Kiai Tunggul Wulung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Okkisafire (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Person | name = Kyai Tunggul Wulung | image = | birth_date = | birth_place = {{negara|Indonesia}} Kediri, Indonesia | death_date = | death_...'
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(25 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Kegunaan lain|Tunggul Wulung (disambiguasi)}}
{{Infobox Person
| name = KyaiKiai Tunggul Wulung
| image =
| birth_date =
| birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Kediri]], [[Indonesia]]
| death_date =
| death_place = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
| occupation = |
|}}
'''KyaiKiai Tunggul Wulung''' adalah seorang tokoh yang diceritakan dalam Babad Kediri, salah satu abdi dari Raja [[Jayabaya]]. Ia dipercaya menjadi penjaga kawah [[Gunung Kelud]] untuk mengarahkan lava Kelud agar tidak memakan banyak korban.<ref name=anwar>Anwar Khumaini. 20 Februari 2014. MERDEKA.COM, Peristiwa. [http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kyai-tunggul-wulung-si-penjaga-kawah-gunung-kelud.html Kisah Kyai Tunggul Wulung, si penjaga kawah Gunung Kelud].</ref>
 
== Babad Kediri ==
''Babad Kadhiri'' ditulis pada tahun 1832 oleh Mas Ngabehi Purbawijaya dan Mas Ngabehi Mangunwijaya.
Menurut Babad Kediri, Raja [[Jayabaya]] yang memerintahkan [[kerajaan Kediri]] mempunyai dua abdi bernama Kyai Daha dan Kyai Daka.<ref name=anwar/> Pada saat ''babat alas'' (lit. "membuka hutan") di pinggir sungai Kediri, banyak warga yang bergabung. Pada saat itu, yang membuka hutan adalah kakak-beradik sakti dan bijaksana Kyai Doho dan Kyai Doko. Pemerintahan Jayabaya membuat tempat tersebut berkembang pesat menjadi sebuah negeri yang diberi nama ''Kerajaan Doho'' dan ibukotanya bernama ''Daka'', sementara istananya bernama ''Mamenang''.
 
Menurut Babad Kediri, Raja [[Jayabaya]], yang memerintahkan [[kerajaan Kediri]] pada paruh pertama abad ke-12 M, mempunyai dua abdi bernama Kyai Daha dan Kyai Daka.<ref name=anwar/><ref name=sad>Sutarman Soediman Partonadi. 1990. "''Sadrach's Community and Its Contextual Roots: A Nineteenth Century Javanese Expression of Christianity''", hal. 46. [[Amsterdam]]. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/90-5183-094-7|90-5183-094-7]].</ref> Pada saat ''babat alas'' (lit. "membuka hutan") di pinggir sungai Kediri, banyak warga yang bergabung. Pada saat itu, yang membuka hutan adalah kakak-beradik sakti dan bijaksana Kyai Doho dan Kyai Doko. Pemerintahan Jayabaya membuat tempat tersebut berkembang pesat menjadi sebuah negeri yang diberi nama ''Kerajaan Doho'' dan ibukotanyaibu kotanya bernama ''Daka'', sementara istananya bernama ''Mamenang''.
Kyai Daha dijadikan patih yang taat berganti nama menjadi [[Buta Locaya]], sementara Kyai Daka dijadikan senopati perang dengan nama Tunggul Wulung. Saat Raja Jayabaya [[moksa]], keduanya juga ikut moksa. Buta Locaya ditugaskan untuk menjaga Selabale (gua Selomangleng), sedangkan Tunggul Wulung diperintahkan untuk menjaga kawah [[Gunung Kelud]] agar letusannya tidak banyak merusak desa sekitar, dan memakan banyak korban jiwa. Konon, nantinya Raja Jayabaya akan datang kembali, dan tugas Tunggul Wulung adalah mempersiapkan kedatangan sang raja yang telah muksa.<ref name=anwar/><ref>Susanne Schröter. 2010. "''Christianity in Indonesia: Perspectives of Power''". Berlin: Lit Verlag. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-3-643-10798-5]].</ref>
 
''Sêrat Babad Kadhiri'' menuliskan:<ref name=serat>Mas Ngabèi Mangunwijaya. 1932. "''Sêrat Babad Kadhiri''", Cetakan ke-2. Kediri: oekhandel TAN KHOEN SWIE.</ref>
==Buku ''Goenoeng Keloed''==
{{quote|''Dhawuh pangandikanipunSri Prabu Aji Jayabaya makatên: Bênêr kowe iku wong bodho, nanging kêna dak pêrcoyo. Ing samêngko ingsun mung darmo jumênêng ratu, siro kang dak pitoyo among anak putuniro. Namanipun adhi kula Kyai Daka inggih kapundhut, kaangge nama dhusun, adhi kulo kaparingan nama Kyai Tunggul Wulung, kadadosakên senapati.''}}
{{quote|"Kemudian Prabu Aji Jayabaya berfirman: Benar kamu itu orang bodoh, tapi bisa dipercaya. Jika nanti saya menjadi raja, kamu akan berada di antara menteri-menteri. Nama adik Kyai Daha juga diambil, sebagai nama dusun, adik akan diberi nama Kyai Tunggul Wulung, dijadikan senapati."}}
 
