Plompong, Sirampog, Brebes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Aziz Iqbal (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Matabulanhari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(32 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{desa
|peta =Plompong Sirampog Brebes
|nama =Plompong
|provinsi =Jawa Tengah
Baris 7:
|kecamatan =Sirampog
|kode pos =52272
|nama pemimpin =Ihya Ulumuddin, S.Pd.Iust.suyanto
|luas =6000 Ha
|penduduk =11000
|kepadatan =1/100 M2
}}
Kelurahan/Desa '''Plompong''' (selanjutnya disebut desa) adalah sebuah [[desa]] di [[kecamatan]] [[Sirampog, Brebes|Sirampog]], [[Kabupaten Brebes|Brebes]], [[Jawa Tengah]], [[Indonesia]].
Desa [[Plompong]] ini bisa ditempuh dari kota terdekat, yaitu [[Bumiayu]] yang terletak di ruas jalan antara [[Tegal]] dan [[Purwokerto]]. Dari Bumiayu jaraknya sekitar 10 km ke arah timur. Untuk mencapai desa ini bisa ditempuh dari 2 jalur. Yang pertama dari Bumiayu melalui Desa [[Langkap]] dan [[Cilibur]]. Dan yang kedua dari Bumiayu melalui Desa [[Benda]] dan [[Manggis]], [[Kaliloka]]. Dari Bumiayu sepanjang 7 km jalannya cukup lebar dan halus. Tetapi setelah sampai Desa Manggis sepanjang 3 km menuju desa ini, jalannya sempit dan kasar, sehingga mobil sangat sulit mencapai lokasi. Apalagi jembatan utama yang menuju desa ini hancur dilanda banjir bandang beberapa waktu yang lalu. Desa yang satu ini terletak di lereng sebelah barat dari [[Gunung Slamet]] yang masih menyimpan aktifitas vulkanik. Topografinya berbukit-bukit dan bergelombang karena terletak di pegunungan, dengan kondisi jalan masih kurang bagus. Ketinggian antara 500 sampai 800 m dpl. Pemandangan alamnya masih cukup asri. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Ada juga sebagai pedagang, wiraswasta, buruh, dan pegawai. Banyak pula yang merantau ke luar daerah, terutama ke wilayah Jabodetabek.
 
Desa [[Plompong]] ini bisa ditempuh dari kota terdekat, yaitu [[Bumiayu]] yang terletak di ruas jalan antara [[Tegal]] dan [[Purwokerto]]. Dari Bumiayu jaraknya sekitar 10  km ke arah timur. Untuk mencapai desa ini bisa ditempuh dari 2 jalur. Yang pertama dari Bumiayu melalui Desa [[Langkap]] dan [[Cilibur]]. Dan yang kedua dari Bumiayu melalui Desa [[Benda]] dan [[Manggis]], [[Kaliloka]]. Dari Bumiayu sepanjang 7  km jalannya cukup lebar dan halus. Tetapi setelah sampai Desa Manggis sepanjang 3  km menuju desa ini, jalannya sempit dan kasar, sehingga mobil sangat sulit mencapai lokasi. Sangat terkesan desa ini luput dari perhatian dan dianaktirikan oleh Pemerintah. Apalagi jembatan utama yang menuju desa ini pernah hancur dilanda banjir bandang beberapa waktu yang lalu. Desa yang satu ini terletak di lereng sebelah barat dari [[Gunung Slamet]] yang masih menyimpan aktifitasaktivitas vulkanik. Topografinya berbukit-bukit dan bergelombang karena terletak di pegunungan, dengan kondisi jalan masih kurang bagus. Ketinggian antara rata-rata 500 sampai 800900 mmeter dpldi bawah perlukaan laut (mdpl). Pemandangan alamnya masih cukup asri dan sejuk. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Ada juga sebagai pedagang, wiraswasta, buruh, dan pegawai. Banyak pula yang merantau ke luar daerah, terutama ke wilayah Jabodetabek.
Sebelah utara berbatasan dengan Desa [[Mlayang]] dan Manggis, sebelah Barat dengan Desa Benda dan Desa [[Adisana]], sebelah selatan dengan Desa Cilibur, sebelah timur dengan Desa [[Wanareja]], dan Desa [[Sridadi]]. Terdapat sebuah aliran sungai yang cukup fenomenal, karena selalu keruh dan ketika musim hujan alirannya cukup deras dan menakutkan, yaitu [[Sungai Keruh]]. Di bagian timur desa terdapat sebuah puncak bukit yang bentuknya sangat unik, seperti tumpeng nasi. Disebut dengan [[Gunung Sumping]]. Terdapat tugu sebagai penanda Titik [[Trianggulasi]] di puncaknya yang banyak ditumbuhi pepohonan jenis bambu. Dari puncak bukit yang tinggi ini bisa dilihat pemandangan ke berbagai penjuru yang sangat estetis dan menakjuban.
 
