Konten dihapus Konten ditambahkan
Fikrul Hamif (bicara | kontrib)
Tabligh School aalah embrio dari Kulliyatul Muballighien yang berada di Kauman Muhammadiyah Padang Panjang
Tag: kemungkinan spam VisualEditor
 
←Mengganti halaman dengan '{{Penyalahgunaan halaman pengguna|menulis artikel di halaman pengguna Anda}}'
Tag: Penggantian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Penyalahgunaan halaman pengguna|menulis artikel di halaman pengguna Anda}}
= Tabligh School Muhammadiyah Padang Panjang =
 
 
Pada awal Januari 1929, Muhamadiyah ''Tjabang'' Padang Panjang menerima banyak permintaan dari luar daerah. Permintaan itu datang dari pengurus persyarikatan di Aceh, Tapanuli, Sumatra Timur, Sulawesi Selatan, Riau, Mukomuko, Lampung, dan lainnya <ref>Suara Muhammadiyah No.6/66 tahun 1986</ref>
 
Pengurus persyarikatan di luar Sumatra Barat meminta, agar Buya Sutan Mansur segera mengirimkan tenaga guru, administrasi, dan pimpinan andal ke daerah mereka. Mengingat, daerah mereka kekurangan tenaga untuk mengelola persyarikatan, sekolah, dan rumah yatim.
 
Pada awal abad ke-20, Padang Panjang menjadi lokus utama dari gerakan modernisasi Islam, pergerakan kebangsaan, sekolah, dan pers. Meskipun kota kecil, namun  di kawasan ini tumbuh subur sekolah-sekolah, seperti Normaal School, Sumatra Thawalib dan Diniyah.
 
Padang Panjang turut bersaksi lahirnya surat kabar ''Almunir Almanar, Djago! Djago!, Pemandangan Islam, Kodrat Moeda,'' dan lainnya–yang turut mempercepat laju pertumbuhan Islam modernis, Komunis, dan Nasionalis di Sumatra Barat <ref>{{Cite book|last=Sufyan|first=Fikrul Hanif|date=2017|url=https://www.google.co.id/books/edition/Menuju_Lentera_Merah/N4VUDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=menuju+lentera+merah|title=Menuju Lentera Merah. Gerakan Propagandis Komunis di Serambi Mekah 1923-1949|location=Yogyakarta|publisher=UGM Press|isbn=9786023861125|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Sufyan|first=Fikrul Hanif|date=2022|url=https://brill.com/view/journals/bki/178/4/article-p539_18.xml|title=Gejolak Sosial di Sumatra Barat. Islam Modernis dan Komunis 1915-1930|location=Yogyakarta|publisher=Kendi|isbn=9786239671945|url-status=live}}</ref>.
 
Di awal 1928, tinggal Muhammadiyah ''Tjabang'' Padang Panjang yang belum menggerakkan amal usaha pendidikan dalam skala besar. Usulan dari daerah, segera ditindak lanjuti oleh Sutan Mansur dengan mendirikan sekolah lanjutan untuk siswa  Tsanawiyah, dan Muallimin bernama ''Tabligh School'' <ref>{{Cite book|last=Sufyan|first=Fikrul Hanif|date=2014|url=https://www.google.co.id/books/edition/Sang_Penjaga_Tauhid/USWlCgAAQBAJ?hl=id&gbpv=0|title=Sang Penjaga Tauhid. Studi Protes Tirani Kekuasaan 1982-1985|location=Yogyakarta|publisher=Deepublish|isbn=9786022808138|url-status=live}}</ref>
 
Pada pertengahan Januari 1928, untuk mempersiapkan berdirinya sekolah kader pimpinan persyarikatan, A.R Sutan Mansur menggandeng pengurus ''Tjabang'' Padang Panjang. Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, merespon cepat. Ia segera membentuk pantia Tabligh School, yang terdiri dari:
 
''Adviseurs''               :  Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul)
 
                                A.R Sutan Mansur.
 
