Bungkil inti sawit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
20Lukianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RXerself (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(36 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Bungkil inti sawit.jpg|thumbjmpl|Bungkil inti sawit]]
'''Bungkil inti sawit''' (BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan [[inti sawit]] dengan kadar 45-46% dari inti sawit.<ref name=har>{{en}} Hartley, C.W.S. 1970. The Oil Palm. London:Longman Group.Hal. 2-11.</ref> BIS umumnya mengandung [[air]] kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa [[selulosa]], [[lemak]], [[protein]], [[arabinoksilan]], [[glukoronoxilan]], dan [[mineral]].<ref Denganname=har/> komposisiBahan giziini sertadapat produksinyadiperoleh yangdengan relatifproses banyak,kimia BISatau berpotensidengan sebagai bahan [[pakan]],cara baik untuk ternak [[ruminansia]] maupun nonruminansiamekanik.<ref name=trobosdev>{{en}} [Trobos]Devendra C. 20081978. PenggunaanUtilization Bungkilof Intifeedingstuffs Sawitfrom untukthe Pakanoil [terhubung berkala]palm. http://trobosProceedings of the Conference on Feedingstuffs for Livestock in South East Asia.com/show_article.php?rid=11&aid=1270 [20Serdang SepSelanggor: 2009]Hal. </ref>116-131.
Bahan</ref> iniWalaupun dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. WalaupunBIS proteinnya rendah, tetapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi.<ref name=dev/> Namun BIS memiliki [[palatabilitas]] yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak [[monogastrik]] dan lebih sering diberikan kepada [[ruminansia]] terutama [[sapi]] perah.<ref name=dev/> Devendra C. 1978. Utilization of feedingstuffs from the oil palm. Proceedings of the Conference on Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Serdang Selanggor: hlm116-131.
 
== Penggunaan ==
Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun proteinnya rendah tetapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi. Namun BIS memiliki [[palatabilitas]] yang rendah sehingga menyebabkan kurang cocok untuk ternak [[monogastrik]] dan lebih sering diberikan kepada ruminansia terutama [[sapi]] perah.<ref> Devendra C. 1978. Utilization of feedingstuffs from the oil palm. Proceedings of the Conference on Feedingstuffs for Livestock in South East Asia. Serdang Selanggor: hlm116-131.
Dengan komposisi gizi serta produksinya yang relatif banyak, BIS berpotensi sebagai bahan [[pakan]], baik untuk ternak [[ruminansia]] maupun nonruminansia.<ref name=trobos>[Trobos]. 2008. Penggunaan Bungkil Inti Sawit untuk Pakan [terhubung berkala]. http://trobos.com/show_article.php?rid=11&aid=1270{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} [20 Sep 2009].</ref> Meskipun BIS dapat digunakan sebagai pakan ternak, ternyata terdapat masalah yang ditemukan pada BIS, yakni kualitas yang BIS bervariasi tergantung pada kandungan minyak BIS dan kontaminasi tempurung [[kelapa sawit]], serta kandungan asam aminonya tidak seimbang.<ref name="balitnak">[Balitnak] Balai Penelitian Ternak. 2008. Bungkil inti sawit [[potensial]] untuk pakan ternak [terhubung berkala]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr301089.pdf{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} [31 Ags 2009].</ref> Selain itu, nilai kecernaan BIS juga cukup rendah, baik kecernaan bahan kering maupun protein dan asam amino.<ref name=balitnak/> Oleh karena itu, ketika menggunakan BIS dalam jumlah tinggi maka penyusunan pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga berbasis nutrisi tercerna.<ref name=trobos/><ref name=balitnak/>
</ref>
 
=== Meningkatkan kualitas ===
Meskipun BIS dapat digunakan sebagai pakan [[ternak]], namun terdapat masalah lain yang ditemukan pada BIS yakni kualitas BIS bervariasi tergantung pada kandungan minyak BIS dan [[kontaminasi]] tempurung [[kelapa sawit]], serta kandungan asam amino yang sangat tidak seimbang. Namun, yang menjadi masalah utama adalah nilai kecernaan BIS cukup rendah, baik kecernaan bahan kering maupun protein dan asam amino. Oleh karena itu, ketika menggunakan BIS dalam jumlah tinggi maka penyusunan pakan harus diatur sedemikian rupa sehingga berbasis [[nutrisi]] tercerna.<ref name=balitnak> [Balitnak] Balai Penelitian Ternak. 2008. Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak [terhubung berkala]. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr301089 .pdf [31 Ags 2009].
Untuk mengatasi halmasalah tersebutkecernaan BIS yang rendah, perlu dilakukan upaya peningkatan kecernaan bungkil kelapa sawit dengan penambahan [[enzim]] ([[selulase]], [[xylanase]], [[amilase]], [[protease]], dan [[phytase]]) sehingga nutrisi dalam BIS dapat dimaksimalkan.<ref name=am>{{en}} Amri M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). ''J Ilmu Pertanian Ind'' 9(1):71-76.</ref> Selain itu, dapat juga dilakukan [[fermentasi]] substrat padat]] menggunakan mikrob penghasil [[protease]] dan [[karbohidratase]], seperti ''[[Rhizopus oligosporus]]'', ''[[Aspergillus niger]]'' atau ''[[Eupenicilium javanicum]]''. [[Kapang]] ini dapat menurunkan kadar serat kasar dan ''neutral detergent fiber''.<ref name=balitnak/> Selain itu, pada fermentasi BIS dengan kapang, dihasilkan peningkatan kecernaan protein dan [[karbohidrat]]. Adapun pertumbuhan kapang dalam fermentasi ini dipengaruhi oleh [[kadar air]], di mana kadar air optimum sekitar 40-60%.<ref name=am/> Dengan demikian, diharapkan bahan pakan yang dihasilkan dalam jumlah besar dan berkualitas .<ref> Amri M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). J Ilmu Pertanian Ind 9(1):71-76.name=am/>
</ref><ref name=trobos/>
 