== Sejarah ==
Kepala Desa yang pernah memimpin di desa ini adalah: H. Zaenul Muttaqin (Kepala Desa yang legendaris), Suhaemi, H. Nasucha, H. Bajuri, H. Syaefullah, dan sekarang Ihya Ulumuddin, S.Pd.I. Pertanian di desa ini cukup berkembang, walaupun sekarang kondisi saluran irigasinya banyak yang rusak. Produksi utama adalah padi, yang cukup terkenal karena berasnya jika dimasak menjadi nasi yang amat "pulen" dan lezat. Juga menghasilkan sayuran. Banyak terdapat sumber mata air, walaupun debitnya relatif kecil, namun disamping digunakan penduduk setempat juga digunakan untuk desa tetangga.
Dalam sejarah, desaDesa iniPlompong sewaktupada zaman zaman kolonial [[Belanda]] sudah cukup dikenal. Banyak pejuang kemerdekaan yang lahir dari desa ini. Sewaktu penjajahan [[Jepang]], penderitaan penduduk sangat parah. Makanya bangkitlah semangat patriotismejuang nasionalis-patriotis dari para nenek moyang yang hidup di kala itu untuk melawan penjajah. Dalam masa-masa agresi militer Belanda, desa ini juga menjadisejarah ajang'bisu' pertempuran yangantara konon cukupdan sengitpribumi. Rakyat mengungsi karena ketakutan dan khawatir menjadi korban, menuju hutan-hutan di perbukitan yang saat itu masih sangat lebat. Bahkan penduduk dari desa lain juga banyak yang mengungsi di wilayah desa ini. Ketika muncul pemberontakanKebangkitan DI/TII pada tahun 1950-an, desa ini menjadi wilayah operasi militer yang intensif, karena menjadi tempat persembunyian beberapa anggota. Namun demikian, desa ini tetap menyimpan berbagai kisah perjuangan patriotik dan heroik dari para penduduknya pada masa yang lalu. (Edited by Drs. [[Aziz Iqbal]], M.Si., anake Bapak H. Maktubi Noer dan Ibu Hj. Siti Torisah, Plompong Krajan).
 
== Geografis ==
Walaupun desa ini cukup terisolir karena kondisi dan akses jalan yang tidak bagus, tetapi dalam hal pendidikan perlu mendapat acungan jempol. Di sini terdapat beberapa TK/RA/ABA, SD, MI, 2 MTs, 2 SMK, 1 MA, dan 2 pondok pesantren. Banyak sudah warga yang berpendidikan tinggi. Dalam hal adat istiadat masih menerapkan budaya lokal yang arif dan kental dengan nuansa agama [[Islam]].
Desa Plompong terletak di daerah dataran lereng Gunung Slamet memiliki kemiringan lahan yang relatif curam antara 45-85 % dan berada pada ketinggian diatas rata-rata. Sebagian besar tanahnya merupakan tanah vulkanik berjenis Andosol, memiliki ciri-ciri berbutir halus, tidak mudah tertiup angin, berwarna abu-abu, sehingga sangat subur cocok untuk pertanian. Batas-batas wilayah Kelurahan/Desa Plompong sebagai berikut:
 
