Kakawin Ramayana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.142.169.62 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian Pembatalan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(17 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox manuscript
| name = Kakawin Ramayana
| location =
<!----------Image---------->
| image =
| width =
| caption =
<!----------General---------->
| Also known as =
| Type =
| Date =
| Place of origin =
| Language(s) =
| Scribe(s) =
| Author(s) =
| Compiled by =
| Illuminated by =
| Patron =
| Dedicated to =
<!----------Form and content---------->
| Material =
| Size =
| Format =
| Condition =
| Script =
| Contents =
| Illumination(s) =
| Additions =
| Exemplar(s) =
| Previously kept =
| Discovered =
| Accession =
| Other =
| below =
}}
[[Berkas:Lontar ramayana.jpg|jmpl|Dua lembar [[lontar]] kakawin Ramayana yang tertua dan sekarang disimpan di Perpustakaan Nasional R.I. Lontar ini berasal dari pegunungan Merapi-Merbabu, [[Jawa Tengah]] dari [[abad ke-16]] [[Masehi|M]].]]
'''Kakawin Rāmāyaṇa''' ([[hanacaraka|aksaraBahasa Bali|Bali]]: [[Berkas:Kakawin ramayana aksara {{script|bali.png|120px]]ᬓᬓᬯᬶᬦ᭄ᬭᬵᬫᬵᬬᬡ}}, [[aksaraBahasa Jawa|Jawa]]: {{jav|ꦏꦏꦮꦶꦤ꧀ꦫꦩꦪꦟꦏꦏꦮꦶꦤꦿꦴꦩꦴꦪꦟ}}) adalah [[kakawin]] (syair) berisi cerita [[Ramayana]]. Ditulis dalam bentuk [[tembang]] berbahasa Jawa Kuno, diduga dibuat di [[Mataram Hindu]] pada masa pemerinthan [[Dyah Balitung]] sekitar tahun 820-832 [[Saka]] atau sekitar tahun 870 M. kakawin ini disebut-sebut sebagai adikakawin karena dianggap yang pertama, terpanjang, dan terindah gaya bahasanya dari periode Hindu-Jawa. Menurut tradisi Bali, Kakawin Ramayana ini dipercaya ditulis oleh seorang bernama Yogiswara. Hal ini ditolak oleh [[Prof. Dr. R.M.Ng. PurbatjarakaPoerbatjaraka]]. Menurutnya, Yogiswara memang tercantum pada baris terakhir Ramayana versi Jawa ini, tetapi hal itu bukan merupakan identitas penulis, tetapi kalimat penutup yang berbunnyi berbunyi:
 
''Sang Yogiswara çista, sang sujana suddha menahira huwus matje sira''
Baris 15 ⟶ 50:
 
== Ringkasan ==
Prabu Dasaratha[[Dasarata]] dari negeri Ayodya[[Ayodhya]] memiliki empat putra; [[Rama]], [[Bharata]], [[Laksmana]] dan [[Satrughna]]. Maka suatu hari seorang [[resi]] bernama [[Wiswamitra]] memohon bantuan Sri Paduka Dasaratha untuk menolongnya membebaskan pertapaannya dari serangan para [[raksasa]]. Maka Rama dan LaksamanaLaksmana berangkat.
 
Di pertapaan, Rama dan Laksmana menghabisi semua raksasa dan kemudian mereka menuju negeri Mithila di mana diadakan sebuah [[sayembara]]. Siapa menang dapat mendapat putri raja bernama [[Sita]]. Para peserta disuruh merentangkan busur panah yang menyertai kelahiran Sita. Tak seorangpun berhasil kecuali Rama, maka mereka pun menikah dan lalu kembali ke Ayodya.
 
Di Ayodya Rama suatu hari akan dipersiapkan dinobatkan sebagai raja, karena ia adalah putra sulung. Namun Kaikeyi[[Kekayi]], salah seorang istri raja Dasaratha yang bukan ibu Rama beraktaberkata bahwa sri baginda pernah berjanji bahwa Bharata lah yang akan menjadi raja. Maka dengan berat hati raja Dasaratha mengabulkannya, karena memang pernah berjanji demikian. Kemudian Rama, Sita dan Laksmana pergi meninggalkan istana. Selang beberapa lama, raja Dasaratha meninggal dunia dan Bharata mencari mereka. Ia merasa tidak pantas menjadi raja dan meminta Rama untuk kembali. Tetapi Rama menolak dan memberikan sandalnya ([[bahasa Sanskerta]]: ''pâduka'') kepada Bharata sebagai lambang kekuasaannya.
 
