Gereja Kristen Indonesia Bungur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
sss |
Rescuing 6 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5 |
||
(19 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Orphan|date=Februari 2023}}
'''Gereja Kristen Indonesia Bungur''' atau disingkat menjadi GKI Bungur adalah sebuah bangunan peribadatan umat [[Kristiani]] di [[Jakarta]] yang masih menggunakan [[Bahasa Mandarin]] dalam praktik beribadahnya. Secara spesifik, GKI Bungur berada di Jalan Perniagaan No.1, Jakarta dan dianggap sebagai salah satu gereja paling bersejarah di Indonesia karena mencirikan pengaruh dari [[Vereenigde Oostindische Compagnie]] semasa penjajahan kolonial dengan budaya [[Tionghoa]]. Cikal bakal berdirinya GKI Bungur telah dimulai sejak tahun 1868 dimana ada 17 orang yang dibaptis dan kemudian menjadi Jemaat Patekoan. Selain menggunakan [[Bahasa Mandarin]] dalam praktik ibadahnya, mereka juga merayakan ibadah khusus untuk memperingati Tahun Baru [[Imlek]] serta budaya [[Tionghoa]] lainnya.▼
▲'''Gereja Kristen Indonesia Jemaat Bungur''' atau disingkat menjadi GKI Bungur adalah sebuah
== Sejarah ==
Mula-mula, di [[Indonesia]] terjadi misi [[Kristenisasi]] yang dikerjakan oleh perkabaran [[Injil]] dari ''Zending'' [[Belanda]], orang Tionghoa Perantauan dan orang [[Tionghoa]] Peranakan.<ref name=":4">End, Dr. Th. Van den. 2006. Sumber-sumber Zending Tentang Sejarah Gereja Di Jawa Barat 1858-1963. Jakarta: Gunung Mulia.
Setelah diakui secara resmi oleh pemerintah, THKTKH-KH West Java mulai melakukan aktivitas peribadatannya. Pada tahun 1868, mereka membatis 17 orang dewasa yang merupakan jemaat Patekoan. Jemaat Patekoan tersebut dianggap sebagai cikal bakal berdirinya GKI Bungur. Ke-17 orang itu juga menjadi anggota inti atau orang yang pertama kali membangun GKI Bungur. Dalam perkembangannya, jemaat Patekoan mengalami kemajuan yang cukup siginifikan. Pada tahun 1950, mereka membeli sebidang tanah seluas 3800 m2 untuk dijadikan tempat ibadah terpisah dengan THKTKH-KH West Java. Sejak bulan April tahun 1952, THKTKH-KH West Java juga berdiri sendiri menjadi sebuah jemaat yang kini disebut GKI Gloria. Kemudian, di tahun 1952 terjadi berkabaran [[injil]] di jemaat Patekoan yang dilakukan oleh beberapa pekerja gereja dari Jemaat Pinangsia. Mereka mengabarkan Injil di daerah [[Pasar Senen]] yang kemudian di tahun yang sama dianggap sebagai waktu berdirinya GKI Bungur.<ref name=":1">Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. </ref>▼
Jumlah jemaat yang beribadah ke GKI Bungur lama kelamaan semakin meningkat. Para pemuka agama di [[gereja]] itu akhirnya berpikir untuk membentuk susunan majelis jemaat yang bertugas untuk menanungi yayasan [[gereja]]. Mereka merasa sudah waktunya untuk mencari tempat ibadah yang permanen yang bertugas untuk menggalang dana untuk pembelia rumah ibadah mereka. Akhirnya, terbentuklah yayasan bernama Yayasan GKI Bungur besar pada tanggal 2 Agustus 1956 dan diketuai oleh Tjuang Oen Tek. Setelah melewati beberapa proses pengumpulan dana, pada bulan Agustus 1956, GKI Bungur berhasil membeli sebidang tanah seluas 2.280 m2 yang terletak di Jalan Bungur, [[Jakarta]]. Hanya berselang satu tahun, yakni pada tahun 1957, diadakan kebaktian peresmian yang juga dihadiri oleh [[Departemen Agama Republik Indonesia]] sebagai pembimbing masyarakat Kristen. Tempat itu kemudian dijadikan sebagai tempat ibadah tetap jemaat GKI Bungur.<ref name=":0" />▼
