalam ujian tersebut Bhuksa lulus dan ia kemudian masuk Surga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.
 
SepanjangSebagian dinding Pendopo Teras sisi timur terukir kisah [[Bubuksah dan Gagangaking|Bubhuksah dan Gagang Aking, serta kisah [[Sri Tanjung]]. Ceritanya adalah sebagasebagai berikut,. BhuksaBubhuksah digambarkan sebagai sesosok makhluk yang berbadan besar, suka memakan apapunapa pun, ikhlas, dan tidak pernah tidur. Sedangkan Gagang akingAking, sebaliknya, kurus kering, suka berpuasa, dan juga suka tidur. Suatu saat Dewa Siwa menjelma menjadi macan putih yang hendak memangsa mereka, guna menguji kedua orang tersebut. Tanggapan dari Gagang Aking adalah ”saya orang yang kurus, jangan makan saya tetapi makanlah teman saya yang gemuk”; sedangkan BhuksaBubhuksah ”silakan makanlah tubuh saya”. Dalam ujian tersebut BhuksaBubhuksah lulus dan ia kemudian diantar sang macan masuk Surgasurga. Hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut yakni manusia harus ikhlas dalam menjalani hidup ini.
 
=== Sri Tanjung ===
: ''Lihat pula:[[Sri Tanjung#Panil cerita di Candi Penataran|Relief-relief Sri Tanjung di Candi Penataran]]''
Kisah berikutnya yang terukir pada relief Pendopo Teras adalah kisah [[Sri Tanjung]], yang dimulai dari sisi barat ke selatan dengan putaran prasanawya.<ref>{{cite web |url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/10/bd2.htm |title=Candi Penataran, Tri Bhuwana Tungga Dewi dan Megawati |author= |date=10 August 2002 |work= |publisher=Bali Post |accessdate=6 May 2012}}</ref> Kisah Sri Tanjung diawali dengan lukisan Raden Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra dan di sana ia menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Sindurejo. Raja Sulakrama tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga mencari daya agar bisa memisahkannya dengan Sidapaksa.
 
Kisah berikutnya yang terukir pada relief Pendopo Teras adalah kisah [[Sri Tanjung]], yang dimulai dari sisi barat ke selatan dengan putaran prasanawya.<ref>{{cite web |url=http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2002/8/10/bd2.htm |title=Candi Penataran, Tri Bhuwana Tungga Dewi dan Megawati |author= |date=10 August 2002 |work= |publisher=Bali Post |accessdate=6 May 2012 }}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Kisah Sri Tanjung diawali dengan lukisan Raden Sidapaksa mengabdi kepada Raja Sulakrama di Negeri Sindurejo. Sidapaksa diutus mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra dan di sana ia menjalin cinta dengan Sri Tanjung. Setelah menjadi istrinya, Sri Tanjung diboyong ke Sindurejo. Raja Sulakrama tergila-gila dengan Sri Tanjung, sehingga mencari daya agar bisa memisahkannya dengan Sidapaksa.
 
Sidapaksa lantas diutus ke Sorga, dengan membawa surat yang isinya ''pembawa surat akan menyerang Sorga''. Atas bantuan Sri Tanjung yang menerima warisan ''selendang'' dari ayahnya Raden Sudamala, dia bisa ke sorga, dan di sana dia dihajar para dewa. Namun akhirnya dengan menyebut leluhurnya Pandawa dia dibebaskan dan diberi berkah. Sepeninggal Sidapaksa, Sri Tanjung dipaksa oleh Sulakrama dan Sri Tanjung menolak. Mendadak datang Sidapaksa dan Sri Tanjung difitnah mengajak raja berzinah. Akhirnya dengan garang Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. Namun Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh para dewa. Sidapaksa pun diharuskan membunuh Raja Sulakrama, dan dalam peperangan dia berhasil.
Baris 116 ⟶ 128:
 
== Referensi ==
{{commonscat|Candi Panataran}}
{{reflist|2}}
 
Baris 121 ⟶ 134:
* {{en}} [http://www.wikimapia.org/#lat=-7.8878732&lon=112.6638588&z=18&l=0&m=s&v=9 Lokasi Candi Penataran di WikiMapia]
* [https://mblitar.net/candi-palah-di-penataran-komplek-candi-hindu-terbesar-di-jawa-timur/ Wisata Candi Penataran]
* [http://www.blitartravel.com/2016/11/candi-penataran-blitar.html Candi Penataran Blitar]
 
{{commonscat|Candi Panataran}}
 
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{Candi Hindu Indonesia}}
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
{{indo-stub}}
 
[[Kategori:Candi Hindu|Penataran]]
[[Kategori:Candi di Jawa Timur|Panataran]]
[[Kategori:Nglegok,Situs Blitarcagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Cagar budaya Indonesia di Jawa Timur]]