''Voorzitter''              :  Saalah Jusuf Sutan Mangkuto
 
''Vice-Voorzitter''      :  Datuk Sati
 
''Secretaris''              :  A.Wahid R
 
''Penningmeester''     :  Sutan Saidi
 
''Een lid''                   :  Jusuf Amrullah
 
                                Jusuf M.Nur Amrullah
 
                                A.Karim Dt. Rangkayo Majo<ref name=":0">{{Cite book|last=Sufyan|first=Fikrul Hanif|date=2022|title=Kulliyatul Muballighien. Dari Kauman Padang Panjang untuk Indonesia|location=Yogyakarta|publisher=Suara Muhammadiyah|isbn=9786235303062|url-status=live}}</ref>
 
 
Setelah resmi terbentuk, panitia melanjutkan tugas utamanya, dengan memilih ''directur'' dari sekolah baru itu. Pilihan pun jatuh pada adik ipar A.R Sutan Mansur, yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Dan Februari 1928 dicanangkanlah ide pendirian Tabligh School.
 
Surat kabar ''De Locomotief'' pada 2 April 1928 memberitakan rencana peresmian Tabligh School pada bulan April 1958. Tabligh School, menurut surat kabar berbahasa Belanda itu merupakan sekolah bagi para propagandis Muhammadiyah, yang di dalamnya terdapat sebuah ''internaat'' khusus. Kursus pengkaderan pimpinan persyarikatan berlangsung dua tahun. Untuk tujuan ini, hanya siswa sekolah yang dikader, untuk pelatihan kepemimpinan dan lebih mahir dalam Islam<ref>''"Het Kweeken van Islam Propagandisten" De Locomotief'', tanggal 2 Februari 1928 [https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=tabligh+school&coll=ddd&identifier=MMKB23:001712110:mpeg21:a00105&resultsidentifier=MMKB23:001712110:mpeg21:a00105&rowid=1]</ref>.
 
Tepat pada hari Kamis, 14 Syawal 1346 Hijriyah, atau bertepatan dengan 5 April 1928, Muhammadiyah ''Tjabang'' Padang Panjang secara resmi membuka Tabligh School Muhamadiyah di eks Hotel Merapi ''onderafdeling'' Batipuh X Koto <ref>Tjaja Sumatra, 7 April 1928.</ref>.
 
Untuk sirkulasi administrasi pendidikan, ditetapkan bangunan Hotel Merapi sebagai sekolah, sekaligus sebagai tempat berkantornya pimpinan Muhammadiyah Padang Panjang dan Perwakilan Minangkabau. Seluruh anggota persyarikatan digerakkan, untuk segera membangun lokal, mengirim ''advertatie'' di surat kabar, ataupun di majalah-majalah lokal.
 
Satu syarat yang diajukan, untuk menerima calon murid Tabligh School adalah duduk di kelas lima Sumatra Thawalib, atau sederajat dengan sekolah tersebut. Di tahun-tahun awal, selaku ''directur'' HAMKA berhasil merekrut 16 orang calon murid –yang berasal dari seluruh Sumatra Barat. Satu diantara murid itu bernama Abdul Malik Ahmad – alumnus Sumatra Thawalib – juga intens mengikuti ''Debating Club'' ala Sutan Mansur.
 
Untuk tenaga pengajar yang dikerahkan untuk mendidik 16 orang murid Tabligh School, antara lain Haji Abdul Karim Amrullah, A.R Sutan Mansur, Saalah Jusuf Sutan Mangkuto, Rasjid Idris Dt. Sinaro Panjang, dan lainnya<ref name=":0" />.
 
Sejak dimulainya, aktivitas di Tabligh School, HAMKA menunjuk Abdullah Kamil sebagai ''administratur'' yang bertugas mengelola segala sesuatu yang berhubungan dengan administrasi pendidikan.
 
Aktivitas awal belajar mengajar di Tabligh School dilaksanakan di kantor Muhammadiyah yang dibatasi sekat kayu. Masa itu, belum memakai meja, bangku karena pengurus persyarikatan masih terbatas dalam anggaran.
 
Enam belas orang murid itu belajar bersimpuh di lantai dan menjalani tiga ''shift'' jadwal pelajaran. Pertama, untuk pelajaran agama dilaksanakan pagi pukul 06.30-10.00. Kedua, pada pukul 14.00-16.30 mereka diajarkan pengetahuan umum. Ketiga, untuk ilmu kepemimpinan diberikan pada malam harinya,  pukul 18.30-22.00.
 
Ilmu kepemimpinan yang dibekali untuk murid-murid Tabligh School, memang mempunyai pengaruh besar terhadap mereka. Pengkaderan yang langsung ditangani Sutan Mansur, memberi pengalaman untuk mereka, yang nantinya bergerak sebagai administratur, ataupun sebagai pimpinan di persyarikatan.  '' ''