- Sebelah Utara: Kelurahan Mlayang
Desa ini terdiri dari beberapa pedukuhan, yang beberapa diantaranya mempunyai nama yang unik, yaitu: (1) [[Plompong Krajan]] sebagai "ibukota" dan pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan; (2) Kedung Benter; (3) Cirendu; (4) Pucung Lancar; (5) Pring Jajar; (6) Gempong; (7) Dukuh Ceper; (8) Ciku Kidul; (9) Ciku Lor; (10) Karang Mangu; (11) Legok Kenang; (12) Karang Kemiri; (13) Karang Gedang; (14) Cilontar/Sorangan; (15) Dukuh Ares; (16) Monggor; (17) Luwung; dan (18) Gunung Sumping.
 
- Sebelah Timur: Kelurahan Wanareja dan Kelurahan Sridadi
Pada tahun 1980-an di wilayah perbukitan yang masih berhutan, masih hidup dan mudah dijumpai berbagai binatang liar, seperti [[harimau jawa]], [[macan kumbang]], [[rusa]]/ [[kijang]], [[babi hutan]], [[ular besar]], [[kucing hutan]], [[burung elang]], dan [[alap-alap]], dan banyak spesies burung lainnya. Namun setelah terjadi penjarahan hutan yang membabi buta mulai tahun 1997, [[habitat]] binatang tersebut rusak. Akibatnya saat ini binatang-binatang tersebut sirna, dan sebagian berpindah ke wilayah yang lebih tinggi karena disana hutannya masih cukup lebat.
Dalam sejarah, desa ini sewaktu zaman kolonial [[Belanda]] sudah cukup dikenal. Banyak pejuang kemerdekaan yang lahir dari desa ini. Sewaktu penjajahan [[Jepang]], penderitaan penduduk sangat parah. Makanya bangkitlah semangat patriotisme dari para nenek moyang yang hidup di kala itu untuk melawan penjajah. Dalam masa-masa agresi militer Belanda, desa ini juga menjadi ajang pertempuran yang konon cukup sengit. Rakyat mengungsi karena ketakutan dan khawatir menjadi korban, menuju hutan-hutan di perbukitan yang saat itu masih sangat lebat. Bahkan penduduk dari desa lain juga banyak yang mengungsi di wilayah desa ini. Ketika muncul pemberontakan DI/TII pada tahun 1950-an, desa ini menjadi wilayah operasi militer yang intensif, karena menjadi tempat persembunyian beberapa anggota. Namun demikian, desa ini tetap menyimpan berbagai kisah perjuangan patriotik dan heroik dari para penduduknya pada masa yang lalu. (Edited by Drs. [[Aziz Iqbal]], M.Si., anake Bapak H. Maktubi Noer dan Ibu Hj. Siti Torisah, Plompong Krajan).
 
- Sebelah Selatan: Kelurahan Cilibur
 
- Sebelah Barat: Kelurahan Benda dan Kelurahan Adisana
 
Sebelah utara berbatasan dengan Desa [[Mlayang]] dan Manggis, sebelah Barat dengan Desa Benda dan Desa [[Adisana]], sebelah selatan dengan Desa Cilibur, sebelah timur dengan Desa [[Wanareja]], dan Desa [[Sridadi]]. Terdapat sebuah aliran sungai besar yang cukup fenomenalterkenal, karena selalu keruh dan ketika musim hujan alirannya cukup deras dan menakutkanberbahaya, yaitu [[Sungai Keruh]]. Di bagian timur desa terdapat sebuah puncak bukit yang bentuknya sangat unik, seperti tumpeng nasi. Disebut dengan [[Gunung Sumping]]. Terdapat tugu sebagai penanda Titik [[TrianggulasiTriangulasi]]. diDi puncaknya yang banyak ditumbuhi pepohonan jenis bambu. Dari puncak bukit yang tinggi ini bisa dilihat pemandangan ke berbagai penjuru yang sangat estetiseksotis dan menakjuban. Pengunjung bisa menyaksikan perkampungan penduduk, hamparan sawah, kebun, lembah, hutan, dan sungai-sungai yang berkelok-kelok di kejauhan.
 
