Stasiun Jatirogo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(22 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{bukan|Stasiun Jatiroto}}
{{infobox stasiun
| name = Jatirogo
| image =
| caption = Stasiun Jatirogo
| prov = Jawa Timur
| kabupaten = Tuban
| kecamatan kabupaten = Jatirogo
|
| desa = Wotsogo
| open = 1919
| close = 1999-2001
| nomor = 3915
| oldname = Station ''Djatirogo''
| kode = JTG
| tinggi = +66 m
| letak = * km
* km
| line = -
| operator = [[Daerah Operasi IV Semarang]]
| close_type = Perumka
}}
'''Stasiun Jatirogo (JTG)''' merupakan [[stasiun kereta api nonaktif]] yang terletak di [[Wotsogo, Jatirogo, Tuban]]. Stasiun yang terletak pada ketinggian +66 meter ini termasuk dalam Wilayah Aset IV Semarang.
Stasiun ini merupakan paket terakhir jalur kereta api [[Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij]] yang akan menghubungkannya dengan jalur milik [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]]. Stasiun ini merupakan stasiun bersama, difungsikan untuk mengangkut penumpang dan pasir [[kuarsa]]. Pada tanggal 1 Juni 1914, jalur Lasem–Pamotan selesai dibangun, dilanjut jalur Pamotan–Jatirogo pada tanggal 20 Februari 1919.<ref name=":03">{{cite book|title=Verslag der Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij|author=Samarang–Joana Stoomtram|publisher=SJS}}</ref>
Perpanjangan menuju Bojonegoro dilakukan oleh [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) sebagai bagian dari proyek pengangkutan pasir kuarsa dengan kereta api. Pada tanggal 1 Mei 1919, jalur tersebut telah selesai.<ref>{{cite book|title=Indische Spoorweg-Politiek|last=Reitsma|first=S.A.|publisher=Landsdrukkerij|year=1920}}</ref>
Selama beroperasinya, jalur dan stasiun ini menjadi tulang punggung pengangkutan pasir kuarsa, tanah liat, dan gamping ke berbagai daerah dan diekspor. Hal ini juga sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa, kala itu kuarsa sangat dibutuhkan dalam pengembangan ilmu fisika, kimia, dan elektronika.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/33013587|title=Menuju abad 21 : Iptek pemacu pembangunan bangsa.|last=Teknologi.|first=Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan|date=1993|publisher=BPP Teknologi|isbn=9798263030|location=[Jakarta]|oclc=33013587}}</ref>
Akan tetapi, jalur dan stasiun ini berakhir riwayatnya sebagai tulang punggung transportasi umum pada tahun 1999. Walaupun perencanaannya dilakukan pada tahun 1999, tetapi stasiunnya baru ditutup pada tahun 2001 karena stok kuarsa yang masih ada.
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Adjacent stations|system=KAI|line=Rembang–Bojonegoro|left=Kebonharjo|right=Soko}}
{{coord|-6.8841818|111.6546777|display=title}}
|