Uludanau, Sindang Danau, Ogan Komering Ulu Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kata Sumatra menjadi Sumatera, per diskusi
 
Baris 2:
|peta =
|nama =Uludanau
|provinsi =SumatraSumatera Selatan
|dati2 =Kabupaten
|nama dati2 =Ogan Komering Ulu Selatan
Baris 11:
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
'''Uludanau''' adalah sebuah desa/dusun di wilayah [[Sindang Danau, Ogan Komering Ulu Selatan|kecamatan Sindang Danau]], [[kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan]], [[provinsi]] [[SumatraSumatera Selatan]], [[Indonesia]].
 
== Sejarah ==
Pada tahun 1888 yaitu saat [[gunung Krakatau]], meletus desa ini sudah ada, buktinya banyak cerita tentang hujan abu akibat gunung Krakatau meletus.<ref>Sawidah, 1957</ref> Kemudian Danau Rakihan itu sendiri merupakan danau akibat gunung meletus atau bisa disebut kawah gunung karena disekitar danau itu dulu banyak ditemukan batu-batu bekas terbakar yang tentunya akibat gunung meletus, dan masih sering muncul belerang yang sering mewarnai air danau tersebut jika terjadi angin kencang/badai.<ref>Observasi tahun 1968</ref> Pendiri dusun ini pindahan dari Semendo Darat daerah [[Kabupaten Muara Enim]].
 
Dusun Uludanau ini didirikan sekitar tahun 1700-1800 dengan pendirinya antara lain: Puyang Tamtu Agung dan Puyang Bangseraje. Nama asli dusun Uludanau sebelum menjadi Uludanau adalah dusun '''Tanjung Beringin'''.<ref>Mazrul Uludanau, 2014</ref> yang berada disekitar masjid Al Hidayah Uludanau sekarang. Pada waktu gunung Krakatau meletus di desa Uludanau juga kena hujan abu vulkanik. Saat itu dusun Uludanau jumlah rumahnya belum sampai 100 buah dan termasuk dalam wilayah [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan|OKU (Ogan Komering Ulu) Selatan]]. Dahulunya, Uludanau masuk wilayah Bengkulu Selatan dengan ibu kota kewedanan Bintuhan, Kresidenan Bengkulu, Provinsi SumatraSumatera Selatan (yang dikenal dengan SumatraSumatera bagian selatan). Dengan perjuangan para tetua seperti alm. KH. Abd. Razak, alm. KH. Bustami, alm. KH. Marzuki dan beberapa lainnya masih di zaman Belanda desa ini masuk wilayah Kewedanan Muaradua Kresidenan Palembang,<ref>H.Marzuki, 1966</ref> yang kemudian berubah menjadi [[Provinsi]] [[SumatraSumatera Selatan]] dengan [[Kabupaten Ogan Komering Ulu]] (OKU).
 
Sekarang Kabupaten OKU sudah dimekarkan menjadi empat yaitu: [[Kota Baturaja]], [[Kabupaten Ogan Komering Ulu|Kabupaten OKU]], [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur|Kabupaten OKU Timur]] dan [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan|Kabupaten OKU Selatan]]. Yang dahulunya Uludanau masuk Kecamatan Pulau Beringin sekarang sudah menjadi kota kecamatan dari [[Sindang Danau, Ogan Komering Ulu Selatan|Kecamatan Sindang Danau]].<ref>UU No.37 Tahun 2003 tanggal&nbsp;18 Desember&nbsp;2003.&nbsp;</ref> Setiap Kresidenan menjadi provinsi yaitu Provinsi SumatraSumatera Selatan, Provinsi [[Lampung]] dan Provinsi [[Bengkulu]]. Dulu Babel masih wilayah SumatraSumatera Selatan.
 
Puyang Lebih Penghulu temannya Puyang Penghulu yang terkenal sebagai pejuang kemerdekaan. Puyang Penghulu lahir di Ulu Danau dengan turun temurun tunggu tubang turun ke rumah Tamah masih puyang keturunan keluarga admin.<ref>H.Sabaruddin, 2014</ref> Kemudian ada seorang yang konon merupakan pelarian dari tentara Arab Saudi yang tidak mau tunduk kepada kekuasaan Wahabi zaman itu akhirnya menetap di Ulu Danau namanya Said Hasyim yang dikubur di "Sawah Ilie", isterinya Maspinah.<ref>Observasi, 1976</ref>
Baris 24:
Awalnya Ulu Danau adalah sebuah desa dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namun demikian seiring dengan perjalanan waktu dan berkembangnya pembangunan, maka keberadaan Ulu danau juga ikut berkembang. Pada tahun enam puluhan dan sebelumnya nasib rakyat Ulu danau tidak jauh berbeda dengan nasib rakyat pedesaan lainnya, terutama sekali masalah transportasi yang selalu menjadi momok bagi masyarakat. Betapa tidak, sebagai rakyat pedesaan dengan penghasilan dari perkebunan kopi yang perlu dipasarkan ke luar daerah memerlukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki dan menggunakan alat angkut kuda beban.<ref>Penulis sendiri (Azro'i Marzuki) pada waktu masih belia sangat sering berjalan kaki untuk menjual hasil pertanian dan usaha orang tua.</ref>
 
Pada era 70-an, perkembangan masyarakat mulai berubah ditandai dengan munculnya seorang putera daerah yaitu H. Alimarwan Hanan SH yang pada saat itu ikut bergabung ke Partai Politik dan berhasil menjadi anggota DPRD Provinsi. Sejak munculnya putera daerah menjadi anggota legislatif daerah maka seiring itu pula perkembangan desa Ulu Danau mulai berbenah diri, terutama sekali dengan perjuangan dari Alimarwan Hanan tersebut transportasi menuju Ulu Danau mulai diperbaiki walaupun memerlukan tahapan tahapan yang melelahkan, hingga sekarang sudah bisa menembus wilayah Bengkulu Selatan dengan kendaraan roda empat. Alhamdulillah sebelum H.Alimarwan Hanan hijrah ke Jakarta untuk menjadi anggota DPR pusat, maka nasib masyarakat Ulu Danau mulai berubah yaitu dengan semakin baiknya transportasi darat ke daerah tersebut. Perkembangan berikutnya yaitu setelah Alimarwan Hanan diangkat menjadi Menteri Koperasi dan UKM (2001-2004), maka masyarakat desa Ulu Danau ikut merasakan buah perjuangannya antara lain dengan munculnya berbagai kegiatan koperasi dan industri kecil di desa Ulu danau sebagai binaan dari Dinas Koperasi dan UKM wilayah SumatraSumatera Selatan. Tidak hanya itu bahkan sekarang disesa uludanau yang tadinya gelap gulita sudah memiliki penerangan listrik melalui listrik PLN kerja sama dengan PLTA binaan koperasi, bahkan sekarang di Uludanau sudah memiliki air bersih dengan mengalirkan air bersih dari "Aik Pikhi'an" yang jernih dan sudah mengalir ke rumah-rumah penduduk Ulu danau.<ref>Penulis (Azro'i Marzuki) sendiri adalah putra dari H.Marzuki masih masuk keluarga besar dari kakanda H.Alimarwan Hanan SH yang berada dirantauan, namun karena keadaan belum dapat menyumbangkan apapun untuk masyarakat dusun laman.</ref>
 
== Para tokoh ==