== Wilayah administrasi ==
Secara administrasi Desa Plompong dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Sirampog tahun 2016 terdiri dari 18 dukuh/dusun, 8 rukun warga (RW) dan 50 rukun tetangga (RT)[https://brebeskab.bps.go.id/publication/2017/09/20/969c66be808c41d043212877/kecamatan-sirampog-dalam-angka-2017.html]. Namun dalam perkembanganya banyak nama-nama padukuhan yang lahir namun tidak tercatat dalam BPS kecamatan dikarenankan masih bagian dari satu padukuhan lainnya. Berikut nama-nama padukuhan yang ada di lingkup Desa Plompong:
# [[Plompong Krajan]] sebagai "ibu kota" dan pusat kegiatan pemerintahan dan pendidikan
# Kedung Benter: terletak di sebelah barat Plompong krajan, merupakan "pintu masuk" ke desa Plompong dari arah desa Manggis.
# Cirendu (Tjirendoe): lokasinya di sebelah selatan Plompong Krajan.
# Pucung Lancar (Poetjoeng Lantjar): berada di sebelah barat daya Plompong Krajan, barat Cirendu.
# Pring Jajar (Pring Djadjar): terletak di sebelah barat Plompong Krajan, utara Pucung Lancar, berbatasan dengan Desa Adisana.
# Gempong: lokasinya di ujung barat daya desa, berbatasan dengan Desa Cilibur.
# Blok Ceper (Blok Tjeper)/Dukuh Ceper: pedukuhan kecil di sebelah barat Pucung Lancar.
# Ciku Kidul (Tjikoe Kidoel) atau disebut juga Ciku I, terletak di tenggara Cirendu.
# Ciku Lor (Tjikoe Lor) atau disebut juga Ciku II, terletak di sebelah utara Ciku I, di selatan Karang Kemiri.
# Karang Mangu (Karang Mangoe): berada di sebelah timur Plompong Krajan. Ada dua Karang Mangu Kidul, dan Karang Mangu Lor.
# Legok Kenang: berada tepat di sebelah timur karang Mangu Kidul.
# Karang Kemiri: berlokasi di sebelah selatan Legok Kenang.
# Karang Gedang: pedukuhan ini berada di bawah kaki Gunung Monggor, sebelah timur Legok Kenang.
# Cilontar (Tjilontar): lokasinya berada di sebelah selatan Cirendu, berbatasan dengan desa Cilibur.
# Sorangan:lokasinya berada di sebelah selatan Cirendu, berbatasan dengan desa Cilibur.
# Dukuh Ares (Doekoeh Ares): Pedukuhan kecil ini berada di puncak Gunung Monggor, di sebelah utara Dukuh Ares, diatas Karang Gedang.
# Monggor: pedukuhan ini berada di sebelah timur Ciku II.
# Luwung (Loewoeng): Luwung berada di sebelah timur Dukuh Ares.
# Gunung Sumping (Goenoeng Soemping): pedukuhan yang lokasinya paling timur dan paling tinggi ini berada di sebelah utara Luwung.
# Sigedong
 
Sebenarnya masih ada kelompok-kelompok permukiman penduduk yang relatif kecil dan terpencar, tetapi belum memiliki nama/ sebutan resmi.
 
== Pemerintahan ==
Nama-nama warga Desa Plompong yang pernah menjabat menjadi kepala desa dari tahun ketahun adalah:
 
- H. Zaenul Muttaqin (Kepala Desa yang legendaris)
 
- Suhaemi,
 
- H. Nasucha,
 
- H. Bajuri
 
- H. Syaefullah
 
- Ihya Ulumuddin, S.Pd.I.,
 
- Ahmad Fathoni
 
-ust.suyanto
 
Sedangkan banyaknya perangkat kelurahan tercatat mempunyai 8 orang yang menjabat menjadi perangkat desa. Untuk membantu menjaga ketertiban dan keamanan maka disetiap kelurahan dibentuk pasukan Hansip. Hansip adalah Organisasi pertahanan masyarakat sipil yang bertanggungjawab atas hal-hal yang terkait dengan keamanan dan ketertiban juga membantu masyarakat dalam kondisi darurat sehingga secara langsung berada di bawah pemerintah desa, di bawah pengawasan bupati dan gubernur pemerintah daerah.
 
