'''KyaiKiai Tunggul Wulung''' adalah seorang tokoh yang diceritakan dalam Babad Kediri, salah satu abdi dari Raja [[Jayabaya]]. Ia dipercaya menjadi penjaga kawah [[Gunung Kelud]] untuk mengarahkan lava Kelud agar tidak memakan banyak korban.<ref name=anwar>Anwar Khumaini. 20 Februari 2014. MERDEKA.COM, Peristiwa. [http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kyai-tunggul-wulung-si-penjaga-kawah-gunung-kelud.html Kisah Kyai Tunggul Wulung, si penjaga kawah Gunung Kelud].</ref> Nama "Tunggul Wulung" memiliki arti "Panji/ Bendera Biru-Hitam".<ref name=jan>Jan S. Aritonang. 2004. [http://books.google.co.id/books?id=_r7Jiiu7DugC&pg=PA93&lpg=PA93&dq=%22tunggul+wulung%22+jayabaya+-bandara+-airport&source=bl&ots=sQBjTTDeJ5&sig=Q4E3GXj7naYLFaZNOUDfZGgniTs&hl=en&sa=X&ei=BiMxU4TAC6eAiQeX34HgDw&redir_esc=y#v=onepage&q=%22tunggul%20wulung%22%20jayabaya%20-bandara%20-airport&f=false "Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia"], hal. 93.</ref>
== Babad Kediri ==
Baris 35:
Buku tersebut juga dijelaskan, untuk menghindari bahaya saat Gunung Kelud meletus, orang zaman dulu menutup rapat-rapat pintu rumahnya, kemudian memanjat pohon rangon. Dengan demikian, lava, air, pasir, lumpur, dan bebatuan yang mengalir deras dari puncak Kelud tidak mengenai mereka.<ref name=anwar/>
== Kyai Ibrahim Tunggul Wulung ==
{{main|Kiai Ibrahim Tunggul Wulung}}
Kiai Ibrahim Tunggul Wulung adalah seorang [[penginjil]] Jawa dari abad ke-19. Nama aslinya adalah Ngabdullah, ia mengganti namanya menjadi Tunggul Wulung setelah menjadi petapa di lereng [[Gunung Kelud]]. Van Akkeren menduga Ngabdullah ingin menyamakan dirinya dengan Tunggul Wulung, penjaga Gunung Kelud, lambang kekuatan yang menyelamatkan dunia dari kehancuran.<ref name=jan/>