Kyai Daha dijadikan patih yang taat berganti nama menjadi [[Buta Locaya]], sementara Kyai Daka dijadikan senopati perang dengan nama Tunggul Wulung. Saat Raja Jayabaya [[moksa]], keduanya juga ikut moksa. Buta Locaya ditugaskan untuk menjaga Selabale (gua Selomangleng), sedangkan Tunggul Wulung diperintahkan untuk menjaga kawah [[Gunung Kelud]] agar letusannya tidak banyak merusak desa sekitar, dan memakan banyak korban jiwa. Konon, nantinya Raja Jayabaya akan datang kembali, dan tugas Tunggul Wulung adalah mempersiapkan kedatangan sang raja yang telah muksa.<ref name=anwar/><ref>Susanne Schröter. 2010. "''Christianity in Indonesia: Perspectives of Power''", hal. 72-73. Berlin: Lit Verlag. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-3-643-10798-5|978-3-643-10798-5]]. {{en}}</ref><ref>Merle Calvin Ricklefs. 2007. "''Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions, C. 1830-1930''", hal. 200. [[Singapura]]: NUS Press. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-9971-69-346-6|978-9971-69-346-6]]. {{en}}</ref>
 
== ''Serat Darmogandul'' ==
{{main|Serat Darmagandhul}}
''Serat Darmogandul'' merupakan karya [[sastra Jawa Baru]] yang menceritakan jatuhnya [[Majapahit]] akibat serbuan [[Kerajaan Demak]]. Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan bentuk turunan dari cerita babad Kadhiri.
 
{{cquote|''Samuksane Sang Sri Prabu Jayabaya lan putrane putri kang aran Ni Mas Ratu Pagêdhongan, Buta Locoyo lan kiyai Tunggulwulung uga padha muksa; Ni Mas Ratu Pagêdhongan dadi ratuning dhêmit nusa Jawa, kuthone ono ning segoro kidul sarta jêjuluk Sri Gusti Kanjeng ratu Ayu Ni Mas Ratu Anginangin. Sakabehe lêlêmbut kang ana ing lautan dharatan sarta kanan keringe tanah Jawa, kabeh padha sumiwi marang Ni Mas Ratu Anginangin. Buta Locaya panggonane ana ing Selabale, dene kiyai Tunggulwulung ana ing gunung Kêlut, rumêksa kawah sarta lahar, yen lahar mêtu supaya ora gawe rusaking desa sarta liya-liyane.''}}
{{cquote|Saat moksanya Sang Prabu Jayabaya dan putrinya yang bernama Ni Mas Ratu Pagedhongan, Buta Locaya dan Kyai Tunggulwulung juga sama-sama moksa. Ni Mas Ratu Pagedhongan menjadi ratu makhluk halus pulau Jawa, kotanya berada di laut selatan serta dijuluki Ni Mas Ratu Anginangin. Seluruh makhluk halus yang ada di lautan daratan serta kanan-kirinya tanah Jawa, semua sama-sama takluk kepada [[Ni Mas Ratu Anginangin]]. Buta Locaya kediamannya ada di Selabale, sedangkan Kyai Tunggulwulung ada di Gunung Kelut, mengawasi kawah serta lahar, jika lahar keluar supaya tidak membuat rusak desa dan lain-lainnya.}}
 
== Buku ''Goenoeng Keloed'' ==
''Goenoeng Keloed''' (1941) adalah buku berbahasa Jawa klasik karya R. Kartawibawa, terbitan Badan Penerbitan G Kolff & Co tahun 1941. Buku ini menceritakan sosok Kyai Tunggul Wulung tidak jauh beda seperti yang dijelaskan dalam Babad Kediri. Ia adalah orang asli Kediri dan merupakan abdi Raja Jayabaya. Dia ditugaskan untuk menjaga Gunung Kelud agar bersahabat dengan manusia dan alas di sekitarnya. Tempat kediaman Kyai Tunggu Wulung berada di lereng Kelud bagian timur laut, dekat dengan kawah. Konon daerah tersebut sangat ''wingit'', banyak orang kerasukan dan menjumpai hal-hal gaib yang tak masuk akal.<ref name=anwar/>
 
Baris 22 ⟶ 36:
Buku tersebut juga dijelaskan, untuk menghindari bahaya saat Gunung Kelud meletus, orang zaman dulu menutup rapat-rapat pintu rumahnya, kemudian memanjat pohon rangon. Dengan demikian, lava, air, pasir, lumpur, dan bebatuan yang mengalir deras dari puncak Kelud tidak mengenai mereka.<ref name=anwar/>
 
== Lihat pula ==
*Prabu [[Jayabaya]]
 
* [[Buta Locaya]]
==Pranala luar==
*Prabu [[Jayabaya]]
*[http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2012/09/cerita-mokswanya-prabu-jayabaya-beserta.html Cerita Mokswanya Prabu Jayabaya Beserta Para Punggawanya]
 
== Pranala luar ==
 
* [http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2012/09/cerita-mokswanya-prabu-jayabaya-beserta.html Cerita Mokswanya Prabu Jayabaya Beserta Para Punggawanya]
 
== Referensi ==
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Mitologi Jawa]]