Pada tahun 1963, GKI Bungur tidak memiliki pendeta. [[Pendeta]] sebelumnya yang memberitakan Injil melanjutkan studi ke luar negeri, sehingga aktivitas perkabaran [[Injil]] sempat terganggu. Mereka juga membuat siasat terkait banyaknya jemaat yang tidak bisa membaca huruf [[Mandarin]]. Setiap hari minggu, mereka membuka satu kebaktian yang menggunakan [[Bahasa Indonesia]]. Begitu pun tentang kebutuhan ruang-ruang kelas baru akibat bertambahnya anak-anak sekolah yang perlu pengabaran [[Injil]]. Di tahun 1970, majelis jemaat memutuskan untuk membangun kelas-kelas baru untuk sekolah minggu.<ref name=":0" />▼
▲Setelah diakui secara resmi oleh pemerintah, THKTKH-KH West Java mulai melakukan aktivitas peribadatannya. Pada tahun 1868, mereka
▲Jumlah jemaat yang beribadah ke GKI Bungur lama kelamaan semakin meningkat. Para pemuka agama di [[gereja]] itu akhirnya berpikir untuk membentuk susunan
▲Pada tahun 1963, GKI Bungur tidak memiliki pendeta. [[Pendeta]] sebelumnya yang memberitakan Injil melanjutkan studi ke luar negeri, sehingga aktivitas perkabaran [[Injil]] sempat terganggu. Mereka juga membuat
== Karakteristik Gereja ==
=== Karakteristik sebagai Gereja Injili ===
Memegang
=== Karakteristik sebagai Gereja Tionghoa ===
Memelihara dan mengembangkan budaya [[Tionghoa]] sebagai warisan dari para pendahulu dan yang diperoleh melalui kelahiran (natural). Jemaat GKI Bungur
Beberapa nilai yang mereka pegang sebagai gereja [[Tionghoa]] adalah berbakti kepada orang tua dan senior; tata krama, sopan santun, sungkan; lebih mementingkan relasi, bukan birokrasi dan ingat budi; semangat kerja keras, hemat,
== Struktur Organisasi ==
GKI Bungur sebagai bagian dari Sinode GKI memakai sistem gereja Presbiterial Sinodal. Kepemimpinan dilakukan oleh para Presbiter (Penatua, Majelis Jemaat) dan keputusan diambil secara kolektif melalui Persidangan Majelis Jemaat (PMJ).
Secara umum, GKI Bungur memiliki struktur kepengurusan yang sangat rinci. Mereka memfokuskan bidang-bidang tertentu dengan sumber daya manusia yang secara khusus dan spesifik mengatur persoalan terkait. Posisi pendeta dalam struktur organisasi gereja dianggap sebagai ketua umum sekaligus pembina dalam setiap bidang kepengurusan. Majels jemaat dan diaken juga ditunjuk oleh pendeta menjadi ketua bidang maupun anggota bidang serta pelaksana kegiatan. Secara lebih rinci, bentuk struktur [[organisasi]] GKI Bungur adalah ketua umum; ketua 1; ketua 2; sekretaris umum; wakil sekretaris umum; [[bendahara]] umum; wakil bendahara umum. Sementara untuk setiap bidang, strukturnya meliputi bidang 1 (kesaksian pelayanan)<ref>http://gkibungur.or.id/bidang-kesaksian-dan-pelayanan</ref>; bidang 2 (Persekutuan)<ref>http://gkibungur.or.id/bidang-persekutuan</ref>; bidang 3 (Pembina)<ref>http://gkibungur.or.id/bidang-pembinaan</ref>; bidang 4 (Sarana penunjang)<ref>http://gkibungur.or.id/bidang-sarana-dan-prasarana</ref>. Keseluruhan bidang-bidang tersebut terdiri dari ketua bidang; wakil ketua bidang; anggota; dan Pembina.▼
▲Secara umum, GKI Bungur memiliki struktur kepengurusan yang sangat rinci. Mereka memfokuskan bidang-bidang tertentu dengan sumber daya manusia yang secara khusus dan spesifik mengatur persoalan terkait. Posisi