Bungkil inti sawit biasanya dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan ternak.<ref name=bata>{{en}} Batubara LP, Sanchez MD, Pond KR. 1993. Feeding of lambs with palm kernel cake and molasses. ''J Penelitian Peternakan Sungei Putih'' 1:7– 13.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan upaya peningkatan kecernaan bungkil kelapa sawit dengan penambahan [[enzim]] (selulase, xylanase, amilase, protease, dan phytase) sehingga nutrisi dalam BIS dapat dimaksimalkan. Selain itu, dapat juga dilakukan [[fermentasi]] substrat padat menggunakan mikrob penghasil [[protease]] dan [[karbohidratase]], seperti ''[[Rhizopus oligosporus]]'', ''[[Aspergillus niger]]'' atau ''[[Eupenicilium javanicum]]''. [[Kapang]] ini dapat menurunkan kadar serat kasar dan neutral detergent fiber.<ref name=balitnak/> Selain itu, pada fermentasi BIS dengan kapang, dihasilkan peningkatan kecernaan protein dan karbohidrat. Adapun pertumbuhan kapang dalam fermentasi ini dipengaruhi oleh kadar air, di mana kadar air optimum sekitar 40-60%. Dengan demikian, diharapkan bahan pakan yang dihasilkan dalam jumlah besar dan berkualitas .<ref> Amri M. 2007. Pengaruh bungkil inti sawit fermentasi dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio L.). J Ilmu Pertanian Ind 9(1):71-76.
Bungkil inti sawit biasanya dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan ternak.</ref> Namun, menurut Batubara ''et al''. (1993) bungkil inti sawit dapat digunakan sampai sebesar 40% dalam konsentrat untuk penggemukan ternak yang ditambah dengan 20% [[molases]].<ref name=bata/> Pakan yang hanya terdiri atas 75% bungkil inti sawit dan 25% [[molases]] dapat diberikan untuk pakan ternak dan akan menghasilkan daya cerna sebesar 82,6%, hal tersebut tidak berbeda nyata dengan daya cerna pakan konsentrat kualitas tinggi yaitu sebesar 84,3%, sedangkan tanpa molases hanya 77,8%.<ref name=bata/> Dalam pakan tambahan untuk ternak yang mengandung bungkil inti sawit sampai 55,5%, molases digunakan sampai 7,50% dan menghasilkan pertambahan bobot hidup yang sama dengan konsentrat komersial.<ref name=batb>{{en}} Batubara LP, SanchezBoer MDM, PondElieser KRS. 19931992. FeedingPemberian ofbungkil lambsinti withsawit/molasses palmdengan/tanpa kernelmineral cakedalam andransum molasseskerbau. ''J Penelitian Peternakan Sungei Putih'' 1(3):7– 1311-15.
</ref>
</ref> Berdasarkan penelitiaanpenelitian yang menggunakan bungkil inti sawit sebanyak 30% ditambah molases 3,25% dan bahan lainnya pada ternak, hasilnya dapat menyamai bila ternak tersebut diberikan pakan [[konvensional]].<ref name=batb/>
 
== Referensi ==
Bungkil inti sawit biasanya dapat diberikan sebesar 30% dalam pakan ternak. Namun, menurut Batubara ''et al''. (1993) bungkil inti sawit dapat digunakan sampai sebesar 40% dalam konsentrat untuk penggemukan ternak yang ditambah dengan 20% molases. Pakan yang hanya terdiri atas 75% bungkil inti sawit dan 25% [[molases]] dapat diberikan untuk pakan ternak dan akan menghasilkan daya cerna sebesar 82,6%, hal tersebut tidak berbeda nyata dengan daya cerna pakan konsentrat kualitas tinggi yaitu sebesar 84,3%, sedangkan tanpa molases hanya 77,8%.<ref> Batubara LP, Sanchez MD, Pond KR. 1993. Feeding of lambs with palm kernel cake and molasses. J Penelitian Peternakan Sungei Putih 1:7– 13.
</ref>Dalam pakan tambahan untuk ternak yang mengandung bungkil inti sawit sampai 55,5%, molases digunakan sampai 7,50% dan menghasilkan pertambahan bobot hidup yang sama dengan konsentrat komersial.<ref> Batubara LP, Boer M, Elieser S. 1992. Pemberian bungkil inti sawit/molasses dengan/tanpa mineral dalam ransum kerbau. J Penelitian Peternakan Sungei Putih 1(3) : 11-15.
</ref> Berdasarkan penelitiaan yang menggunakan bungkil inti sawit sebanyak 30% ditambah molases 3,25% dan bahan lainnya pada ternak, hasilnya dapat menyamai bila ternak tersebut diberikan pakan [[konvensional]].
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
[[Kategori:PeternakanPakan hewan ternak]]
[[Kategori:Kelapa sawit]]
 
[[Kategori:Bahan yang dapat didaur ulang]]
[[en:Palm kernel]]