== Fauna dan Flora ==
 
PadaSampai dengan tahun 1980-an di wilayah perbukitan yang masih berhutan, masih hidup dan mudah dijumpai berbagai binatang liar, seperti [[harimau jawa]], [[macan kumbang]], [[rusa]]/ [[kijang]], [[babi hutan]], [[ular|ular besar]], [[kucing hutan]], [[burung elang]], dan [[alap-alap]], dan banyak [[spesies]] [[burung]] lainnya. Namun setelah terjadi penjarahan hutan yang membabi buta mulai tahun 1997, [[habitat]] binatang tersebut rusak. Akibatnya saat ini binatang-binatang tersebut sirna, dan sebagian berpindah ke wilayah yang lebih tinggi karena disanadi sana hutannya masih cukup lebat. Fauna yang sekarang masih hidup di alam terutama dari golongan binatang melata, seperti: berbagai jenis ular, biawak, dan berbagai jenis kadal.kelompok mamalia, seperti: landak, musang/luak, lenggarangan,lingsang,kemudian berbagai jenis burung. Binatang peliharaan penduduk meliputi ayam, itik, mentok, kambing, sapi, dan kerbau.
 
Flora yang tumbuh umumnya khas daerah semi-pegunungan. Pinus, mahoni, waru, surya, lamtoro, petai, nangka, dadap, kelapa, dan lain-lain. Tanaman budidaya umumnya padi, jagung, singkong, dan aneka sayur-sayuran. Sampai tahun 1990-an, areal perbukitan masih ditutupi oleh hutan yang cukup lebat, terdiri dari hutan pinus milik Perhutani, dan hutan hujan tropis.
 
== Pertanian ==
Kepala Desa yang pernah memimpin di desa ini adalah: H. Zaenul Muttaqin (Kepala Desa yang legendaris), Suhaemi, H. Nasucha, H. Bajuri, H. Syaefullah, dan sekarang Ihya Ulumuddin, S.Pd.I. Pertanian di desa ini cukup berkembang, walaupun sekarang kondisi saluran irigasinya banyak yang rusak. Produksi utama adalah padi, yang cukup terkenal karena berasnya jika dimasak menjadi nasi yang amat "pulen" dan lezat. Juga menghasilkan sayuran. Banyak terdapat sumber mata air, walaupun debitnya relatif kecil, namuntetapi disamping cukup digunakan penduduk setempat juga digunakan untuk desa tetangga.
 
Menurut data Statistik dari BPS Kabupaten Brebes Keluarahan Plompong memiliki luas pengunaan sawah sebesar 194,96 Ha dengan memanfaatkan aliran sungai dan mata air sebagai irigasi.
 
== Iklim ==
Sebagimana daerah di Indonesia, Desa Plompong juga beriklim tropis dengan memperoleh pengaruh angin muson yang berganti arah setiap setengah tahun sekali. pengaruh angin muson ini akan menyebabkan timbulnya musim hujan dan musim kemarau. Rata-rata curah hujan tertinggi di Desa Plompong selama tahun 2015 terjadi pada bulan Desember - Januari, yaitu sebanyak 366 mm. Kelembaban udara rata-rata cukup tinggi . Tahun 2015 rata-rata tekanan udara sebesar 998,01 mb dan suhu udara rata-rata 25,13 derajat celcius dengan tekanan atmosfer standar.
 
== Referensi ==
{{reflist|Kecamatan Sirampog Dalam Angka 2016=}}
 
== Pranala luar ==
 
{{Sirampog, Brebes}}
{{kelurahan-stub}}
 
{{Authority control}}
[[jv:Plompong, Sirampog, Brebes]]