<!--[[Berkas:Sita diculuk.jpg|jmpl|Relief Sita yang diculik Rahwana yang menyamar sebagai brahmana. Relief ini terdapat di [[Candi Prambanan]], [[Jawa Tengah]].]]-->
 
Maka kemudian Rama, Sita dan Laksmana beradamasuk dike hutan Dandaka. Di sana ada seorang raksasa bernama Surpanakha[[Surpanaka]] yang jatuh cinta kepada Laksmana dan ia menyamar menjadi wanita cantik. Tetapi Laksmana tak berhasil dibujuknya dan malahan akhirnya ujung hidungnya terpotong. Surpanakha marah dan mengadu kepada kakaknya sang [[Rahwana]] (Rawana) dan membujuknya untuk menculik Sita dan memperistrinya. Akhirnya Rahwana menyuruh [[Marica]], seorang raksasa untuk menculik Sita. Lalu Marica bersiasat dan menyamar menjadi seekor kijang emas yang elok. Sita tertarik dan meminta suaminya untuk menangkapnya. Rama meninggalkan Sita bersama Laksmana dan pergi mengejar si kijang emas. Si kijang emas sangat gesit dan tak bisa ditangkap, akhirnya Sri Rama kesal dan memanahnya. Si kijang emas menjerit kesakitan berubah kembali menjadi Marica dan mati. Sita yang berada di kejauhan mengira yang menjerit adalah Rama dan menyuruh Laksamana mencarinya. Laksmana menolak tetapi akhirnya mau setelah diperolok-olok dan dituduh Sita bahwa ia ingin memilikinya. Sebelumnya, Laksmana menggambar sebuah lingkaran ajaib guna melindungi Sita dari bahaya di sekitarnya. Dia menyuruh Sita untuk tidak meninggalkan lingkaran itu selama ia pergi mencari Rama. Akhirnya Sita ditinggal sendirian. Rahwana berusaha menculik Sita, namun terhalang oleh lingkaran ajaib tersebut. Namun Rahwana memperdayai Sita dengan berubah menjadi Brahmana tua dan berhasil menculik Sita.
 
Marica lalu bersiasat dan menyamar menjadi seekor kijang emas yang elok. Sita tertarik dan meminta suaminya untuk menangkapnya. Rama meninggalkan Sita bersama Laksmana dan pergi mengejar si kijang emas. Si kijang emas sangat gesit dan tak bisa ditangkap, akhirnya Sri Rama kesal dan memanahnya. Si kijang emas menjerit kesakitan, berubah kembali menjadi Marica dan mati. Sita yang berada di kejauhan mengira yang menjerit adalah Rama dan menyuruh Laksamana mencarinya. Laksmana menolak tetapi akhirnya mau setelah diperolok-olok dan dituduh Sita bahwa ia ingin memilikinya. Sebelumnya, Laksmana menggambar sebuah lingkaran ajaib guna melindungi Sita dari bahaya di sekitarnya. Dia menyuruh Sita untuk tidak meninggalkan lingkaran itu selama ia pergi mencari Rama. Akhirnya Sita ditinggal sendirian. Rahwana berusaha menculik Sita, tetapi terhalang oleh lingkaran ajaib tersebut. Namun Rahwana berhasil memperdayai Sita dengan berubah menjadi Brahmana tua dan berhasil menculik Sita.
Teriakan Sita terdengar oleh burung [[Jatayu]] yang pernah berkawan dengan Prabu Dasaratha dan ia berusaha menolong Sita. Tetapi Rahwana lebih kuat dan bisa mengalahkan Jatayu. Ketika menemukan Jatayu, Rama hampir membunuhnya karena menggangapnya telah menculik Sita, namun dicegah oleh Laksmana. Jatayu yang sekarat masih bisa melapor kepada Rama dan Laksmana bahwa Sita dibawa ke Alengka, kerajaan Rahwana. Jatayu akhirnya mati ditangan Rama dan Laksmana.
 
Teriakan Sita terdengar oleh burung [[Jatayu]], yang pernah berkawan dengan Prabu Dasaratha, dan ia lalu berusaha menolong Sita. Tetapi Rahwana lebih kuat dan bisa mengalahkan Jatayu. Ketika menemukan Jatayu, Rama hampir membunuhnya karena menggangapnya telah menculik Sita, tetapi dicegah oleh Laksmana. Jatayu yang sekarat masih bisa melapor kepada Rama dan Laksmana bahwa Sita dibawa ke [[Alengka]], kerajaan Rahwana. Jatayu akhirnya mati di hadapan Rama dan Laksmana.

Kemudian Rama dan Laksmana mencari kerajaan iniAlengka itu. Di suatu daerah mereka berjumpa dengan kera-kera dan seorang raja kera bernama [[Subali]] yang menculik istri kakaknyaadiknya, [[Sugriwa]]. Akhirnya Subali bisa dibunuh dan istrinya dikembalikan ke [[Sugriwa]].