Selain itu, GKI Bungur juga memiliki badan pelayanan jemaat yang mencakup komisi anak, komisi remaja, komisi pemuda, komisi dewasa muda, komisi [[wanita]], komisi usia indah, komisi pengabaran Injil, komisi musik, komisi literatur multimedia, seksi data perlawatan jemaat, seksi pengembangan Mandarin, seksi pelayanan pos alam sutera, dan YPK Saint John. Keseluruhan badan pelayanan jemaat tersebut memiliki struktur yang terdiri dari majelis penghubung dan Pembina.▼
▲Selain itu, GKI Bungur juga memiliki
== Kegiatan di GKI Bungur ==
=== Kegiatan Ibadah ===
==== Ibadah Umum ====
Ibadah umum dalam [[Bahasa Mandarin]] biasanya dihadiri oleh jemaat yang lanjut usia, jemaat keturunan Tionghoa yang
Ibadah dengan menggunakan [[Bahasa Mandarin]] di GKI Bungur dilakukan setiap hari Minggu pukul 09.30 WIB. Jemaat ibadah tersebut kebanyakan adalah para lanjut usia yang sudah berumur lebih dari 55 tahun. Kebanyakan dari mereka sama sekali tidak mengerti [[Bahasa Indonesia]], meskipun telah cukup lama tinggal di [[Indonesia]]. Mereka lebih fasih berbicara dalam [[Bahasa Mandarin]] dalam kehidupan sehari-harinya. Selama ibadah berlangsung, pendeta yang memberikan khutbah akan menyampaikan pengantar ibadah dalam [[Bahasa Mandarin]]. Begitu pun [[Alkitab]] yang dibaca oleh jemaat, semuanya berbahasa [[Mandarin]]. Dalam kesempatan itu, pihak gereja menghadirkan dua ''liturgos'' yang bertanggung jawab untuk keberlangsungan ibadah. ''Liturgos'' pertama bertugas untuk menerjemahkan liturgi atau tata cara beribadah dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia. Sementara itu, ''liturgos'' lainnya hanya menggunakan Bahasa Mandarin.<ref name=":3" />▼
Selain kebaktian atau ibadah umum, GKI Bungur juga mengadakan ibadah lainnya seperti sekolah minggu anak, kebaktian remaja, persekutuan pemuda, persekutuan dewasa, persekutuan firman dan doa, persekutuan usia indah, persekutuan doa pagi, dan lain lain.<ref name=":2" />
==== Sekolah Minggu ====
Sekolah Minggu dikhususkan untuk anak-anak berusia sekolah, mulai dari usia 4 hingga 11 tahun. Sebagaimana sekolah-sekolah formal lainnya, Sekolah Minggu juga membagi anak-anak ke dalam kelas-kelas tertentu sesuai dengan tingkatannya. Di dalam kelas, mereka akan diceritakan berbagai macam cerita-cerita [[Alkitab]] yang di penghujung kelas selalu diberikan pesan moral yang dapat dipelajari dari kisah-kisah tersebut. Setiap kelas juga memiliki [[guru]] sebagai pengajar, namun tidak memiliki rapor atau ujian sebagaimana yang dilakukan oleh sekolah formal.<ref name=":3" />
==== Kebaktian Remaja ====
Kebaktian Remaja dalam GKI Bungur lebih menyasar jemaat berusia 14-20 tahun atau usia [[Sekolah menengah pertama]]-[[Sekolah menengah atas]]. Kegiatan ibadah yang dilakukan para remaja tersebut adalah dengan menyanyikan lagu-lagu rohani serta menampilkan pertunjukan music yang telah mereka aransemen sendiri. Mereka juga menggunakan alat-alat musik seperti gitar, ''keyboard, bass, cajon'', dan beberapa alat musik lainnya. Pendeta atau evangelis juga akan memberikan khutbah kepada mereka, namun masih seputar kehidupan remaja sehingga firman [[Tuhan]] dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka.<ref name=":3" />
==== Persekutuan Pemuda ====
Persekutuan pemuda secara khusus adalah kegiatan yang dirancang oleh GKI Bungur untuk melayani jemaat berusia 21-29 tahun atau usia [[perguruan tinggi]] hingga bekerja. Persekutuan pemuda diadakan setiap minggu ketiga atau keempat setiap hari Minggu selama satu bulan.
