Prasasti Dalung Kuripan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Copyvio}}
{{Infobox cagar budaya
| Name = Prasasti Dalung Kuripan
Baris 26 ⟶ 27:
Prasasti ini disebut Dalung Kuripan karena ditulis pada media dalung atau [[tembaga]] pipih persegi empat, dan prasasti ini pertama kali ditemukan di Desa Kuripan, [[Kabupaten Lampung Selatan]] dan kemudian sekarang dipindahkan ke Desa Bojong, [[Kabupaten Lampung Timur]].<ref>{{cite web|url=https://globaldrafnews.com/mengenal-sejarah-ratu-darah-putih-desa-kuripan-awal-mula-penyebaran-islam-di-lampung-selatan/|title=Mengenal Sejarah Ratu Darah Putih Desa Kuripan, Awal Mula Penyebaran Islam Di Lampung Selatan|website=globaldrafnews.com|language=id|access-date=21 April 2022|date=23 Februari 2021|author=}}</ref> Hal inilah yang menjadikan kenapa prasasti ini dinamai Prasasti Dalung Kuripan. Menurut riwayat, naskah Prasasti Dalung Kuripan ini diterbitkan oleh adik dari Pangeran Sabakingking atau Sultan Maulana Hasanuddin yang bernama Ratu Mas. Istri dari Prasasti Dalung Kuripan ini adalah perjanjian antara Pangeran Sabakingking dengan Ratu Darah Putih yang merupakan istri dari Raja Lampung yang bernama Menak Baybay Baluk.
 
Jika dilihat dari teks yang ada dalam Prasasti Dalung Kuripan, prasasti ini ditulis dengan [[huruf Pegon]], [[Bahasa BantenJawa Serang|berbahasa BantenJawa Serang]]. Pemilihan bahasa BantenJawa Serang sebagai bahasa yang digunakan dalam prasasti perjanjian Dalung Kuripan ini mengindikasikan bahwa prasasti perjanjian ini dibuat oleh pihak Kesultanan Banten atau setidaknya atas prakarsa pihak Kesultanan Banten. Hal ini bisa menjadikan bukti lanjutan bahwa dominasi Banten atas Lampung sudah berlangsung jauh sebelum adanya perjanjian Dalung Kuripan tersebut.
 
Nama yang tercantum dalam prasasti itu adalah Pangeran Sabakingking yakni nama lain dari Sultan Maulana Hasanuddin dan kemudian Ratu Darah Putih. Hal ini berarti bahwa prasasti tersebut ditulis pada masa itu yakni pada masa kekuasaan Sultan Maulana Hasanuddin di Banten dan masa kekuasaan Ratu Darah Putih di Lampung. Penulisan nama Pangeran Sabakingking lebih dahulu dibandingkan nama Ratu Darah Putih juga bisa dijadikan bukti penguat lainnya bahwa pihak yang menginisiasi adanya perjanjian Dalung Kuripan adalah pihak Kesultanan Banten.
Baris 52 ⟶ 53:
*[[Keratuan Lampung]]
 
==Referensi==
{{Reflist}}
==Daftar pustaka==
*G.A.J Hazeu, Een Beschreven Koperen plaat uit de Lampoengs, TBG, XLVIII, 1905.
*http://kelabaisurat.blogspot.com/2010/12/prasasti-dalung-kuripan.html.
*Hadar Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Jakarta: Indayu Press, 1993)
*Halwany Michrob, Ekspor Impor di Zaman Kesultanan Banten, (Serang: Kadinda, 1989).
Baris 81 ⟶ 83:
*Sutrisna, Deni, Lampung Cikoneng, Potret Pemukiman Orang Melayu Di Tanah Banten, Naditira Widya Balai Arkeologi Banjarmasin, Vol 8, No 1 (2014): April 2014.
*Tri Hatmadji dkk, Ragam Pusaka Budaya Banten, (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Wilayah Kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta, Lampung: Direktorat Jenderal Kebudayaan Jakarta, 2005).
 
==Referensi==
{{Reflist}}
 
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
Baris 89 ⟶ 88:
[[Kategori:Kesultanan Banten]]
[[Kategori:Keratuan Lampung]]
[[Kategori:Sejarah Lampung]]
[[Kategori:Situs arkeologi di Lampung]]
[[Kategori:Situs arkeologi Banten]]
[[Kategori:Prasasti di Lampung|Dalung Kuripan]]
[[Kategori:Sekampung Udik, Lampung Timur]]
[[Kategori:Kabupaten Lampung Timur]]
[[Kategori:Lampung]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Benda cagar budaya di Indonesia]]