Sugriwa bersedia membantu Rama dengan mengirimkan seorang kera yang bernama [[Hanuman]]. Akhirnya dengan pertolongan bala tentara kera yang dipimpin [[Hanuman]], mereka berhasil membunuh Rahwana dan membebaskan Sita. Namun Rama tidak langsung menerima Sita kembali. Ia khawatir bahwa Sita telah dinodai selama berada di Alengka. Maka disuruhnyalah Sita untuk membakar dirinya demi membuktikan kesuciannya. Apabila ia tidak terbakar, maka Rama akan menerimanya kembali sebagai istrinya. Sita menerima permintaan Rama dengan rela hati. Dengan kesuciannya, bantuan Hanuman dan dewa api, Sita berhasil keluar dari api tanpa terbakar. Sita lalu diboyong kembali ke Ayodya dan Rama dinobatkan menjadi raja.
 
== Contoh teks ==
Baris 53 ⟶ 92:
! Jawa Kuno !! Terjemahan
|-
|align=left| Molah wwaining tasik ghûrnnitataraghūrnnitatara gumuruh dényangindenyangin sang HanûmânHanūmān,|| Air laut berombang-ambing dengan dahsyat dan bergemuruh karena angin sang Hanuman.
|-
|align=left| kagyat sésînikangsesīnikang sâgarasāgara kadi ginugah nâganāga kolâhkolāh alâwûalāwū,|| Terkejutlah seluruh isi laut, seakan-akan naga dikocok dan menjerit terbangun.
|-
|align=left| lunghâlunghā tang bâyubāyu madresmadrĕs kayu-kayu ya katûbkatūb kampitékangkampitekang MahéndraMahendra,|| Berlalulah angin ribut dan pohon-pohon kayu jatuh bertumbangan, seakan-akan gunung [[Mahendra]] bergetar.
|-
|align=left| sakwéhningsakwehning wânarâwānarā nghérngher kaburu kabarasat sangshayésangshaye shatru shakti.|| Semua kera yang berdiam di sana terbirit-birit lari ketakutan seakan-akan dikejar oleh musuh yang sakti.
|}
 
Baris 70 ⟶ 109:
! Jawa Kuno !! Terjemahan
|-
|align=left| JahnîJahnī yâhningyāhning talaga kadi langit,|| Air telaga jernih bagaikan langit,
|-
|align=left| mambang tang pâspās wulan upamanikâupamanikā,|| Seekor kura-kura yang mengambang seolah-olah bulan,
|-
|align=left| wintang tulya ng kusuma ya sumawur,|| Bintang-bintangnya adalah bunga-bunga yang tersebar,
|-
|align=left| lumrâlumrā pwêkangpwekang sari kadi jalada.|| Menyebarlah sari-sarinya, seakan-akan awan.
|}
 
Baris 87 ⟶ 126:
 
== Bacaan lanjutan ==
* Prof. Dr. R.M.Ng. Poerbatjaraka, [[1952]],''Kapustakaan Djawi'', [[Jakarta]] : [[Djambatan]]. Edisi Bahasa Jawa.
* Dinas Pendidikan Dasar Provinsi DATI Bali, [[1987]], ''Kekawin Ramayana''. 2 jilid. (Suntingan teks dan terjemahan dalam bahasa Indonesia)
* [[C. Hooykaas]], [[1955]], ''[https://brill.com/view/title/27047 "The Old-Javanese Rāmāyaṇa kakawin''"], ''VKI'' '''16''', [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff. (Resensi)
* [[Hendrik Kern]], [[1900]], ''Rāmāyaṇa Kakawin. Oudjavaansch heldendicht'', [[Den Haag|’s Gravenhage]]: Martinus Nijhoff. (Suntingan teks saja, menggunakan aksara Jawa)
* [[Soewito Santoso]], [[1980]], [https://archive.org/details/RamayanaKakawinVol.1/mode/2up ''Rāmāyaṇa kakawin''], [[New Delhi]]: International Academy of Indian Culture. 3 jilid. (Suntingan teks dalam huruf Latin dan terjemahan dalam bahasa Inggris)
* [[P. J. Zoetmulder]], [[1974]], ''Kalangwan. A Survey of Old Javanese Literature'', [[Den Haag|The Hague]]: Martinus Nijhoff. Edisi bahasa Inggris. (Resensi, hal 218-233) ISBN 90-247-1674-8
* [[P. J. Zoetmulder]], [[1983]], ''Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang'', [[Jakarta]]: [[Djambatan]]. Edisi bahasa Indonesia. (Resensi, hal. 277-297)
 
== PanalaPranala luar ==
{{wikisource|jv:Kakawin Ramayana }}
* {{id}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/ramayana/rama1fs.htm Ramayana versi Jawa]
* {{id}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/ramayana/rama1fs.htm Ramayana versi Jawa] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130328134017/http://www.seasite.niu.edu/indonesian/ramayana/rama1fs.htm |date=2013-03-28 }}
 
[[Kategori:Kakawin|Ramayana]]
[[Kategori:Ramayana]]
[[Kategori:Artikel pilihan bertopik budaya]]