==== Persekutuan Wanita ====
Persekutuan Wanita dilaksanakan setiap hari Selasa dan diperuntukan untuk jemaat [[perempuan]], baik ibu rumah tangga maupun para wanita lainnya. Kelas Persekutuan Wanita tidak memberikan batasan umur tertentu, sehingga bisa diikuti oleh seluruh wanita dengan berbagai rentang usia. Tema yang disampaikan di dalam kelas tersebut adalah menyoal pertumbuhan rohani wanita [[Kristiani]] agar selalu taat kepada [[Tuhan]] dan menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi keluarganya. Mereka juga menggunakan lagu-lagu rohani sebagai pengantar sebelum pendeta memberikan khotbah. Hal itu juga terjadi di kelas-kelas peribadatan lainnya.<ref name=":2" />
=== Kegiatan Pelayanan ===
Kegiatan pelayanan dilakukan oleh GKI Bungur sebagai upaya untuk mematuhi perintah [[Tuhan]]. Pelayanan menjadi kegiatan wajib dan merupakan panggilan bagi [[gereja]] guna menyebarkan [[injil]] sampai ke ujung dunia. Dalam tugas dan panggilan [[gereja]] tersebut terdapat tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu persekutuan, kesaksian, dan pelayanan. Kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh GKI Bungur dibagi menjadi lima kegiatan pokok agar lebih mudah untuk
==== Kegiatan Persekutuan ====
Kegiatan Persekutuan dijalankan oleh jemaat GKI Bungur dengan tim perwakilan [[gereja]]. Kegiatan persekutuan memiliki misi untuk memperbaharui kehidupan rohani atau spiritualitas jemaat melalui hati yang semakin mencintai [[Allah]] dan firman-Nya melalui ibadah dan persekutuan yang benar, baik, dan indah sehingga jemaat dapat merasakan berjalan bersama dengan [[Allah]]. Kegiatan yang mereka lakukan antara lain melayani persekutuan kelahiran, syukuran rumah baru, dan beberapa bentuk ungkapan rasa syukur lainnya. Mereka juga melayani kegiatan kedukaan, persekutuan karena jemaat ada yang meninggal dunia.<ref name=":3" />
==== Kegiatan Pembinaan ====
Baris 67 ⟶ 63:
==== Bidang Kesaksian dan Pelayanan ====
Bidang Kesaksian dan Pelayanan merupakan bidang pelayanan di GKI Bungur yang membawa jemaat untuk terlibat aktif di dalam pelayanan dan kesaksian, baik di dalam kehidupan [[gereja]] atau di masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh bidang ini antara lain pemeriksaan rutin kesehatan jemaat oleh dokter
== Penggunaan Bahasa Mandarin ==
Penggunaan [[Bahasa Mandarin]] di GKI Bungur tidak terlepas dari sejarah panjang berdirinya gereja yang dilatarbelakangi oleh pengabar Injil asal Amoy (''Xiamen'') provinsi Hokkian Tiongkok, bernama Gan Kwee yang datang dari [[Tiongkok Selatan]] ke [[Batavia]]. Dalam perkembangannya, GKI Bungur kemudian termasuk dalam kelompok GKI Klasis Priangan, Sinode Wilayah [[Jawa Barat]].<ref name=":4" /> GKI Klasis Priangan dibentuk untuk memperhatikan sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka kepada jemaat yang berbahasa Mandarin. GKI Klasis Priangan<ref>{{Cite web |url=http://www.gkiharapanindah.org/sejarah/klasis-priangan-gki-sinode-wilayah-jawa-barat/ |title=Salinan arsip |access-date=2017-12-09 |archive-date=2020-06-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200627055527/http://www.gkiharapanindah.org/sejarah/klasis-priangan-gki-sinode-wilayah-jawa-barat/ |dead-url=no }}</ref> sendiri memiliki latar belakang sejarah kebudayaan [[Tionghoa]] yang juga bertugas untuk
Atas dasar tanggung jawab tersebut, GKI Klasis Priangan pun
Dalam Bahasa sederhana, GKI Bungur juga ikut berperan dalam melestarikan budaya [[Tionghoa]]
▲Ibadah dengan menggunakan [[Bahasa Mandarin]] di GKI Bungur dilakukan setiap hari Minggu pukul 09.30 WIB. Jemaat ibadah tersebut kebanyakan adalah para lanjut usia yang sudah berumur lebih dari 55 tahun. Kebanyakan dari mereka sama sekali tidak mengerti [[Bahasa Indonesia]], meskipun telah cukup lama tinggal di [[Indonesia]]. Mereka lebih fasih berbicara dalam [[Bahasa Mandarin]] dalam kehidupan sehari-harinya. Selama ibadah berlangsung, pendeta yang memberikan khutbah akan menyampaikan pengantar ibadah dalam [[Bahasa Mandarin]]. Begitu pun [[Alkitab]] yang dibaca oleh jemaat, semuanya berbahasa [[Mandarin]]. Dalam kesempatan itu, pihak gereja menghadirkan dua ''liturgos'' yang bertanggung jawab untuk keberlangsungan ibadah. ''Liturgos'' pertama bertugas untuk menerjemahkan liturgi atau tata cara beribadah dari Bahasa Mandarin ke Bahasa Indonesia. Sementara itu, ''liturgos'' lainnya hanya menggunakan Bahasa Mandarin.<ref name=":3" />
Namun demikian, [[Bahasa Mandarin]] mereka yakini hanyalah sebuah media untuk mengkomunikasikan injil [[Kristus]]. Mereka percaya bahwa mereka adalah tubuh [[Kristus]] yang hidup dalam budaya [[Tionghoa]] dan hanya menghidupkan nilai-nilai luhur budaya [[Tionghoa]] yang sesuai dengan kebenaran firman [[Allah]]. Perpaduan antara keduanya dianggap sebagai jembatan antara etnis [[Tionghoa]] dengan yang bukan [[Tionghoa]], sehingga [[Injil]] dapat diberitakan dan dihidupkan bersama dalam keseharian. Hal itu sangat relevan terutama bila dikaitkan dengan kondisi sosial masyarakat [[Indonesia]] yang sangat multietnis. Apabila dilihat lebih jauh, GKI Bungur memang terlihat sangat homogen, baik dalam [[budaya]] dan ajarannya. Namun, mereka tidak ingin dipandang sebagai komunitas tertutup, eksklusif, [[Primordialisme]], [[Rasialisme]], dan kelompok [[Fundamentalisme]]. Mereka tetap ingin dilihat sebagai kelompok yang terbuka dan tidak "mengisolasi" kelompok mereka sendiri.
▲Dalam Bahasa sederhana, GKI Bungur juga ikut berperan dalam melestarikan budaya [[Tionghoa]] melalu penggunaan [[Bahasa Mandarin]] dalam kegiatan peribadatan mereka. Hal itu menjadi penting mengingat [[agama]] atau sarana ibadah merupakan ‘lahan basah’ yang dapat dioptimalkan untuk berbagai kepentingan, terutama kepentingan yang berkaitan dengan kegiatan pelestarian budaya. Lebih jauh lagi, GKI Bungur tidak hanya melestarikan budaya [[Tionghoa]] melalui penggunaan [[Bahasa Mandarin]] semata, melainkan juga kegiatan keagamaan khas [[Tionghoa]] lainnya. Setiap perayaan [[Hari Raya Imlek]], mereka juga menampilkan kebudayaan [[Tionghoa]] seperti [[barongsai]], liong, tari-tarian, dan menyalakan petasan di akhir ibadah. Menurut penelitian yang ada, hal itu menjadi penting untuk terus dipertontonkan kepada generasi muda, mengingat minat generasi muda terhadap kebudayaan [[Tionghoa]] cenderung menurun.<ref name=":1" /> Momen Hari Raya Imlek itu juga mereka lakukan sebagai ajang untuk menjalin silaturahmi dan berkumpul dengan anggota Klasis Priangan lainnya.<ref name=":3" />
== Referensi ==
{{Reflist}}
*
*
[[Kategori:Gereja di Indonesia]]
[[Kategori:Bangunan sejarah]]
|